Kilang Minyak, Riwayatmu Kini

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
02 February 2018 14:52
Pembangunan kilang minyak terakhir di Indonesia adalah tahun 1994, perlu dibangun lagi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi BBM
Foto: Dokumentasi ESDM
Dikutip dari Indonesian Energy Outlook 2016 yang dirilis Dewan Energi Nasional (DEN), seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, maka kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan produk kilang minyak lainnya diproyeksikan mengalami peningkatan 3% setiap tahun mencapai 1,9 juta barel per hari (bph) pada tahun 2025 dan 3,8 juta bph tahun 2050.

Pada tahun 2016, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia sudah mencapai 1,62 juta bph. Sementara menurut data British Petroleum (BP), kapasitas kilang di Indonesia sebenarnya mencapai 1,16 juta bph, tetapi kilang sebagian besar sudah beroperasi di atas 30 tahun tersebut sehingga hanya mampu mengolah minyak mentah menjadi produk BBM sekitar 885 ribu bph.

Kilang Minyak, Riwayatmu Kini Sumber: berbagai sumber, diolah Tim Riset CNBC Indonesia


Akibatnya, kekurangan BBM sekitar 800 ribu bph harus dipenuhi melalui impor, dengan kebutuhan dana untuk impor BBM mencapai US$ 150 juta/hari atau senilai 1,95 trilyun rupiah/hari pada tahun 2015.

CNBC Indonesia coba membandingkan kondisi tersebut dengan negara tetangga Singapura, yang luasnya bahkan tidak lebih besar dari Provinsi Jakarta. Singapura, dengan populasi penduduk hanya sekitar 5,6 juta jiwa, konsumsi BBMnya pada tahun 2016 ternyata tercatat cukup besar, yakni 1,38 juta bph. Namun demikian, Singapura memiliki kilang minyak berkapasitas 1,51 juta bph, sehingga sisanya dapat diekspor ke negara lain, termasuk ke Indonesia.

Hal serupa terjadi di negara China, dimana konsumsi BBMnya pada tahun 2016 mencapai 12,38 juta bph, namun memiliki kilang minyak dengan kapasitas 14,18 juta bph. Oleh karena itu, Cina pun memiliki kapasitas ekspor produk minyak yang cukup besar.



Melihat dua contoh di negara lain tersebut, sejatinya Indonesia sudah sangat tertinggal dalam hal pengolahan produk minyak. Pembangunan kilang minyak baru, ataupun peningkatan kembali kapasitas kilang-kilang tua harus menjadi prioritas utama pembangunan Indonesia.

Apalagi, pembangunan kilang minyak dengan kapasitas besar terakhir yang dilakukan pemerintah adalah pada tahun 1994, yakni sewaktu membangun Kilang Balongan dengan kapasitas 125 ribu barel per hari. Secara resmi, Pertamina kini hanya memiliki 6 kilang yang terdiri dari kilang Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Sorong.

Kilang Minyak, Riwayatmu Kini Sumber: Pertamina (diolah oleh Tim Riset CNBC Indonesia)

Rencana pembangunan kilang minyak baru, sebenarnya sudah dimulai sejak akhir tahun 2005. Ketika itu, Pertamina sudah menandatangani kesepakatan pembangunan kilang minyak di Tuban bersama Sinopec (perusahaan minyak China) dengan kapasitas 200 ribu bph. Di tahun 2006, konsorsium swasta yang didukung pendanaan Arab Saudi juga sempat merencanakan pembangunan kilang minyak di Pare-Pare dengan kapasitas 300 ribu bph dan ditargetkan beroperasi pada tahun 2010.

Kemudian, Pertamina juga sempat bekerja sama dengan NIORDC dari Iran dan Petrofield dari Malaysia untuk membangun kilang Bojonegoro di tahun 2009. Namun sampai saat ini, belum satu pun kilang minyak baru yang berhasil dibangun.

Sebagai respon atas rencana pembangunan kilang selalu mandeg, Presiden Joko Widodo telah meneken Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 146 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Pembangunan dan Pengembangan Kilang Minyak di Dalam Negeri2 Perpres tersebut memuat skema pembangunan kilang minyak yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan badan usaha. Pembangunan kilang minyak oleh pemerintah dilaksanakan melalui dua cara. Pertama, Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Kedua, melalui mekanisme penugasan dengan pembiayaan pemerintah dan penugasan dengan pembiayaan korporasi.

Belum cukup dengan itu, pembangunan kilang baru Bontang dan Tuban (Grass Root Refinery/GRR) dimasukkan ke dalam proyek strategis nasional di bawah payung hukum Perpres No. 58 tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Kilang Minyak Bontang saat ini sudah mendapatkan mitra kerja sama dari Oman dan Jepang. Sementara, kilang minyak Tuban kabarnya masih mengalami kendala terkait pembebasan lahan.

Selain itu, di dalam daftar Proyek Strategi Nasional juga direncanakan proyek Revitalisasi 5 Minyak Kilang Eksisting (RDMP). Kilang minyak eksisting yang akan ditingkatkan kapasitasnya, di antaranya Cilacap, Balongan, Dumai, Balikpapan, dan Plaju.

Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) berpendapat bahwa RDMP dibutuhkan bersamaan dengan proyek GRR untuk meningkatkan kapasitas produksi kilang minyak yang sudah ada di Indonesia. Dengan revitalisasi 5 kilang di Cilacap, Balikpapan, Plaju, Balongan, dan Dumai, maka produksi diestimasi akan meningkat 150%.
(gus/gus) Next Article Kilang Minyak di Indonesia, Riwayatnya Kini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular