Ekonomi Suram, Poundsterling di Level Terlemah 2 Bulan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 May 2020 17:35
mata uang pounds poundsterling
Foto: Ilustrasi Poundsterling (REUTERS/ Benoit Tessier)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling melemah melawan rupiah pada perdagangan Kamis (14/5/2020) ke level terlemah dalam dua bulan terakhir. Outlook perekonomian yang suram di triwulan II-2020 membuat poundsterling mengalami tekanan.

Pada pukul 16:17 WIB, GBP1 setara Rp 18.134,48, poundsterling melemah 0,12% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 19 Maret. Sepanjang bulan ini, mata uang negeri Ratu Elizabeth ini sudah melemah 2,86%.

Office for National Statistic Rabu kemarin melaporkan PDB Inggris berkontraksi alias minus 2% di triwulan I-2020 dibandingkan triwulan IV-2019. Kontraksi tersebut menjadi yang terdalam sejak krisis finansial global 2008. Meski demikian rilis tersebut masih lebih baik ketimbang prediksi Reuters minus 2,5%.



"Kontraksi PDB di triwulan I sedikit mengejutkan, tapi sudah jelas menunjukkan tantangan yang dihadapi para pembuat kebijakan di Inggris," kata Hugh Gimber ahli strategi pasar di JP Morgan, sebagaimana dilansir Reuters.

Pada Kamis (7/5/2020) pekan lalu, Bank Sentral Inggris (Bank of England/BoE) memberikan "skenario ilustratif" perekonomian Inggris di tahun ini, yang diprediksi menjadi yang terburuk dalam lebih dari 300 tahun terakhir.

Sepanjang triwulan II-2020, pertumbuhan ekonomi Inggris diprediksi minus alias berkontraksi 25%. Dampaknya sepanjang tahun 2020 kontraksi diramal sebesar 14%, atau yang terburuk sejak tahun 1706, berdasarkan data historis yang dimiliki BoE.

Meski demikian, ekonomi Inggris diprediksi akan segera bangkit setelah lockdown dilonggarkan dan pandemi Covid-19 berhasil dihentikan. Perekonomian diprediksi kembali tumbuh seperti sebelum dilanda Covid-19 pada semester II-2021, dan tumbuh 3% di tahun 2022.

Poundsterling juga melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, meski tipis 0,07% di US$ 1,2219, dan sepanjang bulan ini sudah turun 2,96%. Ada fenomena menarik di bulan Mei, dimana poundsterling selalu melemah setidaknya dalam 10 tahun terakhir, sehingga bisa dikatakan sell in May.

Masih belum jelas apa yang menjadi penyebab fenomena tersebut, tetapi data menunjukkan pada periode 2010-2019 poundsterling selalu melemah di bulan Mei.



Pelemahan terbesar terjadi di Mei 2012 ketika mata uang Negeri Ratu Elizabeth ini ini merosot 5,1%. Sementara pelemahan terkecil terjadi pada Mei 2015 sebesar 0,4%.

"Bulan Mei adalah salah satu yang terburuk bagi poundsterling. Jika anda melihat dalam beberapa tahun terakhir, Mei merupakan bulan yang terburuk setelah November bagi poundsterling, jadi saya pikir kita jangan terlalu optimistis memprediksi poundsterling akan menguat," kata Kenneth Broux, ahli strategi valas di Societe Generale, sebagaimana dilansir Reuters.


Analisis Teknikal
Melihat grafik harian, poundsterling yang disimbolkan GBP/USD bergerak di bawah Fibonnaci Retracement 38,2% di kisaran 1,2210. Fibonnaci Retramenent tersebut ditarik dari level tertinggi US$ 1,3325 pada 13 Desember lalu, ke level terendah US$ 1,1404 pada 20 Maret lalu.

Jika mampu menembus konsisten di bawah Fib. Retracement 38,2% Fib. Retracement 23,6% di kisaran US$ 1,1900, dan kembali mengulang sejarah selalu melemah di bulan Mei.

gbpGrafik: GBP/USD Harian
Foto: Refinitiv


Sementara itu Fib. Retracement 50% di kisaran US$ 1.2460, akan menjadi kunci pergerakan di bulan Mei. Selama tertahan di bawah level tersebut GBP/USD berisiko terus melemah. Sementara poundsterling berpeluang bangkit dan menghentikan rentetan penurunan di bulan Mei selama mampu menembus ke atas Fib. Retracement 50%.



TIM RISET CNBC INDONESIA 
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular