Internasional
Jelang Pemilu, Trump Diperkirakan Goreng Isu Perang Dagang
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
27 August 2018 14:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang sedang disorot karena berbagai kasus hukum yang menjerat orang-orang terdekatnya, diperkirakan akan melakukan berbagai cara untuk mengamankan posisi politiknya menjelang pemilihan paruh waktu pada bulan November.
Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan mengalihkan perhatian pemilih dari masalah yang terjadi di dalam negeri ke masalah perang dagang yang sedang berlangsung dengan China, kata para analis. Dengan kata lain, AS mungkin akan meningkatkan konflik antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Selasa lalu (21/8/2018), Trump dihantam dua kasus secara bersamaan: Satu kasus melibatkan mantan ketua kampanyenya, Paul Manafort, yang dinyatakan bersalah atas delapan tindak pidana berat. Masalah kedua berasal dari mantan pengacaranya, Michael Cohen, yang mengaku bersalah atas delapan tuduhan kejahatan yang melibatkan berbagai penipuan.
Berita yang paling merugikan Trump adalah terkait Cohen yang mengaku membayar dua wanita agar tutup mulut tentang kasus perselingkuhan mereka dengan sang presiden.
Kedua kasus itu telah memunculkan wacana impeachment (pengunduran diri dari jabatan), yang juga bahkan telah dibahas Trump sendiri.
"Intinya adalah bahwa dengan tekanan politik di dalam negeri, Trump perlu meningkatkan modal politiknya (penyangga)," kata Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi Mizuho Bank, seperti dilansir dari CNBC International.
Gedung Putih dapat menggalang dukungan dengan memfokuskan perhatian pada "musuh bersama", tetapi hal itu bisa membuat pebisnis marah karena dikenai tarif impor, kata Varathan.
Nick Marro, seorang analis di Economist Intelligence Unit, menyuarakan sentimen-sentimen itu dan menjelaskan bahwa Trump telah menunjukkan pola 'beralih ke geopolitik sebagai taktik domestik'.
"Ada kemungkinan presiden dapat menggunakan perang dagang sebagai pengalihan: Kami telah melihatnya melakukannya dengan urusan internasional," kata Marro.
Tapi itu 'risiko besar' jika ada kemungkinan bahwa perselisihan bisa diredakan, katanya kepada CNBC.
"Nilai terbesar dari pembicaraan (baru-baru ini) adalah bahwa kedua belah pihak kembali melakukan perundingan, mungkin akan mengadakan diskusi yang lebih substantif ke depannya. Tapi momentum kecil itu akan dihilangkan jika Trump menggunakan perang dagang sebagai pengalihan politik."
Shane Oliver, kepala strategi investasi AMP Capital, mengatakan perkembangan hukum AS sejauh ini tidak cukup berat sampai mengarah pada dilengserkannya Trump dari jabatannya, tetapi itu memberi risiko pada presiden untuk "melakukan hal-hal yang kurang dipertimbangkan" untuk menopang posisinya. Untuk pasar, itu bisa berarti akan ada peningkatan volatilitas dalam beberapa bulan ke depan, menurut Oliver.
Namun tidak ada konsensus bahwa masalah domestik Trump akan berdampak pada perang dagang AS-Cina.
Sementara itu, Milken Institute Asia Fellow Curis Chin mengatakan ketegangan dagang akan memburuk, meski tanpa masalah Trump. Sebaliknya, Trump mengabaikan masalah itu dan hanya mempertahankan janji kampanyenya untuk menciptakan "perdagangan yang adil" melalui "sikap yang lebih keras pada hubungan dagang dengan China," kata Chin, yang dulunya adalah duta besar AS untuk Bank Pembangunan Asia.
"Trump telah memasuki kegelisahan yang berkelanjutan di Amerika Serikat, dan juga di seluruh Asia, tentang praktik perdagangan China. Pelanggaran hak kekayaan intelektual, dan perlakuan tidak adil terhadap perusahaan asing yang mendukung pemain domestik di China adalah tantangan yang dihadapi oleh Perusahaan Amerika dan non-Amerika," katanya.
Meskipun demikian, jajak pendapat NBC News/ Marist yang dirilis minggu lalu menemukan bahwa kebijakan tarif Trump telah gagal untuk memenangkan suara di tiga negara penting, Pennsylvania, Texas, dan Illinois, untuk pemilihan paruh waktu.
Banyak pemilih di negara-negara itu mengatakan bahwa tarif impor yang ditetapkannya itu akan menaikkan biaya barang-barang konsumsi dan merugikan ekonomi AS.
Pemilihan paruh waktu AS akan diadakan pada 6 November tahun ini.
(prm) Next Article Trump Siap Luncurkan Medsos Tandingan Twitter
Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan mengalihkan perhatian pemilih dari masalah yang terjadi di dalam negeri ke masalah perang dagang yang sedang berlangsung dengan China, kata para analis. Dengan kata lain, AS mungkin akan meningkatkan konflik antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Selasa lalu (21/8/2018), Trump dihantam dua kasus secara bersamaan: Satu kasus melibatkan mantan ketua kampanyenya, Paul Manafort, yang dinyatakan bersalah atas delapan tindak pidana berat. Masalah kedua berasal dari mantan pengacaranya, Michael Cohen, yang mengaku bersalah atas delapan tuduhan kejahatan yang melibatkan berbagai penipuan.
Kedua kasus itu telah memunculkan wacana impeachment (pengunduran diri dari jabatan), yang juga bahkan telah dibahas Trump sendiri.
"Intinya adalah bahwa dengan tekanan politik di dalam negeri, Trump perlu meningkatkan modal politiknya (penyangga)," kata Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi Mizuho Bank, seperti dilansir dari CNBC International.
Gedung Putih dapat menggalang dukungan dengan memfokuskan perhatian pada "musuh bersama", tetapi hal itu bisa membuat pebisnis marah karena dikenai tarif impor, kata Varathan.
Nick Marro, seorang analis di Economist Intelligence Unit, menyuarakan sentimen-sentimen itu dan menjelaskan bahwa Trump telah menunjukkan pola 'beralih ke geopolitik sebagai taktik domestik'.
"Ada kemungkinan presiden dapat menggunakan perang dagang sebagai pengalihan: Kami telah melihatnya melakukannya dengan urusan internasional," kata Marro.
Tapi itu 'risiko besar' jika ada kemungkinan bahwa perselisihan bisa diredakan, katanya kepada CNBC.
"Nilai terbesar dari pembicaraan (baru-baru ini) adalah bahwa kedua belah pihak kembali melakukan perundingan, mungkin akan mengadakan diskusi yang lebih substantif ke depannya. Tapi momentum kecil itu akan dihilangkan jika Trump menggunakan perang dagang sebagai pengalihan politik."
Shane Oliver, kepala strategi investasi AMP Capital, mengatakan perkembangan hukum AS sejauh ini tidak cukup berat sampai mengarah pada dilengserkannya Trump dari jabatannya, tetapi itu memberi risiko pada presiden untuk "melakukan hal-hal yang kurang dipertimbangkan" untuk menopang posisinya. Untuk pasar, itu bisa berarti akan ada peningkatan volatilitas dalam beberapa bulan ke depan, menurut Oliver.
Namun tidak ada konsensus bahwa masalah domestik Trump akan berdampak pada perang dagang AS-Cina.
Sementara itu, Milken Institute Asia Fellow Curis Chin mengatakan ketegangan dagang akan memburuk, meski tanpa masalah Trump. Sebaliknya, Trump mengabaikan masalah itu dan hanya mempertahankan janji kampanyenya untuk menciptakan "perdagangan yang adil" melalui "sikap yang lebih keras pada hubungan dagang dengan China," kata Chin, yang dulunya adalah duta besar AS untuk Bank Pembangunan Asia.
"Trump telah memasuki kegelisahan yang berkelanjutan di Amerika Serikat, dan juga di seluruh Asia, tentang praktik perdagangan China. Pelanggaran hak kekayaan intelektual, dan perlakuan tidak adil terhadap perusahaan asing yang mendukung pemain domestik di China adalah tantangan yang dihadapi oleh Perusahaan Amerika dan non-Amerika," katanya.
Meskipun demikian, jajak pendapat NBC News/ Marist yang dirilis minggu lalu menemukan bahwa kebijakan tarif Trump telah gagal untuk memenangkan suara di tiga negara penting, Pennsylvania, Texas, dan Illinois, untuk pemilihan paruh waktu.
Banyak pemilih di negara-negara itu mengatakan bahwa tarif impor yang ditetapkannya itu akan menaikkan biaya barang-barang konsumsi dan merugikan ekonomi AS.
Pemilihan paruh waktu AS akan diadakan pada 6 November tahun ini.
(prm) Next Article Trump Siap Luncurkan Medsos Tandingan Twitter
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular