, yang menceritakan tentang gaya hidup yang mewah dan borjuis keluarga kaya Tiongkok, di Singapura.
Gaya hidup seperti ini, sebenarnya sudah terjadi dari dahulu namun jarang tertangkap oleh mata orang kebanyakan. Crazy Rich, bukan hanya ada di film semata melainkan juga ada di dunia nyata.
Banyak dari mereka memiliki cara tersendiri untuk 'menghambur-hamburkan kekayaannya', tak terkecuali untuk beramal. Salah satu yang terbaru, adalah
Orang terkaya Hong Kong, Li Ka-Shing disebutkan telah memberikan donasi sebesar US% 5 juta atau setara Rp 75 miliar untuk membantu korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
Lantas, bagaimana dengan di Indonesia? Jangan ditanya. Bahkan, mereka ikut serta membantu upaya Bank Indonesia (BI) maupun pemerintah untuk menyelematkan nilai tukar rupiah yang terperosok.
Penasaran? CNBC Indonesia merangkumnya untuk Anda.
Beberapa waktu lalu, ramai hashtag #CrazyRichSurabayan. Tagar ini memuat potongan-potongan cerita tentang gaya hidup orang kaya di Surabaya yang bikin Anda geleng-geleng kepala.
Mereka bersatupadu melakukan aksi jual dolar untuk membantu penguatan nilai tukar rupiah, yang terus tertekan dalam beberapa bulan terakhir. Setidaknya, lebih dari 1.000 perusahaan ikut berpartisipasi.
Tak tanggung-tanggung, dana yang mereka keluarkan pun tak sedikit. Sekitar US$ 50 juta, sebuah dana fantastis, yang tidak mungkin dikeluarkan sebagian banyak orang secara cuma-cuma.
Gubernur BI Perry Warjiyo bahkan tak ragu untuk mengajak Crazy Rich lainnya melakukan hal serupa. Bank sentral, kata dia, pun siap memfasilitasi penukaran dolar.
"Saya ajak pengusaha semakin banyak jual valasnya, supaya rupiah makin stabil," ungkap Perry beberapa waktu lalu.
NEXT Tak lama ramai pemberitaan mengenai Crazy Rich Surabayan, muncul nama Garibaldi Thohir atau yang akrab disapa Boy Thohir. Tujuannya sama, yaitu demi menyelematkan nilai tukar rupiah.
Boy membuat gebrakan dengan menukar transaksi perusahaan yang selama ini menggunakan dolar AS ke rupiah. Tak tanggung-tanggung, dana yang dikonversi diperkirakan US$ 1,7 miliar atau setara Rp 25 triliun.
Rincinya, terdiri dari royalti pajak dalam rupiah, yang kurang lebih sekitar US$ 600 juta-US$ 700 juta. Lalu transaksi bahan bakar dengan PT Pertamina (Persero), sekitar US$ 400 juta-US$ 500 juta.
Sementara sisanya merupakan transaksi dengan tiga kontraktor yakni PT Saptaindra Sejati, PT Pama Persada, dan PT Bukit Makmur Mandiri Utama senilai US$ 600 juta-US$ 700 juta.
Lantas, apa yang menjadi alasan Boy begitu berani mengeluarkan dana fantasis tersebut untuk membantu nilai tukar?
"Transaksi Adaro dalam dolar selama ini memang cukup besar kepada mitra bisnisnya. Maka kami berinisiatif, dengan Pertamina kami sudah rupiah. Kami ajak dalam bentuk rupiah. Kalau bukan kita, yang concern siapa lagi,"
Orang terkaya Hong Kong, Li Ka-Shing memberikan sumbangan sebesar US$ 5 juta atau setara Rp 75 miliar bagi korban gempa Palu dan Gonggala, Sulawesi Tengah.
Bantuan tersebut terdiri dari US$ 2 juta dari CK Hutchison Holdings dan US$ 3 juta dari Li Ka Shing Foundation. Dana tersebut, diberikan melalui Sustainable Development Goals (SDG) Indonesia One.
Di Hong Kong, Li Ka-Sing dijuluki 'Superman' karena keahlian dan ketajamannya dalam berbisnis. Perusaahan Li adalah bagian dari perjalanan negara Hong Kong itu sendiri.
Di mana, perusahaannya memberikan layanan yang menyediakan segala rupa barang dan jasa di Hong Kong dari layanan internet sampai jaringan supermarket.
Mengutip AFP, Jumat (16/3/2018), keputusan Li dalam berbisnis sangat memengaruhi harga properti di Hong Kong sehingga banyak investor yang berpedoman pada kata-katanya.
Li Ka-shing adalah Chairman CK Hutchison Holdings Ltd. Li lahir pada tahun 1928 di Kota Chaozhou, China daratan. Dia dan keluarganya melarikan diri ke negara tetangga, Hong Kong, selama Perang Sino-Jepang
Dia pertama kali memulai bisnisnya sendiri pada tahun 1950 dengan memproduksi bunga plastik. Tapi setelah melakukan diversifikasi ke properti, dia melihat keuntungan besar di tahun 1960-an dan dalam dekade berikutnya bisnisnya melebar ke banyak sektor di Hong Kong.
Perusahaannya memiliki minat jangka panjang di pasar luar negeri, serta melakukan investasi di sektor properti dan energi pada tahun 1980-an.
"Dia layak mendapat julukan 'Superman', tapi mungkin dia tidak cocok sebagai pemimpin untuk masa depan," jelas The Global Times, sebuah surat kabar yang dekat dengan partai komunis China yang tengah berkuasa, ketika menulis tentang Li di tahun 2015.
Forbes di tahun 2018 menempatkan Li di posisi 23 sebagai orang terkaya di dunia. Ia hanya terpaut tiga tempat di belakang pendiri Alibaba Jack Ma dan enam angka di belakang pendiri Tencent Ma Huateng.
Pada Maret 2018, Li Ka-Shing memutuskan untuk mengundurkan diri dari seluruh kerajaan bisnisnya pada usia 89 tahun. Li Ka-shing memutuskan pensiun setelah 70 tahun berkutat di perusahaan yang dibangunnya sendiri dan fokus pada kegiatan filantropi