Review Sepekan

Lagi Nggak Berkilau, Emas Malah Bikin 'Ngeri'

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
24 September 2022 16:30
Gold bars and coins are stacked in the safe deposit boxes room of the Pro Aurum gold house in Munich, Germany,  August 14, 2019. REUTERS/Michael Dalder
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia pada perdagangan pekan ini masih ambles, karena diperberat oleh kinerja dolar Amerika Serikat (AS) yang masih positif dan pengetatan kebijakan moneter bank sentral, terutama bank sentral AS.

Pada penutupan perdagangan Jumat (5/7/2022) kemarin, harga emas dunia kembali ambles 1,64% ke level US$ 1.644,04 per troy ons, menjadi yang terendah sejak April 2020.

Sepanjang pekan ini, harga emas juga ambles 1,9% secara point-to-point (ptp).

Harga emas yang terkoreksi diperberat oleh reli dolar Amerika Serikat (AS) yang belum terhenti dan melonjaknya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) masih mengadopsi sikap hawkish-nya hingga bulan ini untuk mengendalikan lonjakan inflasi.

"Kami melihat kekuatan dolar tanpa henti di sini dan itu akan membuat emas tetap rentan dalam jangka pendek," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, dikutip dari Reuters.

Dolar AS menyentuh level tertingginya dalam 20 tahun terakhia, meredam permintaan untuk emas batangan yang dihargakan dengan greenback.

Tak hanya itu, yield Treasury juga masih menanjak pada perdagangan Jumat kemarin. Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 2 tahun melonjak 7,6 bp menjadi 4,203%, di mana level ini merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2007.

Namun untuk yield Treasury berjangka menengah yang juga menjadi benchmark obligasi pemerintah Negeri Paman Sam, yakni Treasury berjatuh tempo 10 tahun turun 2,1 bp menjadi 3,687%.

"Ini akan melihat harga (emas) diperdagangkan secara sideways selama sisa tahun ini," kata Fitch Solutions dalam sebuah catatan.

Inflasi yang masih tinggi telah mendorong beberapa bank sentral utama memperketat kebijakan moneternya, dengan The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bp) pada Rabu lalu waktu AS.

The Fed kini melihat suku bunga akan mencapai 4,6% (kisaran 4,5% - 4,75%) di tahun depan. Artinya, masih akan ada kenaikan 150 basis poin dari level saat ini.

Bahkan, beberapa pejabat The Fed melihat suku bunga berada di kisaran 4,75 - 5% di 2023, sebelum mulai turun di 2024.

Emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga The Fed, karena hal ini dapat meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil, sambil meningkatkan dolar, di mana ia dihargai.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ambrol 6%! Emas 'Membingungkan' dan Tidak Dicintai Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular