
Kilang Minyak RI: Tua, Langka, Hobi Mati Mendadak Pula
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
09 October 2018 18:07

Jakarta, CNBC Indonesia- Ibarat kakek-kakek yang setiap hari disuruh lari maraton, begitu kira-kira gambaran soal kondisi kilang minyak Indonesia saat ini.
Sampai saat ini, Indonesia cuma punya 6 kilang dengan kapasitas produksi paling banyak 800 ribu - 885 ribu barel per hari. Kapasitas ini jauh di bawah kebutuhan atau konsumi minyak RI yang seharinya bisa mencapai 1,6 juta barel per hari, menurut data Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas).
Baca: Kilang Minyak Riwayatmu Kini
Sementara dari sisi hulu, rata-rata produksi minyak makin merosot yakni di kisaran 750 ribu - 770 ribu barel per hari. Artinya, lebih dari separuh minyak yang dikonsumsi RI harus diimpor. Baik berupa BBM maupun impor minyak mentah.
Dari dokumen Pertamina seusai melaksanakan rapat dengar pendapat tingkat panja, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (26/9/2018), tercatat rata-rata harian impor BBM Pertamina sampai pada Agustus 2018 sebesar 393 ribu barel per hari.
CNBC Indonesia coba membandingkan kondisi tersebut dengan negara tetangga Singapura, yang luasnya bahkan tidak lebih besar dari Provinsi Jakarta. Singapura, dengan populasi penduduk hanya sekitar 5,6 juta jiwa, konsumsi BBMnya pada tahun 2016 ternyata tercatat cukup besar, yakni 1,38 juta bph. Namun demikian, Singapura memiliki kilang minyak berkapasitas 1,51 juta bph, sehingga sisanya dapat diekspor ke negara lain, termasuk ke Indonesia.
Hal serupa terjadi di negara China, dimana konsumsi BBMnya pada tahun 2016 mencapai 12,38 juta bph, namun memiliki kilang minyak dengan kapasitas 14,18 juta bph. Oleh karena itu, Cina pun memiliki kapasitas ekspor produk minyak yang cukup besar.
Melihat dua contoh di negara lain tersebut, sejatinya Indonesia sudah sangat tertinggal dalam hal pengolahan produk minyak. Pembangunan kilang minyak baru, ataupun peningkatan kembali kapasitas kilang-kilang tua harus menjadi prioritas utama pembangunan Indonesia.
Apalagi, pembangunan kilang minyak dengan kapasitas besar terakhir yang dilakukan pemerintah adalah pada tahun 1994, yakni sewaktu membangun Kilang Balongan dengan kapasitas 125 ribu barel per hari. Secara resmi, Pertamina kini hanya memiliki 6 kilang yang terdiri dari kilang Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Sorong.
Masalah kilang yang sedikit dan berumur tua, kini bertambah lagi, ternyata kilang-kilang ini suka mati mendadak. Innalillahi.
Ini kemudian, membuat Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar geram. Arcandra kini tengah menyoroti operasional kilang minyak eksisting milik PT Pertamina (Persero) yang kerap mengalami mati produksi yang tak direncanakan (unplanned shutdown).
"Kilang eksisting ya, bukan RDMP. Itu beberapa kali ada yang unplanned shut down kilangnya, ada banyak. Ini mitigasinya bagaimana," kata dia ketika dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (8/10/2018).
Gara-gara kilang hobi mati mendadak, impor pun bengkak. Arcandra mencatat, impor BBM hingga Agustus tahun ini ada di angka 93,23 juta barel atau sudah mencapai 67,12% dari realisasi tahun lalu 138,88 juta barel. Sementara itu, impor minyak mentah di periode yang sama tercatat sudah 78,38 juta barel atau 58,21% dari realisasi tahun lalu 134,64 juta barel.
Jika sudah begini, kapan RI serius revitalisasi dan punya kilang baru?
(gus) Next Article Bahlil Ungkap Investasi di Kilang Pertamina
Sampai saat ini, Indonesia cuma punya 6 kilang dengan kapasitas produksi paling banyak 800 ribu - 885 ribu barel per hari. Kapasitas ini jauh di bawah kebutuhan atau konsumi minyak RI yang seharinya bisa mencapai 1,6 juta barel per hari, menurut data Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas).
![]() |
Sementara dari sisi hulu, rata-rata produksi minyak makin merosot yakni di kisaran 750 ribu - 770 ribu barel per hari. Artinya, lebih dari separuh minyak yang dikonsumsi RI harus diimpor. Baik berupa BBM maupun impor minyak mentah.
Dari dokumen Pertamina seusai melaksanakan rapat dengar pendapat tingkat panja, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (26/9/2018), tercatat rata-rata harian impor BBM Pertamina sampai pada Agustus 2018 sebesar 393 ribu barel per hari.
![]() |
CNBC Indonesia coba membandingkan kondisi tersebut dengan negara tetangga Singapura, yang luasnya bahkan tidak lebih besar dari Provinsi Jakarta. Singapura, dengan populasi penduduk hanya sekitar 5,6 juta jiwa, konsumsi BBMnya pada tahun 2016 ternyata tercatat cukup besar, yakni 1,38 juta bph. Namun demikian, Singapura memiliki kilang minyak berkapasitas 1,51 juta bph, sehingga sisanya dapat diekspor ke negara lain, termasuk ke Indonesia.
Hal serupa terjadi di negara China, dimana konsumsi BBMnya pada tahun 2016 mencapai 12,38 juta bph, namun memiliki kilang minyak dengan kapasitas 14,18 juta bph. Oleh karena itu, Cina pun memiliki kapasitas ekspor produk minyak yang cukup besar.
Melihat dua contoh di negara lain tersebut, sejatinya Indonesia sudah sangat tertinggal dalam hal pengolahan produk minyak. Pembangunan kilang minyak baru, ataupun peningkatan kembali kapasitas kilang-kilang tua harus menjadi prioritas utama pembangunan Indonesia.
Apalagi, pembangunan kilang minyak dengan kapasitas besar terakhir yang dilakukan pemerintah adalah pada tahun 1994, yakni sewaktu membangun Kilang Balongan dengan kapasitas 125 ribu barel per hari. Secara resmi, Pertamina kini hanya memiliki 6 kilang yang terdiri dari kilang Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Sorong.
Masalah kilang yang sedikit dan berumur tua, kini bertambah lagi, ternyata kilang-kilang ini suka mati mendadak. Innalillahi.
Ini kemudian, membuat Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar geram. Arcandra kini tengah menyoroti operasional kilang minyak eksisting milik PT Pertamina (Persero) yang kerap mengalami mati produksi yang tak direncanakan (unplanned shutdown).
"Kilang eksisting ya, bukan RDMP. Itu beberapa kali ada yang unplanned shut down kilangnya, ada banyak. Ini mitigasinya bagaimana," kata dia ketika dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (8/10/2018).
Gara-gara kilang hobi mati mendadak, impor pun bengkak. Arcandra mencatat, impor BBM hingga Agustus tahun ini ada di angka 93,23 juta barel atau sudah mencapai 67,12% dari realisasi tahun lalu 138,88 juta barel. Sementara itu, impor minyak mentah di periode yang sama tercatat sudah 78,38 juta barel atau 58,21% dari realisasi tahun lalu 134,64 juta barel.
Jika sudah begini, kapan RI serius revitalisasi dan punya kilang baru?
(gus) Next Article Bahlil Ungkap Investasi di Kilang Pertamina
Most Popular