Terpopuler Sepekan

Geger Nuklir 'Kepung' RI & Malaysia Histeris, Ini Faktanya

Tommy Patrio Sorongan & Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Minggu, 26/09/2021 07:00 WIB
Foto: Kapal Induk Tenaga Nuklir (AP/Daniel Cole)AP/Daniel Cole

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan lalu pemberitaan dihebohkan dengan ancaman senjata nuklir yang bisa mengelilingi Indonesia dan ASEAN. Kawasan bebas nuklir ini khawatir dengan munculnya kemitraan yang melibatkan Amerika Serikat (AS), inggris dan Australia disebut AUKUS.

Dalam pengumumannya pekan lalu, AS dan Inggris akan membantu Canberra untuk memperoleh kapal selam bertenaga nuklir. Hal itu memungkinkan angkatan laut Australia melawan sejumlah negara yang dianggap 'musuh' di kawasan Asia Pasifik seperti China.


China sendiri menuangkan amarahnya terkait aliansi ini dan menyebutnya 'proliferasi nuklir'. Negara pimpinan Presiden Xi Jinping itu menyebut bahwa kerjasama itu telah mengganggu stabilitas Asia Pasifik.

Posisi ASEAN sendiri sebenarnya adalah zona bebas nuklir berdasarkan Traktat Bangkok tahun 1995. Tapi ketegangan antara negara-negara itu, menjepit ASEAN, karena salah satu titiknya adalah Laut China Selatan (LCS).

LCS panas sejak China mengklaim hampir 90% wilayah itu sebagai teritorinya dengan garis putus-putus. Aktivitas militer China yang semakin masif membuatnya bersitegang dengan banyak negara termasuk Filipina, Vietnam, Malaysia bahkan RI di Natuna bagian utara.

Hal ini membuat AS masuk dengan dalih kebebasan navigasi. Sejumlah langkah dilakukan AS, termasuk mengunjungi beberapa negara kunci di ASEAN untuk mendapat dukungan.

Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, China diketahui memiliki 350 unit senjata nuklir, ketiga terbanyak setelah AS dan Rusia. Sekutunya yakni Korut juga memiliki senjata mematikan yang sama.

Di belahan Asia lain, sekutu AS melalui aliansi QUAD, India juga memiliki nuklir. Tetangganya Pakistan, juga memiliki senjata ini.

Indonesia dan Malaysia adalah yang kompak meneriakkan kekhawatiran ini. Kedua negara menyerukan dikedepankannya perdamaian bukan konflik.

"Indonesia sangat prihatin atas terus berlanjutnya perlombaan senjata dan proyeksi kekuatan militer di kawasan," kicau Kemlu melalui akun Twitter @Kemlu_RI, dikutip Senin (20/9/2021).

"Indonesia mendorong Australia dan pihak-pihak terkait lainnya untuk terus mengedepankan dialog dalam menyelesaikan perbedaan secara damai. Dalam kaitan ini, Indonesia menekankan pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional termasuk UNCLOS 1982 dalam menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan."

Malaysia sendiri melihat AUKUS bisa menstimulasi tindakan lebih agresif dari negara-negara yang berseteru. Terutama di kawasan LCS.

"Ini akan memprovokasi kekuatan lain untuk juga bertindak lebih agresif di kawasan itu, terutama di LCS," kata Kantor Perdana Menteri Malaysia dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Reuters.

"Sebagai negara di ASEAN, Malaysia memegang prinsip menjaga ASEAN sebagai Zona Damai, Kebebasan, dan Netralitas (ZOFPAN)."

Halaman 2>>


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Parlemen Iran Sepakat Keluar dari Badan Nuklir PBB

Pages