
Internasional
Demi Perjanjian Brexit, PM Inggris Minta Dukungan Publik
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
26 November 2018 11:45

London, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Inggris Theresa May secara dramatis meminta dukungan langsung kepada publik negaranya untuk mendukung kesepakatan keluar dari Uni Eropa (Brexit) yang disepakati dengan blok euro itu, Minggu (25/11/2018).
Ia bahkan meminta dukungan dari partainya sendiri karena ia sepertinya tidak akan mencapai kesepakatan di dalam negeri atas perjanjian yang diupayakannya itu.
May bertemu dengan 27 pemimpin Uni Eropa lainnya di Brussels akhir pekan lalu untuk menandatangani perjanjian Brexit dan deklarasi politik untuk mengakhiri statusnya sebagai bagian dari blok perdagangan terbesar dunia yang sudah berjalan selama lebih dari 40 tahun.
Dalam sebuah surat terbuka untuk negara itu, May mengatakan dia akan mengampanyekan "hati dan jiwa" untuk meloloskan kesepakatan Brexit di parlemen Inggris, sebuah prospek yang semakin tidak mungkin diberikan kubu oposisi dari beberapa anggota parlemen Partai Konservatif dan sekutunya di Partai Uni Soviet Demokrat Irlandia Utara (DUP).
Pimpinan kubu oposisi, Jeremy Corbyn, telah mengatakan akan menolak kesepakatan tersebut saat dibahas di parlemen awal Desember mendatang. Sementara itu, pemimpin Partai DUP telah mengancam akan menarik dukungannya kepada pemerintah bila kesepakatan itu diloloskan.
"Ini akan menjadi kesepakatan yang menjadi kepentingan nasional kami, yang sesuai untuk seluruh negara kami dan semua rakyat kami, tak peduli apakah Anda memilih "Pergi" atau "Tinggal"," kata May, melansir Reuters.
Surat kabar Sunday mengatakan faksi-faksi yang berbeda di partainya sendiri sedang menyiapkan rencana Brexit alternatif untuk membuat Inggris lebih dekat ke UE jika kesepakatannya gagal seperti yang diperkirakan kebanyakan orang.
Alternatif itu termasuk rencana yang dicetuskan oleh sekutu dekat seperti menteri keuangan Philip Hammond dan menteri pekerjaan dan pensiun Amber Rudd, The Sunday Times melaporkan tanpa mengutip sumber.
The Sunday Telegraph mengatakan ada rencana di kedua sisi Selat Inggris untuk membentuk "Rencana B". Salah satunya adalah menjalankan hubungan a la Norwegia dengan Brussels, di mana Inggris akan memiliki "mekanisme keluar" yang lebih pasti dari aturan Uni Eropa tetapi tidak akan dapat mengakhiri pergerakan bebas pekerja dari blok itu, yang merupakan elemen paling politis dari Brexit.
Dalam suratnya, May mendesak warga Inggris untuk memulai era baru persatuan politik ketika meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret 2019 dan menyisihkan pertempuran sengit yang diprovokasi oleh Brexit.
"Saya ingin itu menjadi momen pembaruan dan rekonsiliasi untuk seluruh negara kita. Itu harus menandai titik ketika kita menyisihkan label "Pergi" dan "Tinggal" untuk kebaikan dan kita bersatu kembali sebagai satu negara," katanya.
"Parlemen akan memiliki kesempatan untuk melakukan itu dalam waktu beberapa minggu ketika memiliki suara yang berarti dalam kesepakatan itu," tambahnya.
(prm) Next Article Inggris Resmi Cerai dari Uni Eropa, Siapa Untung?
Ia bahkan meminta dukungan dari partainya sendiri karena ia sepertinya tidak akan mencapai kesepakatan di dalam negeri atas perjanjian yang diupayakannya itu.
May bertemu dengan 27 pemimpin Uni Eropa lainnya di Brussels akhir pekan lalu untuk menandatangani perjanjian Brexit dan deklarasi politik untuk mengakhiri statusnya sebagai bagian dari blok perdagangan terbesar dunia yang sudah berjalan selama lebih dari 40 tahun.
Pimpinan kubu oposisi, Jeremy Corbyn, telah mengatakan akan menolak kesepakatan tersebut saat dibahas di parlemen awal Desember mendatang. Sementara itu, pemimpin Partai DUP telah mengancam akan menarik dukungannya kepada pemerintah bila kesepakatan itu diloloskan.
"Ini akan menjadi kesepakatan yang menjadi kepentingan nasional kami, yang sesuai untuk seluruh negara kami dan semua rakyat kami, tak peduli apakah Anda memilih "Pergi" atau "Tinggal"," kata May, melansir Reuters.
![]() |
Alternatif itu termasuk rencana yang dicetuskan oleh sekutu dekat seperti menteri keuangan Philip Hammond dan menteri pekerjaan dan pensiun Amber Rudd, The Sunday Times melaporkan tanpa mengutip sumber.
The Sunday Telegraph mengatakan ada rencana di kedua sisi Selat Inggris untuk membentuk "Rencana B". Salah satunya adalah menjalankan hubungan a la Norwegia dengan Brussels, di mana Inggris akan memiliki "mekanisme keluar" yang lebih pasti dari aturan Uni Eropa tetapi tidak akan dapat mengakhiri pergerakan bebas pekerja dari blok itu, yang merupakan elemen paling politis dari Brexit.
Dalam suratnya, May mendesak warga Inggris untuk memulai era baru persatuan politik ketika meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret 2019 dan menyisihkan pertempuran sengit yang diprovokasi oleh Brexit.
"Saya ingin itu menjadi momen pembaruan dan rekonsiliasi untuk seluruh negara kita. Itu harus menandai titik ketika kita menyisihkan label "Pergi" dan "Tinggal" untuk kebaikan dan kita bersatu kembali sebagai satu negara," katanya.
"Parlemen akan memiliki kesempatan untuk melakukan itu dalam waktu beberapa minggu ketika memiliki suara yang berarti dalam kesepakatan itu," tambahnya.
(prm) Next Article Inggris Resmi Cerai dari Uni Eropa, Siapa Untung?
Most Popular