
Setelah Ambrol 8% Lebih, Harga Emas Akhirnya Melesat!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia akhirnya melesat di pekan ini setelah ambrol dalam 4 pekan beruntun. Meski demikian, apakah emas masih akan melanjutkan kenaikannya atau kembali merosot masih menjadi tanda tanya besar.
Melansir data Refinitiv, emas sepanjang pekan ini melesat 1,9% ke US$ 1.845/troy ons, setelah sebelumnya sempat jeblok ke US$ 1.786/troy ons yang merupakan level terendah sejak akhir Januari lalu. Sebelumnya dalam 4 pekan logam mulia ini jeblok lebih dari 8%.
Penurunan tajam tersebut tentunya memicu koreksi teknikal, tetapi tekanan bagi emas masih besar. Sebab, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) akan agresif menaikkan suku bunga di tahun ini.
Seperti diketahui The Fed mulai menaikkan suku bunga pada bulan Maret lalu, sebesar 25 basis poin menjadi 0,25% - 5%.
Di bulan ini The Fed lebih agresif lagi dengan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 0,75% - 1%. Kenaikan ini menjadi yang terbesar dalam 22 tahun terakhir.
Tidak sampai di situ, ketua The Fed Jerome Powell bahkan terang-terangan menyatakan suku bunga bisa dinaikkan lagi 50 basis poin dalam beberapa pertemuan ke depan.
Selasa lalu, ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell menyatakan tidak akan ragu untuk menaikkan suku bunga hingga di atas level netral guna meredam inflasi.
"Apa yang perlu kita lihat adalah inflasi turun dengan cara yang jelas dan meyakinkan. Jika kami tidak melihat itu, kami harus mempertimbangkan untuk bergerak lebih agresif," tuturnya pada Konferensi Wall Street Journal yang dikutip dari Reuters.
Suku bunga dikatakan netral jika berada di level yang tidak menstimulasi perekonomian tetapi juga tidak menekannya. Suku bunga di AS dalam posisi netral diperkirakan berada di level 3,5%, dan kemungkinan akan berada di level tersebut pada tahun depan.
Pasar pasar kini melihat di akhir tahun suku bunga The Fed akan berada di kisaran 2,75% - 3%, artinya akan ada kenaikan 200 basis poin lagi.
Alhasil, yield obligasi AS (Treasury) terus menanjak. Emas dan Treasury sama-sama dianggap aset safe haven, tetapi emas tanpa imbal hasil, sehingga obligasi menjadi lebih menarik ketimbang logam mulia saat suku bunga dinaikkan.
Selain itu, kenaikan suku bunga juga membuat dolar AS sangat kuat yang semakin menekan harga emas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Emas: Untung Tak Bisa Diraih, Jeblok Tak Bisa Ditolak