Jakarta, CNBC Indonesia - Data perdagangan internasional Maret 2021 membawa angin segar. Namun apakah itu cukup untuk membawa Indonesia keluar dari resesi?
Pada Kamis (15/4/2021), BPS melaporkan nilai ekspor Indonesia bulan lalu adalah US$ 18,35 miliar. Naik 30,47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Sementara dibandingkan dengan Februari 2021 (month-to-month/mtm), nilai ekspor Indonesia tumbuh 20,31%.
Realisasi ini jauh lebih baik ketimbang ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 12,085% yoy. Sedangkan konsensus Reuters berada di 11,74% yoy.
Data Maret 2021 membuat gambaran kinerja ekspor sepanjang kuartal I-2021 menjadi utuh. Pada tiga bulan pertama 2021, ekspor tumbuh 17,11% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Memang pertumbuhan ekspor pada Maret sangat impresif, naik dua digit. Pada triwulan I naik 17,11%. Tentunya akan berpengaruh kepada positif pertumbuhan ekonomi triwulan I," kata Suhariyanto, Kepala BPS.
Sebagai informasi, sumbangan ekspor berada di posisi ketiga dalam komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi pengeluaran. Selama periode 2010-2019, rata-rata sumbangan ekspor terhadap PDB adalah 22,26%.
Tidak hanya ekspor, impor pun memberi harapan akan hari esok yang lebih baik. Nilai impor pada Maret 2021 adalah US$ 16,79 miliar. Tumbuh 25,73% yoy dan 26,55% mtm.
Lagi-lagi ini jauh lebih baik ketimbang proyeksi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan impor naik 6,925% yoy sedangkan konsensus Reuters berada di 6% yoy.
Impor memberi optimisme karena peningkatan signifikan di bahan baku/penolong dan barang modal. Pada Maret 2021, impor bahan baku/penolong melesat 25,82% yoy dan barang modal melesat 33,7% yoy.
 Sumber: BPS |
"Kita berharap pertumbuhan double digit ini menunjukkan bahwa geliat manufaktur dan investasi mulai pulih. Kita harapkan geliat ini tetap terjaga pada triwulan II dan berikutnya sehingga ekonomi pulih pada 2021," lanjut Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto.
Dari sisi pengeluaran, impor memang menjadi faktor pengurang dalam PDB. Namun dengan struktur impor yang didominasi oleh bahan baku/penolong dan barang modal, kenaikan impor akan mendorong produksi industri manufaktur dalam negeri.
Nah, industri manufaktur adalah penyumbang nomor dari di pembentukan PDB dari sisi lapangan usaha. Selama periode 2010-2019, rata-rata kontribusi industri manufaktur terhadap PDB adalah 20,86%.
Halaman Selanjutnya --> Mohon Maaf, Sepertinya Indonesia Masih Resesi
So, apakah data ini bisa mengangkat Indonesia dari 'lumpur' resesi ekonomi? Apakah pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2021 bisa kembali ke teritori positif?
Mohon maaf, sepertinya belum. Sebab pada kuartal I-2020 (yang dijadikan pembanding secara yoy) ekonomi Indonesia masih tumbuh positif meski melambat dibandingkan kuartal sebelumnya.
Pada kuartal I-2020, pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia masih relatif 'jinak'. Kasus pertama baru diumumkan pada 1 Maret 2020 dan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai diterapkan pada 1 April 2020.
Jadi pada kuartal I-2020 boleh dibilang perekonomian Indonesia masih relatif normal. Mobilitas warga belum turun, sehingga ekonomi masih bisa tumbuh.
Mengutip data Covid-19 Community Mobility Reports keluaran Google, rata-rata aktivitas masyarakat di rumah adalah 4,85% di atas normal. Sementara pada kuartal I-2021 adalah 7,81% di atas normal. Jadi masyarakat masih memilih #dirumah aja ketimbang keluar.
Sementara rata-rata kunjungan masyarakat ke pusat perbelanjaan ritel dan lokasi wisata pada kuartal I-2020 adalah 9,67% di bawah normal. Sementara pada kuartal I-2021 adalah 20,99% di bawah normal. Kunjungan masyarakat ke lokasi tersebut malah semakin jarang.
Aktivitas dan mobilitas adalah kunci untuk menumbuhkan ekonomi. Kalau aktivitas dan mobilitas masyarakat masih terbatas (entah karena sukarela maupun mengikuti anjuran pemerintah), maka niscaya sulit untuk menggapai pertumbuhan ekonomi positif.
Oleh karena itu, sepertinya Indonesia masih akan terjebak di 'jurang' resesi pada kuartal I-2021. Proyeksi Kementerian Keuangan untuk pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021 adalah -0,1% hingga -1%.
"Untuk kuartal I-2021, kami di Kementerian Keuangan memperkirakan dalam kisaran -1% yang terdalam hingga -0,1%. Kita berharap di zona netral, mendekati -0,1%," kata Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, dalam konferensi pers APBN Kita edisi Maret 2021, Selasa (23/3/2021).
TIM RISET CNBC INDONESIA