Cukai Alkohol Mahal, Produsen Anker Bir Putar Otak

Monica Wareza, CNBC Indonesia
19 June 2019 20:08
Produsen Anker Bir, menyiapkan produk baru sebagai strategi menghadapi cukai alkohol yang tinggi.
Foto: REUTERS/Sheng Li/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Delta Djakarta menargetkan pertumbuhan penjualan di tahun ini di angka 8%-9%, lebih rendah dari perolehan tahun lalu yang sebesar 15%. Salah satu tantangan perusahaan untuk mencapai targetnya adalah lantaran penetapan cukai untuk minuman beralkohol awal tahun ini. Produsen Anker bir ini sedang menyiapkan produk baru.

Direktur Delta Djakarta Ronny Titiheruw mengatakan tarif cukai yang ditetapkan oleh pemerintah ini dinilai cukup memengaruhi harga jual dan daya beli masyarakat. Ditambah lagi dengan konsumsi masyarakat saat ini yang masih soft membuat perusahaan menetapkan target moderat.



"Tantangan industri minuman beralkohol konsumennya tergantung daya beli karena harganya naik karena harga cukai, jadi memengaruhi harga jual dan daya beli mudah-mudahan membaik jadi konsumsi juga meningkat," kata Ronny di Hotel Westin, Jakarta, Rabu (19/6/2019).

Adapun pemerintah melalui Kemeterian Keuangan melakukan penyesuaian tarif cukai untuk golongan A (kadar alkohol sampai dengan 5%) baik dalam negeri maupun impor sebesar 15%. Sedangkan, untuk MMEA golongan B (kadar alkohol lebih dari 5%-20%) dan MMEA golongan C (kadar alkohol lebih dari 20 %) telah dikenakan tarif bea masuk yang cukup tinggi masing-masing sebesar 90% dan 150%.

Untuk itu perusahaan mengakali penjualan ini dengan mengeluarkan produk baru dengan kadar alkohol yang lebih rendah. Diharapkan produk ini dapat mendongkrak pertumbuhan penjualan perusahaan di tahun ini.



Selain itu, produsen Anker Bir, Carlsberg dan San Miguel ini juga menargetkan penjualan ke pasar yang lebih spesifik saat ini lantaran adanya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol.

"Jadi memang sebetulnya untuk regulasi masih banyak peluang yang bisa digarap domestik, contohnya daerah wisata yang belum digarap dan ekspansi daerah ke wilayah timur. Kita harus patuhi regulasi, tapi segmen lain seperti di hotel lebih fleksibel jadi bisa maksimalkan penjualan dan promosi," terang dia.

Meski telah diterapkan sejak empat tahun terakhir, Ronny mengakui pembatasan penjualan minuman beralkohol ini masih berdampak pada penjualan perusahaan.
Adapun di tahun ini perusahaan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) yang terbilang besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kenaikan capex ini menjadi Rp 48 miliar, naik tajam dari Rp 17 miliar yang direalisasikan tahun lalu.

Alokasi capex dalam jumlah besar ini akan digunakan perusahaan untuk membiayai overhaul mesinnya dan melakukan upgrading menjadi mesin bertaraf internasional. Belanja modal ini akan dibiayai menggunakan kas internal perusahaan.


(hoi/hoi) Next Article Heboh Bir Hingga Miras Dijual Online, Memang Boleh?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular