Internasional

Krisis Karbon Dioksida Serang Eropa, Pembelian Bir Dibatasi

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
27 June 2018 18:00
Krisis Karbon Dioksida Serang Eropa, Pembelian Bir Dibatasi
Foto: REUTERS/Peter Nicholls
Jakarta, CNBC Indonesia - Kekurangan karbon dioksida (CO2) untuk makanan (food grade) secara besar-besaran telah meningkatkan ketakutan akan gangguan terhadap persediaan daging dan minuman bersoda di Eropa.

Kekurangan CO2 di Eropa muncul saat kegembiraan turnamen sepak bola Piala Dunia tengah berlangsung dan di tengah puncak barbekyu musim panas. Krisis yang tidak tepat waktu itu kemudian mendorong beberapa produsen besar di industri makanan dan minuman untuk memperingatkan konsumen akan kemungkinan kekurangan suplai yang parah selama beberapa minggu mendatang, dikutip dari CNBC International hari Rabu (27/6/2018).


Jurnal perdagangan Gas World, yang pertama kali melaporkan kekurangan CO2 di Uni Eropa awal bulan ini, menggambarkannya sebagai 'situasi pasokan terburuk yang memukul bisnis karbon dioksida Eropa dalam beberapa dekade'.


Apa masalahnya?

Salah satu sumber terbesar dari CO2 makanan UE secara tradisional berasal dari beberapa pabrik amonia besar. Tapi setidaknya lima produsen gas di Eropa Utara mulai melakukan penutupan berencana selama bulan-bulan awal musim panas untuk menyelesaikan isu pemeliharaan.

Sementara itu, sejumlah pabrik bio-etanol Uni Eropa lainnya, yang menyediakan sumber alternatif CO2, juga tutup untuk pekerjaan perbaikan musim panas. Inggris diperkirakan menjadi yang paling terpukul oleh penutupan itu, dengan hanya satu pabrik CO2 besar yang beroperasi saat ini.

Gas jernih dan tidak berbau ini digunakan untuk produk berkarbonasi, seperti soda dan bir. Gas ini juga digunakan selama proses pembotolan dan kegging.
Pada hari Selasa, penjual makanan grosir milik Tesco, Booker, mulai memesan bir dan persediaan cider.

Peritel makanan yang diandalkan oleh bar, restoran, dan pedagang itu membatasi pembelian pelanggan hanya 10 kotak bir dan lima cider atau minuman ringan.

Dalam sebuah pernyataan perusahaan, Booker mengatakan terpaksa membatasi suplai bir dan cider karena kekurangan CO2 food grade secara internasional.

Berita itu menyusul kabar gangguan pasokan di Heineken dan Coca-Cola, dengan beberapa perusahaan makanan dan minuman Eropa berjuang untuk mengatasi kelangkaan CO2.

Pekan lalu, juru bicara Heineken, pembuat bir terbesar yang melayani Inggris, mengatakan kepada CNBC melalui email: "Seperti banyak bisnis lain dalam industri makanan dan minuman, kami juga dipengaruhi oleh kelangkaan ini ... Kami terus bekerja keras untuk menyelesaikan masalah ini secepat mungkin di basis pasokan Eropa kami, dan bekerja sama dengan pelanggan untuk meminimalkan gangguan terhadap bisnis mereka."

Heineken juga memperingatkan pub akan kemungkinan terjadinya "kelangkaan besar" dari merek Amstel dan John Smiths-nya.

Pub terbesar di Amerika Serikat, Wetherspoons, juga mengatakan terpaksa segera menarik sejumlah bir dan minuman berkarbonasi lainnya dari menu.

Baru-baru ini, Coca-Cola mengatakan telah "sementara menghentikan" beberapa produksinya karena kekurangan gas CO2. Dalam sebuah pernyataan perusahaan yang dikeluarkan pada hari Senin, produsen minuman ringan itu berusaha meyakinkan konsumen bahwa sejauh ini kekurangan tidak memengaruhi pasokan secara keseluruhan. Industri minuman bukan satu-satunya yang terhambat oleh krisis. CO2 juga merupakan bagian penting dari proses pengemasan daging.

Seorang juru bicara di British Soft Drinks Association, mengatakan kepada CNBC melalui email: "Kekurangan CO2 di Eropa Utara berdampak pada berbagai bisnis di seluruh sektor makanan dan minuman."


Grocer, majalah industri makanan mingguan, pekan lalu melaporkan bahwa sembilan pabrik unggas terbesar di Inggris saat ini menghadapi kekurangan gas CO2 secara 'kritis'.

Hal ini secara luas dianggap memiliki dampak signifikan pada distribusi produk unggas yang seperti biasanya di seluruh Inggris dan Eropa, termasuk restoran seperti Nando's, McDonald's, dan KFC.

British Poultry Council juga telah memperingatkan bahwa hingga 60% pabrik pengolahan unggas bisa tutup 'dalam beberapa hari'.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular