
Rokok Murah Banjiri Pasar, Orang RI Masih Bisa 'Ngebul'

Data Ditjen Bea Cukai per September 2022 menunjukkan produksi rokok SKM menembus 155,82 miliar batang pada Januari-September 2022. Jumlah tersebut memang turun 6,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, kontribusinya masih 67% dari total rokok sigaret.
Sementara itu, produksi rokok SKT naik 8,7% menjadi 66,22 miliar batang pada Januari-September 2022, SPM melandai 4,9% menjadi 7,75 miliar batang, dan SPT melonjak 49,6% menjadi 1,19 miliar.
Bila ditinjau lebih lama lagi, produksi rokok SKT terus menanjak dari 69,3 miliar batang pada 2019 menjadi 81,6 miliar batang pada 2020 atau naik 15%. Produksi rokok SKT melonjak 14,7% menjadi 95,7 miliar batang pada 2021.
Sebaliknya, produksi rokok SPM ambles dari 15,1 miliar batang pada 2019 menjadi 11,4 miliar batang pada 2020 dan 9,4 miliar batang pada 2021.
Sementara itu, data Gudang Garam menunjukkan terjadi penurunan rokok di semua kategori pada awal pandemi 2020.
Volume penjualan sigaret kretek mesin rendah tar nikotin (SKM LTN) turun 27,1% menjadi 57,9 miliar batang. Volume penjualan segmen sigaret kretek mesin full flavour (SKM FF) turun 9,4% menjadi 110,0 miliar batang. Volume penjualan di segmen SKT mengalami penurunan terkecil, 4,5% menjadi 41,8 miliar batang sementara volume penjualan rokok putih turun 29,2% menjadi 9,6 miliar batang, dengan pangsa pasar kurang dari 5%.
"SKM full flavour masih bertahan sebagai segmen pasar terbesar dengan pangsa pasar 50,1%," tulis Gudang Garam dalam laporan tahunan 2020.
Anjloknya produksi rokok merupakan sinyal jika rokok mild semakin ditinggalkan. Pasalnya, rokok SPM didominasi rokok mild. Sebaliknya, produksi rokok SKT yang melonjak tajam dan masih tingginya produksi SKM full flavour menunjukkan rokok full flavour semakin banyak dicari selama dua tahun terakhir.
Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa Bea Cukai, Nirwala Dwi Heryanto, menjelaskan masih besarnya perokok full flavour dan turunnya rokok putih ini terkait erat dengan pandemi. Rokok full flavour dengan kandungan nikotin yang tinggi akan membuat perokok lebih "kenyang".
"Orang kalau dikasih rokok tiga batang mild sama satu (full flavour) Dji Sam Soe langsung kenyang yang Dji Sam Soe Kan?Pandemi membuat ada yang lari rokoknya makin kenceng, ada yang lari ke full flavor. Orang sudah banyak yang mulai lari ke full flavour," tutur Nirwala, saat berbincang dengan CNBC Indonesia, pekan lalu.
Rokok full flavour merujuk pada rokok dengan kandungan tar dan nikotin lebih besar serta penggunaan saus atau perasa lebih banyak dibandingkan jenis lain. Dalam proses pembuatannya, rokok ini juga diberi aroma yang khas. Flavour atau perisai/penyedap dalam rokok yang paling umum dipakai adalah cengkeh. Terdapat juga perasa buah-buahan.
Dalam sebatang rokok full flavour, rata-rata mengandung 32 miligram tar dan 2 miligram nikotin. Pada rokok mild pada umumnya mengandung 0,8-1,1 mg nikotin dan 10-18 mg tar. |
Rokok kretek yang menggunakan campuran cengkeh dan tembakau hampir dipastikan adalah jenis full flavour. Beberapa merk rokok full flavour yang terkenal adalah Gudang Garam Filter, Dji Sam Soe, dan Surya 16.
Dimas Dwi Nugraha menjelaskan besarnya perokok full flavour di saat pandemi terkait erat dengan nilai ekonomi.
"Ada kaitan sama bakaran. (Rokok mild) Durasinya cepet habis. Kalau bicara mild paling lama (bakarannya) juga 10 menitan. Kita bayar berapa tapi kok hasil bakarannya segitu. (Full flavour) nendang lebih lama makanya lebih laku sekarang kretek sama filter," ujarnya.