'Musuh' Utama Emas Saat Ini: Jerome Powell!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 August 2022 18:00
Gold bars are stacked in the safe deposit boxes room of the Pro Aurum gold house in Munich, Germany,  August 14, 2019. REUTERS/Michael Dalder
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia kembali melemah sepanjang pekan ini, melanjutkan kinerja buruk minggu lalu. Emas sebenarnya sempat menguat, tetapi berbalik jeblok pada perdagangan Jumat. Penyebabnya, ketua bank sentral Amerika Serikat (The Fed) Jerome Powell.

Melansir data Refintiv, pada perdagangan Jumat (26/8/2022), emas jeblok 1,23% ke US$ 1.736/troy ons. Dengan kemerosotan tersebut, emas pada akhirnya melemah 0,63% dalam sepekan. Pada minggu lalu, pelemahanya lebih parah lagi, sebesar 3%.

Powell yang berbicara di simposium Jackson Hole menegaskan masih akan terus menaikkan suku bunga dengan agresif hingga inflasi melandai. Bahkan, ia memperingatkan perekonomian Amerika Serikat akan mengalami "beberapa kesakitan".

"Saat suku bunga tinggi, pertumbuhan ekonomi melambat, dan pasar tenaga kerja yang melemah maka akan membawa inflasi turun, itu juga akan memberikan beberapa kesakitan bagi rumah tangga dan dunia usaha. Itu adalah biaya yang harus kita tanggung guna menurunkan inflasi. Memang menyakitkan, tetapi kegagalan menurunkan inflasi berarti penderitaan yang lebih besar akan terjadi," kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (26/8/2022).

Semakin tinggi suku bunga, maka emas akan semakin tertekan. Sebab ketika suku bunga dinaikkan maka imbal hasil (yield) obligasi AS atau Treasury akan ikut naik.

Emas dan Treasury sama-sama dianggap safe haven, tetapi ketika yield menanjak maka emas menjadi tidak menarik. Sebab, emas merupakan aset tanpa imbal hasil.

Selain itu, kenaikan suku bunga juga akan membuat dolar AS melesat. Emas yang di banderol dengan dolar AS akan menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Permintaannya pun berisiko menurun.

"Saham dan logam mulia menderita akibat pernyataan Powell yang menegaskan suku bunga tinggi akan ditahan lebih lama, dan kenaikan 75 basis poin hampir pasti dilakukan pada bulan September, kecuali ada data yang sepenuhnya menunjukkan arah berkebalikan," kata Tai Wong, trader senior di Heraeus Precious Metals di New York, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (26/8/2022).

The Fed sejauh ini sudah 4 kali menaikkan suku bunga dengan total 225 basis poin menjadi 2,25% - 2,5%.

Suki Cooper, analis di Standard Chartered mengatakan dalam beberapa bulan ke depan emas masih dalam tren menurun, tetapi sebagian besar sudah ditakar oleh pasar. Artinya, penurunan emas kemungkinan akan terbatas.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Peringatan Krisis Lebih Buruk dari 2008, Emas Diborong?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular