Valuasi Freeport Sampai Rp 70 T, Inalum: Insya Allah Terbaik

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
22 June 2018 12:15
Valuasi nilai saham Freeport dengan skema satu langkah diperkirakan bernilai US$ 5 miliar atau Rp 70 T
Foto: CNBC Indonesia/Wahyu Daniel
Jakarta, CNBC Indonesia- Tenggat untuk divestasi saham PT Freeport Indonesia yang ditargetkan bisa rampung Juni ini semakin dekat. Tetapi, di detik-detik akhir justru terdapat beberapa perubahan baik dari sisi skema maupun harga valuasi saham tambang emas dan tembaga ini.

Kemarin, Kementerian BUMN bilang bahwa skema berubah dari dua tahap menjadi satu tahap. Begitu pula dengan valuasi saham yang semula ditaksir kisaran US$ 3 miliar jadi melebar hingga ke angka US$ 5 miliar atau setara dengan Rp 42 triliun hingga Rp 70,4 triliun.



Menanggapi hal ini, Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin, yang membawahi proyek divestasi saham Freeport untuk kembali ke ibu pertiwi, masih belum bisa membuka angka pasti valuasi tambang yang ada di Papua itu. "Urusan valuasi ini seharusnya sudah mendapatkan angka yang terbaik," ujar Budi kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (22/6/2018).
 
Lebih lanjut, dengan besaran valuasi tersebut Budi menilai sudah cukup untuk pendanaan yang saat ini disiapkan oleh holding tambang BUMN, meski dirinya belum bisa mengungkapkan berapa besaran angkanya. Ia juga menuturkan, pihaknya tengah berusaha semaksimal mungkin agar memenuhi tenggat pada Juni ini.
 
"Kami sedang berusaha keras, karena selain angka, kan ada masalah terms and conditions yang perlu disetujui. Tapi sekarang memang sudah maju sangat jauh. Pembicaraannya sudah ditahap itu, sekarang fokusnya lebih banyak ke hak dan kewajiban," imbuh mantan Direktur Utama Bank Mandiri ini.
 
Ia mengakui memang masih ada empat hal lain yang perlu diselesaikan sama-sama,yakni terkait masalah perpanjangan kontrak, smelther, divestasi, dan juga stabilitas investasi yang sekarang sedang ditugaskan kepada Inalum.


 
"Jadi sekarang ga bisa hanya divestasi selesai, tapi tiga hal lain tidak selesai. Jadi keempatnya harus selesai bersamaan dan Inalum hanya bertanggung jawab pada urusan divestasi. Insya Allah, Juni selesai. Doakan supaya kita bisa membawa aset besar kita ke bumi pertiwi," pungkas Budi.
 
Adapun, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar masih enggan berkomentar lebih lanjut terkait urusan Freeport ini. "Nanti saja ya, urusan Freeport itu sensitif," tandas Arcandra.



Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan ada perubahan skema. Semula pemerintah berencana membeli saham partisipasi Rio Tinto yang ada di tambang Grasberg milik Freeport terlebih dulu, kemudian saham itu dikonversi dan sisa saham yang tersisa sebesar 6%- 7% dibeli dari Freeport untuk penuhi target 51% divestasi.

Tetapi, tiba-tiba rencana ini berubah, pemerintah berniat proses langsung divestasi dan masalah Rio Tinto dicoret. Valuasi secara keseluruhan ini disebut-sebut karena pemerintah juga sedang menghitung potensi tambang ke depan, termasuk tambang bawah tanah (di dalamnya terdapat tambang kucing liar) yang diperkirakan asetnya bisa berusia hingga 2061.



Meski asumsi valuasi melebar hingga US$ 5 miliar, Fajar meragukan angkanya bisa sebesar itu. Soal biaya, menurut Fajar, Inalum sudah menyiapkan skema-skema yang memungkinkan untuk bisa membeli tambang yang ada di Papua, tapi selama puluhan tahun dikuasai Amerika itu.

"Kalau US$ 1,5 miliar bisa dibayar sendiri, kalau US$ 2,5 miliar baru mulai minjem, US$ 3,5 miliar juga. Tapi nggak mungkin sampai US$ 5 miliar, kemahalan," katanya.




(gus/gus) Next Article Terungkap, Ini 3 Program Inalum Usai Sukses Rebut Freeport

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular