Indonesia Sudah 20 Tahun Lebih Tak Bangun Kilang Minyak

Gustidha Budiartie & Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
01 February 2018 13:14
Pembangunan kilang terhambat mulai dari alasan teknis hingga kabar keberadaan mafia migas
Foto: Dokumentasi ESDM
  • Pembangunan kilang kapasitas besar terakhir tahun 1995 yakni Kilang Balongan dengan kapasitas 125 ribu barel per hari
  • Lebih dari 20 tahun tak bangun kilang, Indonesia kehilangan kemampuan untuk membangun infrastruktur migas iniĀ 

Jakarta, CNBC Indonesia- Pertamina akhirnya meneken kerjasama pembangunan Kilang Bontang dengan Oman dan Jepang. Ini adalah untuk pertama kalinya sejak 20 tahun terakhir terdengar kembali rencana pembangunan kilang di Indonesia.

Pembangunan kilang minyak dengan kapasitas besar terakhir yang dilakukan pemerintah adalah pada tahun 1995, yakni sewaktu membangun Kilang Balongan dengan kapasitas 125 ribu barel per hari.



Resminya, Pertamina kini memiliki 6 kilang yang jika dijumlah kapasitas produksinya hanya mencapai 800 ribuan per hari. Ini jauh di bawah tingkat konsumsi bahan bakar minyak (BBM) nasional yang bisa mencapai 1,3 juta barel per hari.

Pakar kebijakan energi dari Universitas Gajah Mada (UGM) Fahmy Rady mengatakan rencana pembangunan kilang selama ini memang kerap terhambat. Salah satunya, kata dia, karena ada oknum yang hobi menciutkan niat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) migas untuk bangun kilang dengan meributkan proses administrasi atau margin bisnis yang tidak menggiurkan.



"Pertamina dananya terbatas, kilang investasinya besar," kata Fahmy menuturkan alasan terus mundurnya pembangunan kilang, Kamis (1/2/2018).

Tetapi, berbeda dengan rencana-rencana pembangunan kilang beberapa tahun belakangan yang berujung ketidakpastian, kali ini pembangunan Kilang Bontang dinilai lebih ada kepastian karena menggunakan skema penugasan.

"BUMN itu kan punya dua lengan, satu mencari keuntungan dan satu lagi perpanjangan tangan pemerintah. Dengan penugasan ini Pertamina jadi perpanjangan tangan pemerintah untuk melaksanakan program pemerintah," kata Direktur Program Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) Reiner Haryanto kepada CNBC Indonesia.

Dengan skema ini, Pertamina pun bisa bergerak cepat. Lelang pencarian mitra dibuka pada 2017, dan di awal 2018 sudah mengumumkan mitra untuk membangun Kilang Bontang dengan kapasitas 300 ribu barel per hari dan ditargetkan mulai beroperasi di 2025.

Reiner menjelaskan, sulitnya membangun kilang juga tak lepas dari hal teknis seperti sulitnya mencari partner atau bahkan sumber daya di dalam negeri yang memiliki kemampuan untuk membangun kilang. "Kita terakhir bangun kilang itu 20 tahun lebih, jadi sudah kehilangan kemampuan. Ini mau tidak mau memang harus mencari partner strategis karena terlalu lama tidak bangun kilang."

Pembangunan kilang, kata Reiner, adalah kebutuhan mendesak untuk mengamankan energi Indonesia. Dengan konsumsi yang terus naik, pembangunan kilang tak bisa diundur lagi. "Di luar negeri itu untuk proyek infrastruktur kalaupun ada hambatan, paling maksimal mundurnya 3 sampai 5 tahun. Di sini bisa puluhan tahun, makanya ini harus segera didorong dan diprioritaskan."
(gus/gus) Next Article Ini Progres Pembangunan 6 Kilang Pertamina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular