Siap-Siap! Emas Akan Bikin Kejutan di Tahun Ini, Baca nih...

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 January 2022 18:18
Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia jeblok 1,8% sepanjang pekan lalu dan hingga perdagangan hari ini Senin, (10/1) masih tertahan di bawah US$ 1.800/troy ons. Rilis notula Bank sentral Amerika Serikat (AS) yang mengejutkan pasar membuat harga emas dunia terpuruk, bahkan masa depannya juga diragukan.

Namun, peluang emas memberikan kejutan balik juga tidak bisa dikesampingkan. Beberapa analis masih memberikan proyeksi bullish, bahkan salah satu analis melihat probabilitas emas memberikan kejutan dengan meroket 20% dan memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa di tahun ini.

Pada pekan lalu, dalam notula rapat kebijakan moneter bulan Desember terungkap, beberapa pejabat The Fed melihat nilai neraca (balance sheet) bisa segera dikurangi setelah suku bunga dinaikkan.

"Peserta rapat kebijakan moneter secara umum mencatat bahwa, melihat outlook individual terhadap perekonomian, pasar tenaga kerja dan inflasi, mungkin diperlukan kenaikan suku bunga lebih awal atau dengan laju yang lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Beberapa peserta juga mencatat akan tepat jika segera mulai mengurangi nilai neraca setelah suku bunga dinaikkan," tulis notula The Fed yang dikutip Reuters, Kamis (6/1).

Artinya, The Fed jauh lebih agresif dari perkiraan pasar. Sebelumnya, pelaku pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali di tahun ini, dan paling awal di bulan Maret.

Normalisasi kebijakan moneter The Fed merupakan musuh utama emas. Kenaikan suku bunga dan pengurangan nilai neraca dapat memicu kenaikan yield obligasi (Treasury) AS.
Yield Treasury tenor 10 tahun sepanjang pekan lalu melesat 25,3 basis poin ke 1,7655% yang merupakan level tertinggi sejak Januari 2020, atau sebelum terjadi pandemi Covid-19.

Emas dan Treasury sama-sama dianggap aset aman (safe haven), kenaikan yield Treasury membuat emas menjadi tidak menarik. Sebab, emas merupakan aset tanpa imbal hasil. Opportunity cost dalam berinvestasi emas juga akan meningkat.

Namun, emas sebenarnya masih mampu menguat hingga menyentuh US$ 1.830/troy ons pada pekan lalu, saat The Fed santer diperkirakan akan menaikkan suku bunga di bulan Maret.

Artinya emas sudah menakar atau price in terhadap kenaikan tersebut. Yang belum ditakar adalah pengurangan nilai neraca. Proyeksi tersebut dikatakan sebagai puncak hawkish The Fed sehingga jika emas bisa bertahan dari penurunan bahkan perlahan naik, maka kejutan akan terjadi.

"Emas akan pulih dari aksi jual. Kita menggunakan koreksi harga untuk kembali membeli emas. Saat ini, emas diperdagangkan di level terendah dari rentang harganya. Cukup layak untuk membeli emas saat ini, tetapi kita masih belum memiliki katalis besar untuk membuat harganya naik signifikan. Kita berada di puncak pemikiran hawkish," kata Philip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures, sebagaimana dilansir Kitco, Jumat (7/1).

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Kejutan Emas Bisa Tembus US$ 2.160/Troy Ons Tahun Ini

Byron Wien, mantan kepala investasi Morgan Stanley yang kini menjabat wakil presiden Blackstone memprediksi emas bisa memberikan pergerakan yang mengejutkan dengan melesat 20% dan mencapai US$ 2.160/troy ons di tahun ini. Level tersebut tentunya merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.

Wien melihat meski The Fed menormalisasi kebijakan moneternya dengan agresif, tetapi inflasi masih akan tetap tinggi. Permintaan emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi akan meningkat.

"Harga emas reli 20% ke rekor tertinggi baru. Meski pertumbuhan ekonomi AS kuat, investor mencari aset aman dan lindung nilai dari inflasi di emas. Emas akan mendapatkan kembali statusnya sebagai safe haven bagi miliader baru, bahkan saat mata uang kripto menggerogoti pasarnya," kata Wien, sebagaimana dilansir Kitco, Selasa (4/1).

Hal senada juga diungkapkan David Lennox, Analis Fat Prophet, menyebut bisa saja harga emas menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa pada tahun ini.

Lennox menilai harga emas bisa mencapai kisaran US$ 2.100/troy ons. 

"Kami percaya momentum kenaikan inflasi masih tinggi dan dolar AS yang melemah akan membawa harga emas terbang tinggi di 2022," kata Lenox, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (5/1).

Selain itu, ketegangan yang melibatkan Rusia bisa menjadi faktor pengerek harga emas. Kehadiran militer Rusia di bekas wilayah Uni Soviet membuat tensi antara Kremlin dengan negara-negara barat meninggi. Lennox melihat bukan tidak mungkin terjadi 'bencana'.

"Jika itu terjadi, maka kita akan melihat harga emas akan bereaksi. (Target) US$ 2.100/troy ons mungkin akan tercapai lebih cepat," katanya. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular