
Media Asing: Khashoggi Tewas Karena Interogasi yang Salah
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
16 October 2018 09:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Arab Saudi diketahui tengah bersiap untuk menyatakan kematian Jamal Khashoggi akibat interogasi yang gagal, dikutip dari Reuters yang melansir CNN dan New York Times.
CNN dan New York Times melaporkan hal itu pada Senin (15/10/2018).
Adapun Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengutus Menteri Luar Negeri, Mike Pompeo, untuk bertemu Raja Salman dalam menghadapi kasus yang telah merenggangkan hubungan AS-Arab Saudi.
Khashoggi, kolumnis Washington Post dan kritikus terkemuka putra mahkota Saudi yang berkuasa, Mohammed bin Salman, lenyap setelah memasuki konsulat Saudi di Istanbul dua minggu lalu saat mengambil dokumen pernikahannya. Para pejabat Turki mengatakan mereka percaya dia dibunuh di sana dan tubuhnya dimutilasi.
Mengutip dua sumber tak dikenal, CNN melaporkan pada hari Senin (15/10/2018) bahwa Arab Saudi sedang mempersiapkan laporan yang akan mengakui Khashoggi terbunuh sebagai hasil dari interogasi yang salah. Pemerintah Saudi tidak dapat dihubungi segera untuk mengomentari laporan CNN.
"Saya mendengar laporan itu, tetapi tidak ada yang tahu jika itu adalah laporan resmi," kata Trump kepada wartawan, tanpa merinci lebih lanjut.
The New York Times, mengutip seseorang yang akrab dengan rencana Saudi, melaporkan putra mahkota telah menyetujui interogasi atau rendisi Khashoggi kembali ke Arab Saudi. Pemerintah Saudi, katanya, akan melindungi pangeran dengan menyalahkan seorang pejabat intelijen karena menjalankan operasi ceroboh itu.
Kasus itu telah memicu kecaman internasional terhadap Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar dunia, di mana semakin banyak media dan eksekutif bisnis membatalkan kehadiran dari konferensi investasi yang direncanakan diadakan di sana bulan ini (23-25 Oktober).
Penyelenggara mengatakan konferensi akan berlangsung hari Senin nanti, namun Saudi membatalkan kunjungan diplomatik tahunan di Washington yang ditetapkan akhir pekan ini.
Banyak anggota Kongres AS, yang telah lama memiliki hubungan yang rentan dengan Arab Saudi, telah mengeluarkan kritik keras terhadap kerajaan atas kasus ini.
Otoritas Turki memiliki rekaman audio yang menunjukkan bahwa Khashoggi tewas di konsulat, seorang pejabat Turki dan sumber keamanan mengatakan kepada Reuters, dan telah berbagi bukti dengan beberapa negara termasuk Arab Saudi dan Amerika Serikat. Namun, melansir Reuters, mereka tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Arab Saudi membantah telah membunuh Khashoggi dan mengecam pernyataan itu sebagai "kebohongan", dengan mengatakan Khashoggi meninggalkan gedung itu sesaat setelah masuk.
"Raja dengan tegas membantah mengetahui hal itu," kata Trump kepada wartawan setelah berbicara dengan Raja Salman. "Dia tidak benar-benar tahu, mungkin" aku tidak ingin masuk ke dalam pikirannya tetapi dia mengatakan begitu bagiku, mungkin ini adalah menjadi pembunuh kejam. Siapa yang tahu?"
Presiden AS tidak memberikan bukti untuk mendukung teori tersebut. Anggota parlemen Demokrat mengkritik Trump karena menggunakan istilah "pembunuh bengis".
"Telah mendengar teori 'pembunuh kejam' yang konyol, yang akan melekat pada orang-orang Saudi," kata Senator Demokrat AS Chris Murphy di Twitter.
"Benar-benar luar biasa mereka dapat meminta Presiden Amerika Serikat sebagai agen PR mereka untuk mengemukakaknnya." Tambahnya.
CNN dan New York Times melaporkan hal itu pada Senin (15/10/2018).
Adapun Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengutus Menteri Luar Negeri, Mike Pompeo, untuk bertemu Raja Salman dalam menghadapi kasus yang telah merenggangkan hubungan AS-Arab Saudi.
Mengutip dua sumber tak dikenal, CNN melaporkan pada hari Senin (15/10/2018) bahwa Arab Saudi sedang mempersiapkan laporan yang akan mengakui Khashoggi terbunuh sebagai hasil dari interogasi yang salah. Pemerintah Saudi tidak dapat dihubungi segera untuk mengomentari laporan CNN.
"Saya mendengar laporan itu, tetapi tidak ada yang tahu jika itu adalah laporan resmi," kata Trump kepada wartawan, tanpa merinci lebih lanjut.
The New York Times, mengutip seseorang yang akrab dengan rencana Saudi, melaporkan putra mahkota telah menyetujui interogasi atau rendisi Khashoggi kembali ke Arab Saudi. Pemerintah Saudi, katanya, akan melindungi pangeran dengan menyalahkan seorang pejabat intelijen karena menjalankan operasi ceroboh itu.
Kasus itu telah memicu kecaman internasional terhadap Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar dunia, di mana semakin banyak media dan eksekutif bisnis membatalkan kehadiran dari konferensi investasi yang direncanakan diadakan di sana bulan ini (23-25 Oktober).
Penyelenggara mengatakan konferensi akan berlangsung hari Senin nanti, namun Saudi membatalkan kunjungan diplomatik tahunan di Washington yang ditetapkan akhir pekan ini.
Banyak anggota Kongres AS, yang telah lama memiliki hubungan yang rentan dengan Arab Saudi, telah mengeluarkan kritik keras terhadap kerajaan atas kasus ini.
Otoritas Turki memiliki rekaman audio yang menunjukkan bahwa Khashoggi tewas di konsulat, seorang pejabat Turki dan sumber keamanan mengatakan kepada Reuters, dan telah berbagi bukti dengan beberapa negara termasuk Arab Saudi dan Amerika Serikat. Namun, melansir Reuters, mereka tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Arab Saudi membantah telah membunuh Khashoggi dan mengecam pernyataan itu sebagai "kebohongan", dengan mengatakan Khashoggi meninggalkan gedung itu sesaat setelah masuk.
"Raja dengan tegas membantah mengetahui hal itu," kata Trump kepada wartawan setelah berbicara dengan Raja Salman. "Dia tidak benar-benar tahu, mungkin" aku tidak ingin masuk ke dalam pikirannya tetapi dia mengatakan begitu bagiku, mungkin ini adalah menjadi pembunuh kejam. Siapa yang tahu?"
Presiden AS tidak memberikan bukti untuk mendukung teori tersebut. Anggota parlemen Demokrat mengkritik Trump karena menggunakan istilah "pembunuh bengis".
"Telah mendengar teori 'pembunuh kejam' yang konyol, yang akan melekat pada orang-orang Saudi," kata Senator Demokrat AS Chris Murphy di Twitter.
"Benar-benar luar biasa mereka dapat meminta Presiden Amerika Serikat sebagai agen PR mereka untuk mengemukakaknnya." Tambahnya.
Next Page
Raja Salman Meminta Investigasi
Pages
Most Popular