
Emas Bersinar Saat Dolar Menguat, Sudah Tahan Banting?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas menguat pada perdagangan sore hari ini. Pada perdagangan Selasa (7/6/2022) pukul 15:02 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.843,33 per troy ons. Harga emas menguat 0,13%.
Kenaikan emas menjadi angin segar setelah sang logam mulia terus berada dalam zona negatif sejak Jumat (3/6/2022).
Dalam sepekan, harga emas masih menguat 0,3% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas melemah 2,1% sementara dalam setahun merosot 2,9%.
Yang menarik, kenaikan emas terjadi di tengah penguatan dollar Amerika Serikat (AS). Padahal, emas selama ini selalu loyo begitu dollar AS merangkak naik.
Dollar AS yang menguat akan membuat emas makin mahal sehingga emas kurang menarik. Pada Selasa sore hari ini, dollar index menguat 0,22% ke level 102,66.
Stephen Innes, dari SPI Asset Management, mengatakan pasar sudah berekspektasi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga pada pekan depan. Kenaikan suku bunga memang akan mengerek dollar AS dan surat utang pemerintah AS yang berdampak negatif ke emas. Namun, kenaikan suku bunga acuan juga tidak selamanya buruk bagi emas.
"Akhirnya, kita berada dalam era di mana bank sentral menaikkan suku bunga mereka. Kondisi ini sesungguhnya tidak bagus bagi perkembangan emas tetapi kenaikan suku bunga juga bisa berdampak negatif kepada pertumbuhan ekonomi. Ini bisa menjadi faktor pendorong emas, " tutur Innes, kepada Reuters.
Emas dicari investor sebagai aset lindung saat kondisi ekonomi memburuk sehingga harganya bisa terdorong jika perekonomian global kembali melemah.
Penguatan emas hari ini juga didorong melemahnya yield surat utang pemerintah AS. Pada sore hari ini, yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun ada di level 3,03%, melemah dibandingkan kemarin yang berada di angka 3,04%.
Edward Moya, analis dari OANDA, mengingatkan harga emas masih fluktuatif karena saat ini investor masih menunggu data inflasi. Data tersebut akan menjadi pegangan seberapa besar kenaikan suku bunga acuan The Fed.
"Sebelum data inflasi keluar, investor akan memilih wait and see karena mereka akan menghitung seberapa besar kenaikan suku bunga The Fed begitu data inflasi keluar. Jika inflasi kembali melonjak maka emas akan melemah," tutur Edward, seperti dikutip Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siap-Siap! Emas Akan Bikin Kejutan di Tahun Ini, Baca nih...
