
Blak-blakan Soal Nuklir, Iran Mau 'Rujuk' Dengan AS?

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Iran Ebrahim Raisi mengaku ingin melanjutkan kembali perundingan nuklir dengan beberapa negara dunia yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS). Hal ini dilakukan untuk segera menghapus sanksi Washington terhadap Tehran.
Mengutip Reuters, dalam forum Majelis Umum tahunan PBB pada hari Selasa waktu setempat, (21/9/2021) Raisi mengatakan Iran ingin segera keluar dari sanksi yang dianggap menindas itu.
"Republik Islam menganggap pembicaraan bermanfaat yang hasil akhirnya adalah pencabutan semua sanksi (AS) yang menindas," kata Raisi dalam pidatonya.
"Kebijakan 'penindasan maksimum' {AS] masih berjalan. Kami tidak menginginkan apa pun selain apa yang menjadi hak kami. Kami menuntut penerapan aturan internasional. Semua pihak harus tetap setia pada kesepakatan nuklir dan Resolusi PBB dalam praktiknya."
Iran dan AS pada bulan April memulai pembicaraan tidak langsung di Wina untuk menyelamatkan perjanjian nuklir yang dinamakan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA). Namun pembicaraan itu terhenti dua hari setelah Raisi terpilih sebagai presiden Iran pada bulan Juni.
JCPOA sendiri sebelumnya disepakati tahun 2015 lalu saat AS masih dalam administrasi Presiden Barack Obama. Berdasarkan kesepakatan itu, Iran akan membatasi program nuklirnya sebagai imbalan atas keringanan sanksi AS, Uni Eropa, dan PBB.
Namun pada era Presiden Donald Trump, kesepakatan itu ditinggalkan pada 2018 dengan alasan kesepakatan tersebut memberi Tehran terlalu banyak keringanan karena terlalu sedikit pembatasan nuklir. Iran kemudian membalas sekitar setahun kemudian dengan melanggar batasan program nuklirnya.
(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Negosiasi Nuklir Iran-AS Alot karena Hal Ini!