
Transisi Rokan, Chevron Singgung Soal Investasi Pertamina
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
04 November 2019 18:22

Jakarta, CNBC Indonesia- Proses transisi pengelolaan blok Rokan masih dibahas antara PT Pertamina (Persero) dan Chevron Pasific Indonesia masih dalam tahap negosiasi.
Padahal, produksi di blok ini terus-terusan menunjukkan penurunan dan mulai Agustus 2021 nanti blok raksasa ini bakal dikelola sepenuhnya oleh Pertamina.
Transisi ditekankan oleh pemerintah untuk tak mengulang hasil yang sama dengan Blok Mahakam dan blok peralihan lainnya yang begitu berpindah tangan ke pelat merah migas, produksinya malah terus merosot. Apalagi blok Rokan ini merupakan salah satu blok andalah lifting minyak RI.
Senior Vice President Policy and Government and Public Affairs PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) Wahyu Budiarto mengatakan pihaknya terus melakukan diskusi terkait transisi ini. Menurutnya Chevron terus fokus membahas transisi Blok Rokan, ada tim untuk membahas dengan Pertamina dan SKK Migas. "Meeting terus kok, gimana kita membantu Pertamina untuk operasi dengan smooth dan cepat," terangnya di Kementerian ESDM, Senin, (4/11/2019).
Namun, sebelum masuk ke tahap Pertamina bisa mengebor di blok tersebut, Chevron menyinggung soal kelanjutan investasi.l "Kita sadar, continue investment penting. Itu diskusi kan berbagai macam, kemarin dari Pak Fatar (SKK Migas) bilang itu salah satu yang penting," tekannya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, kontrak Chevron akan berakhir pada 8 Agustus 2021. Salah satu hal yang menjadi fokus diskusi adalah terkait data. Data apa saja yang diperlukan Pertamina.
"Apa yang diperlukan. Sekarang bicara data, sehingga gausah mulai dari nol. Data semua lah, diskusi kita ya data itu, mulai bawah tanah, faslitas diatas tanah," imbuhnya.
Enhanced Oil Recovery (EOR) menurutnya juga intens dibahas. EOR merupakan metode yang digunakan untuk meningkatkan cadangan minyak. Menurut Wahyu, terkait EOR, pihakya selalu melaporkan ke SKK Migas. "Itu salah satu data, datanya kan banyak ya di SKK. Karena laporan EOR kita juga sudah kita laporkan," jelasnya.
SKK Migas mencatat, sampai saat ini blok Rokan telah menunjukkan tanda-tanda penurunan produksi alami.
Deputi Operasi SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman pernah mengungkapkan, kontraktor eksisting biasanya tidak akan berinvestasi secara jor-joran menjelang kontraknya berakhir.
Padahal, lanjutnya, untuk menekan penurunan produksi diperlukan investasi yang jumlahnya tidak sedikit. Karena itu peran Pertamina sebagai kontraktor selanjutnya di sana sangat penting.
"Ini kan udah mau selesai, jadi kontraktor lama tidak akan mau investasi banyak, ini tugas kontraktor baru. Makanya itu kita kejar bagaimana transisi ini harus berjalan," ujar Fatar.
(gus/gus) Next Article DPR Minta Pertamina Buru-buru 'Halalkan' Blok Rokan
Padahal, produksi di blok ini terus-terusan menunjukkan penurunan dan mulai Agustus 2021 nanti blok raksasa ini bakal dikelola sepenuhnya oleh Pertamina.
Transisi ditekankan oleh pemerintah untuk tak mengulang hasil yang sama dengan Blok Mahakam dan blok peralihan lainnya yang begitu berpindah tangan ke pelat merah migas, produksinya malah terus merosot. Apalagi blok Rokan ini merupakan salah satu blok andalah lifting minyak RI.
Namun, sebelum masuk ke tahap Pertamina bisa mengebor di blok tersebut, Chevron menyinggung soal kelanjutan investasi.l "Kita sadar, continue investment penting. Itu diskusi kan berbagai macam, kemarin dari Pak Fatar (SKK Migas) bilang itu salah satu yang penting," tekannya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, kontrak Chevron akan berakhir pada 8 Agustus 2021. Salah satu hal yang menjadi fokus diskusi adalah terkait data. Data apa saja yang diperlukan Pertamina.
"Apa yang diperlukan. Sekarang bicara data, sehingga gausah mulai dari nol. Data semua lah, diskusi kita ya data itu, mulai bawah tanah, faslitas diatas tanah," imbuhnya.
Enhanced Oil Recovery (EOR) menurutnya juga intens dibahas. EOR merupakan metode yang digunakan untuk meningkatkan cadangan minyak. Menurut Wahyu, terkait EOR, pihakya selalu melaporkan ke SKK Migas. "Itu salah satu data, datanya kan banyak ya di SKK. Karena laporan EOR kita juga sudah kita laporkan," jelasnya.
SKK Migas mencatat, sampai saat ini blok Rokan telah menunjukkan tanda-tanda penurunan produksi alami.
Deputi Operasi SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman pernah mengungkapkan, kontraktor eksisting biasanya tidak akan berinvestasi secara jor-joran menjelang kontraknya berakhir.
Padahal, lanjutnya, untuk menekan penurunan produksi diperlukan investasi yang jumlahnya tidak sedikit. Karena itu peran Pertamina sebagai kontraktor selanjutnya di sana sangat penting.
"Ini kan udah mau selesai, jadi kontraktor lama tidak akan mau investasi banyak, ini tugas kontraktor baru. Makanya itu kita kejar bagaimana transisi ini harus berjalan," ujar Fatar.
![]() |
(gus/gus) Next Article DPR Minta Pertamina Buru-buru 'Halalkan' Blok Rokan
Most Popular