Internasional

Pelaku Usaha AS: Perang Dagang Sebabkan Pengangguran

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
24 August 2018 18:45
Perang dagang AS-China akan membuat konsumen Negeri Paman Sam harus membayar lebih tinggi untuk berbagai produk.
Perang Dagang AS-China (Foto: Aristya Rahadian Krisabella)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bea masuk yang dikenakan Amerika Serikat (AS) atas barang-barang impor China akan membuat konsumen Negeri Paman Sam harus membayar lebih tinggi untuk berbagai produk, kata seorang pemimpin asosiasi industri pada hari Jumat (24/8/2018).

"Kami mengalami beberapa masalah serius terkait situasiĀ perang tarif ini," kata Rick Helfenbein, presiden dan CEO di American Apparel and Footwear Association.

"Ini mengganggu rantai pasokan kami, ini memukul bisnis kami," tambahnya, dilansir dari CNBC International.

Helfenbein berbicara setelah AS menerapkan tarif impor baru terhadap impor China senilai US$16 miliar (Rp 234 triliun) hari Kamis (23/8/2018) dan memaksa Beijing membalas dengan menerapkan bea impor terhadap produk AS dengan nilai yang sama.

"Apa yang akan terjadi selanjutnya sangat sederhana, harga akan naik, penjualan akan turun, pekerjaan akan hilang. Ini akan berdampak negatif pada ekonomi," kata Helfenbein dalam acara 'Squawk Box' CNBC.

Industri pakaian dan alas kaki akan terpukul keras oleh tarif impor karena 41% dari semua pakaian jadi, 72% dari total alas kaki, dan 84% dari semua aksesori yang diimpor ke AS berasal dari China, kata Helfenbein.

Hal itu disebabkan karena pilihan sumbernya terbatas, karena sebagian besar produk berasal dari China, Vietnam, Bangladesh, India, dan Indonesia.


"Ke mana Anda akan pergi? Orang-orang telah mencoba melakukan diversifikasi selama bertahun-tahun. Anda tidak bisa bangun dan bergerak, sehingga harga akan naik saat dijual ke konsumen dan itu akan terjadi sesegera mungkin," katanya kepada CNBC.

Meskipun dunia ritel Amerika terlihat positif sekarang, namun dampak dariĀ tarif impor baru akan terasa pada konsumen dalam enam hingga sembilan bulan ke depan.

"Kami menyaksikan kapal Titanic keluar dari pelabuhan di sini; ini bukan hal yang baik," katanya.

Jika pemerintahan Trump melanjutkan serangan dengan menambahkan tarif impor senilai US$200 miliar di barang-barang China, itu akan menjadi pukulan tambahan bagi industri AS.

Dua ekonomi terbesar dunia telah bertemu beberapa kali sejak Presiden Donald Trump berkuasa. Kedua negara berupaya menemukan menemukan penyelesaian dari isu-isu perdagangan karena Trump mempermasalahkan defisit perdagangan negaranya dengan China yang sangat besar.

Kemarin (22 dan 23 Agustus), para pejabat China yang dipimpin oleh Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen mengadakan pembicaraan dengan mitra AS di Washington.

Kementerian Perdagangan China mengatakan dalam sebuah pernyataan di situsnya hari Jumat bahwa kedua pihak memiliki pembicaraan yang "konstruktif dan jujur". Pernyataan itu tidak memberikan rincian tentang pembicaraan, tetapi mengatakan kedua negara akan terus berhubungan untuk menentukan langkah selanjutnya.
(prm) Next Article Jelang Pemilu, Trump Diperkirakan Goreng Isu Perang Dagang

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular