
Freeport-Amman Studi Bersama Bangun Smelter di NTB
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
12 June 2018 11:43

Jakarta, CNBC Indonesia- Dua perusahaan tambang emas dan tembaga raksasa di Indonesia, yakni PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral tengah melakukan studi bersama terkait rencana pembangunan smelter di Maluk, Nusa Tenggara Barat.
Vice President Corporate Communication PTFI Riza Pratama mengatakan studi untuk pembangunan smelter ini dilakukan sejak 2017 lalu. "Smelternya ini diusulkan oleh Amman, kalau Freeport kami kan sudah ada rencana juga di Gresik. Jadi masih studi dulu," kata Riza kepada CNBC Indonesia, usai acara buka puasa bersama, Senin (11/6/2018).
Riza menjelaskan studi ini belum menuju ke arah kesepakatan atau apapun, dan belum bisa dipastikan apakah nantinya Freeport sepakat untuk bekerjasama dengan Amman membangun smelter di lokasi bekas tambang Newmont itu. "Studinya kan masih ongoing, tunggu hasilnya apakah feasible atau bagaimana belum ketahuan," kata dia.
PT Amman Mineral sebelumnya pernah menyebut sedang merencanakan pembangunan smelter berkapasitas hingga 2,6 juta ton di Maluk, Nusa Tenggara Barat.
Kepala Divisi Komunikasi Korporat Amman Mineral Anita Afianty mengatakan smelter ditargetkan selesai dibangun dan mulai beroperasi pada 2022. Begitu smelter selesai, Amman membuka peluang untuk perusahaan tambang lain mengolah dan memurnikan hasil tambang mereka di smelter tersebut. Termasuk Freeport.
"Sampai saat ini memang belum ada, tapi untuk Freeport jika mau masuk kami terbuka," ujar Anita Afianty, Kamis 24 Mei lalu.
Saat ini progres pembangunan smelter masih mencapai 10,1%, progres ini berdasar hasil kunjungan tim surveyor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Februari lalu. Hasil ini didapat berdasar perkembangan land clearing yang dilakukan perusahaan sejak 13 April 2017 dan hill cutting karena lahan memang berupa bukit yang harus dipotong terlebih dulu sebelum bisa digunakan.
Anita memaparkan Smelter ini dibangun di Desa Mantun dekat Teluk Benete, Maluk, Nusa Tenggara Barat. "Saat ini yang sudah disiapkan di smelter juga sudah ada fuel storage, power plant, dan lainnya," kata Anita.
Amman menargetkan persiapan lahan bisa selesai di tahun ini, untuk masuk ke tahap berikutnya. Perusahaan, kata dia, juga sambil mengurus izin lingkungan yang dilakukan sejak Januari lalu. "Progres berikutnya baru bisa diketahui 6 bulan sejak Februari kemarin berarti."
Pembangunan smelter ini akan dijalani oleh anak usaha Amman Mineral yakni Amman Mineral Industri (AMIN). Pendanaan akan dicari oleh anak usaha ini nantinya, sementara untuk proses konstruksi diperkirakan dibutuhkan hingga 15 ribu tenaga kerja.
Terkait kapasitas smelter yang terhitung besar, yakni hingga 2,6 juta ton per tahun, Anita mengatakan kapasitas tersebut tidak langsung dioptimalkan begitu smelter selesai dibangun. "Kami gunakan bertahap, disesuaikan dengan produksi juga."

(gus) Next Article Meski Proyek Rugi, Freeport Garap Smelter Gresik Rp 42 T
Vice President Corporate Communication PTFI Riza Pratama mengatakan studi untuk pembangunan smelter ini dilakukan sejak 2017 lalu. "Smelternya ini diusulkan oleh Amman, kalau Freeport kami kan sudah ada rencana juga di Gresik. Jadi masih studi dulu," kata Riza kepada CNBC Indonesia, usai acara buka puasa bersama, Senin (11/6/2018).
Riza menjelaskan studi ini belum menuju ke arah kesepakatan atau apapun, dan belum bisa dipastikan apakah nantinya Freeport sepakat untuk bekerjasama dengan Amman membangun smelter di lokasi bekas tambang Newmont itu. "Studinya kan masih ongoing, tunggu hasilnya apakah feasible atau bagaimana belum ketahuan," kata dia.
Kepala Divisi Komunikasi Korporat Amman Mineral Anita Afianty mengatakan smelter ditargetkan selesai dibangun dan mulai beroperasi pada 2022. Begitu smelter selesai, Amman membuka peluang untuk perusahaan tambang lain mengolah dan memurnikan hasil tambang mereka di smelter tersebut. Termasuk Freeport.
"Sampai saat ini memang belum ada, tapi untuk Freeport jika mau masuk kami terbuka," ujar Anita Afianty, Kamis 24 Mei lalu.
Saat ini progres pembangunan smelter masih mencapai 10,1%, progres ini berdasar hasil kunjungan tim surveyor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Februari lalu. Hasil ini didapat berdasar perkembangan land clearing yang dilakukan perusahaan sejak 13 April 2017 dan hill cutting karena lahan memang berupa bukit yang harus dipotong terlebih dulu sebelum bisa digunakan.
Anita memaparkan Smelter ini dibangun di Desa Mantun dekat Teluk Benete, Maluk, Nusa Tenggara Barat. "Saat ini yang sudah disiapkan di smelter juga sudah ada fuel storage, power plant, dan lainnya," kata Anita.
Amman menargetkan persiapan lahan bisa selesai di tahun ini, untuk masuk ke tahap berikutnya. Perusahaan, kata dia, juga sambil mengurus izin lingkungan yang dilakukan sejak Januari lalu. "Progres berikutnya baru bisa diketahui 6 bulan sejak Februari kemarin berarti."
Pembangunan smelter ini akan dijalani oleh anak usaha Amman Mineral yakni Amman Mineral Industri (AMIN). Pendanaan akan dicari oleh anak usaha ini nantinya, sementara untuk proses konstruksi diperkirakan dibutuhkan hingga 15 ribu tenaga kerja.
Terkait kapasitas smelter yang terhitung besar, yakni hingga 2,6 juta ton per tahun, Anita mengatakan kapasitas tersebut tidak langsung dioptimalkan begitu smelter selesai dibangun. "Kami gunakan bertahap, disesuaikan dengan produksi juga."

(gus) Next Article Meski Proyek Rugi, Freeport Garap Smelter Gresik Rp 42 T
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular