CNBC Indonesia Research

Rokok Murah Banjiri Pasar, Orang RI Masih Bisa 'Ngebul'

Chandra Asmara & Maesaroh & Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
28 October 2022 07:00
Rokok Tembakau Tingwe
Foto: Rokok Tembakau (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Semakin mahalnya rokok dan terbatasnya pengeluaran untuk merokok membuat banyak perokok kemudian beralih ke tradisi tingwe. Tingwe atau nglinthing dhewe (melinting sendiri) adalah proses menggulung tembakau dengan membubuhkan rempah pilihan sendiri.

Tradisi tingwe memang sudah ada sejak artusan tahun sejalan dengan hadirnya rokok di Indonesia yang dipercaya dimulai pada akhir abad ke-19. Tradisi tingwe biasanya lebih didominasi oleh perokok tua atau di daerah.
Namun, pandemi membuat tren tingwe merambat ke pelajar atau pekerja muda. Tradisi tingwe bahkan merebak luas di kalangan mahasiswa sekitar Yogyakarta dalam dua taun terakhir.

"Kalau Jawa Barat sudah agak lama karena jenis tembakanya memang untuk tingwe. Di pasar lokal, permintaan untuk tembakau tingwe itu besar," ujar Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Soeseno kepada CNBC Indonesia.

Pedagang menata rokok di warung eceran di kawasan pondok Bambu, Jakarta, Rabu, (26/10). Naiknya tarif cukai rokok dari waktu ke waktu, membuat sejumlah orang memilih alternatif rokok dengan harga murah. Ghofar pemilik warung eceran menjual berbagai macam Merk rokok mengatakan biasanya orang yang beralih rokok itu karena mencari harga yang lebih murah dengan jenis yang sama. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabkik)Foto: Penjualan Rokok Murah (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabkik)
Pedagang menata rokok di warung eceran di kawasan pondok Bambu, Jakarta, Rabu, (26/10). Naiknya tarif cukai rokok dari waktu ke waktu, membuat sejumlah orang memilih alternatif rokok dengan harga murah. Ghofar pemilik warung eceran menjual berbagai macam Merk rokok mengatakan biasanya orang yang beralih rokok itu karena mencari harga yang lebih murah dengan jenis yang sama. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabkik)

Namun, dia menjelaskan sangat sulit mencari berapa penjualan tembakau untuk tingwe karena transaksinya lebih banyak dilakukan di pasar tradisional.

Dimas Dwi Nugraha menjelaskan perokok tingwe merupakan segmen dengan pertumbuhan paling menjanjikan saat ini karena masih murahnya tembakau iris (TIS).

Tembakau TIS yang dijual untuk tingwe juga belum dikenai cukai. TIS sebenarnya sudah dikenai cukai tetapi komoditas tersebut tidak dikenai cukai jika dikemas untuk penjualan eceran dengan bahan pengemas tradisional yang lazim dipergunakan.

Data Ditjen Bea Cukai menunjukkan penjualan TIS naik 16,3% pada periode Januari-September 2022 menajdi 9,37 juta ton.

"Tingwe sebenarnya juga tren telat karena kita sudah dimanjain rokok pabrik. (Tren) ada kaitan sama eksplorasi di rumah (selama pandemi). Suntuk ya kalo bicara pandemi," ujarnya.

Salah satu perokok tingwe, Andreas Ismar, mengatakan tradisi tingwe memberi dia banyak kesempatan bereksplorasi. Selain tentu saja harganya lebih murah.

Tingwe memberinya kebebasan untuk memilih jenis tembakau yang cocok dengan lokasi. Selain jenis tembakau, rollers bisa memilih untuk membakar tembakau saja atau dicampur dengan cengkeh. Rollers juga bisa memilih untuk menambahkan tembakau dengan bunga kering atau daun lain (teh, mint, pisang) untuk memberi citarasa tambahan.

Selain itu, jenis kertas ataupun daun pembungkus juga memberi sensasi rasa berbeda. "Kreativitas tanpa batas dalam meracik dan eksplorasi cita rasa. Dijamin tidak monoton," ujar Andrea, kepada CNBC Indonesia.

Dia menambahkan dengan tingwe dia bisa menghemat hingga jutaan. Menurut hitungannya, harga dua pouch untuk kebutuhan tingwe setara dengan harga tiga bungkus rokok. ""Pengeluaran tingwe sebulan setara dengan delapan bungkus rokok. Bisa menghemat biaya ngebul sekitar 1 juta-an." imbuhnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular