
Bahlil Ungkap Investasi di Kilang Pertamina
Efrem Limsan Siregar, CNBC Indonesia
28 December 2019 07:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkap rencana investasi kilang di Indonesia. Dia telah membahasnya bersama Dirut PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Kamis (26/12/2019).
"Kemarin saya rapat dengan Dirut Pertamina. Refinery mereka di Tuban kerjasama dengan [Pertamina] Rosneft, kemudian kita bicara Balongan Adnoc untuk hulu kilang, lalu CPC tentang petrochemicalnya," kata Bahlil saat jumpa pers akhir tahun di Hotel JW Marriot, Jakarta, Jumat (27/12/2019).
Persoalan pembangunan kilang menjadi perbincangan hangat setelah Presiden Joko Widodo mengungkap kekecewaannya tentang pembangunan kilang terhambat selama 30 tahun. Persoalan ini menurut Bahlil sebenarnya bisa diselesaikan dengan political will yang kuat.
"Impor ini enak uangnya cepat. Impor ini bukan karena negara tidak mampu tetapi political will," ujar Bahlil.
"Defisit [neraca perdagangan] salah satu kontribusinya adalah impor migas. Investasi migas Adnoc, Insyaallah masuk, CPC masuk, Pertamina Roseneft sudah selesai," katanya.
Ia mengatakan akan terbang ke Abu Dhabi untuk menyelesaikan pembahasan investasi Adhoc, kemudian investasi China Petroleum Corporation (CPC) Taiwan yang diharapkan selesai pada Januari atau Februari 2020.
"Apakah ada potensi lagi tahun depan? Ada, untuk mengelola refinery di dumai yang tadinya dikelola Abu Dhabi tapi dilepas, akhirnya kita dapat Korea. Sudah kerjasama dengan salah satu BUMN di sini."
"Kemarin sudah kita komunikasikan dengan Ibu Nicke. Kami tanyakan apa masalahnya? Masalah izin, masalah lahan kita bikin tim. Apa untuk bantu Pertamina percepatan refinery kita bantu. Ini kepentingan bangsa kok," katanya.
(roy/roy) Next Article "Singapura Tak Punya Minyak Tapi Punya Kilang, Udah Gila!"
"Kemarin saya rapat dengan Dirut Pertamina. Refinery mereka di Tuban kerjasama dengan [Pertamina] Rosneft, kemudian kita bicara Balongan Adnoc untuk hulu kilang, lalu CPC tentang petrochemicalnya," kata Bahlil saat jumpa pers akhir tahun di Hotel JW Marriot, Jakarta, Jumat (27/12/2019).
Persoalan pembangunan kilang menjadi perbincangan hangat setelah Presiden Joko Widodo mengungkap kekecewaannya tentang pembangunan kilang terhambat selama 30 tahun. Persoalan ini menurut Bahlil sebenarnya bisa diselesaikan dengan political will yang kuat.
"Defisit [neraca perdagangan] salah satu kontribusinya adalah impor migas. Investasi migas Adnoc, Insyaallah masuk, CPC masuk, Pertamina Roseneft sudah selesai," katanya.
Ia mengatakan akan terbang ke Abu Dhabi untuk menyelesaikan pembahasan investasi Adhoc, kemudian investasi China Petroleum Corporation (CPC) Taiwan yang diharapkan selesai pada Januari atau Februari 2020.
"Apakah ada potensi lagi tahun depan? Ada, untuk mengelola refinery di dumai yang tadinya dikelola Abu Dhabi tapi dilepas, akhirnya kita dapat Korea. Sudah kerjasama dengan salah satu BUMN di sini."
"Kemarin sudah kita komunikasikan dengan Ibu Nicke. Kami tanyakan apa masalahnya? Masalah izin, masalah lahan kita bikin tim. Apa untuk bantu Pertamina percepatan refinery kita bantu. Ini kepentingan bangsa kok," katanya.
(roy/roy) Next Article "Singapura Tak Punya Minyak Tapi Punya Kilang, Udah Gila!"
Most Popular