
Tantang China, India Perkuat Perannya di Asia Tenggara
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
04 June 2018 12:19

Singapura, CNBC Indonesia - Meski kabarnya hampir tenggelam karena pertemuan Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara, serta ketegangan antara Washington dan Beijing pekan lalu, India mempererat ikatan diplomatis dan keamanannya di seluruh Asia Tenggara untuk menantang China.
Belum jelas seberapa jauh New Delhi akan membawa hubungan tersebut karena janji bertahun-tahun dan pemilihan umum yang akan terjadi dalam 11 bulan ke depan dapat menjadi gangguan bagi Perdana Menteri India Narendra Modi. Jika pun India sudah mengungguli China, negara itu tidak akan memicu konfrontasi terbuka, dilansir dari Reuters, Senin (4/6/2018).
Namun, Modi mengambil beberapa langkah kebijakan luar negeri dan keamanan yang konkret di Asia Tenggara belakangan ini.
Dia menandatangani kesepakatan dengan Indonesia untuk membangun sebuah pelabuhan di kota Sabang yang akan menggantikan pintu masuk sebelah barat ke Teluk Malaka, salah satu jalur laut tersibuk di dunia. Modi juga menyetujui sebuah pakta dengan Singapura terkait dukungan logistik untuk kapal angkatan laut, kapal selam, dan pesawat militer selama kunjungannya ke tiga negara di ASEAN.
Modi juga terbang ke Kuala Lumpur untuk bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad yang baru saja memenangkan pemilu bulan lalu. Secara efektif, dia pun mempererat hubungan India dengan tiga negara paling berpengaruh di Asia Tenggara.
Pada hari Jumat (1/6/2018), Modi mengatakan dalam acara Shangri-La Dialogue di Singapura, sebuah forum pertahanan utama di Asia, bahwa India akan bekerja sama dengan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (Association of South East Asian Nations/ASEAN) untuk mempromosikan aturan di kawasan Indo-Pasifik.
"Kami akan bekerja sama dengan mereka, secara individu ataupun dalam bentuk bertiga atau lebih untuk kawasan yang stabil dan damai," katanya saat menyampaikan pidato di forum tersebut.
Sejumlah delegasi, termasuk Menteri Pertahanan AS Jim Mattis menyuarakan dukungannya.
Saat forum berakhir hari Minggu (3/6/2018), Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen mengatakan, "Saya yakin banyak negara yang gembira karena India telah mengindikasikan komitmen kuat ke kawasan ini".
China Bersikap Dingin
Istilah "Indo-Pasifik" semakin digunakan dalam lingkaran diplomatis dan keamanan di AS, Australia, India, dan Jepang dalam beberapa tahun belakangan.
Istilah itu merupakan kependekan untuk sebuah kawasan luas didorong oleh demokrasi untuk menggantikan sebutan "Asia-Pasifik", yang disebut-sebut terlalu menempatkan China sebagai pusatnya.
Dalam menyetujui posisi India di kawasan yang semakin meningkat, Komando Pasifik dari militer AS di Hawaii secara resmi mengganti namanya menjadi Komando Info-Pasifik AS pada upacara hari Rabu (30/5/2018).
Meskipun China dan India nampak berkawan baik, juga terdapat komentar Modi tentang kuatnya relasi di antara mereka berdua, Beijing justru memberi tanggapan dingin terhadap strateginya.
Global Times, kantor berita milik negara India, memperingatkan dalam sebuah editorial pekan lalu, "Jika India benar-benar mengincar akses militer ke pulau strategis Sabang, negara itu kemungkinan akan menjebak dirinya sendiri ke dalam kompetisi strategis dengan China dan pada akhirnya merugikan diri sendiri".
Kolonel Senior Zhao Xiaozhou, seorang peneliti di Institute of War Studies Academy of Military Sciences dari Pasukan Pembebasan Rakyat (People's Liberation Army), mengatakan kepada para reporter di sela-sela acara Shangri-La Dialogue bahwa Modi "membuat beberapa komentar tentang konsep Indo-Pasifik yang dia pikirkan".
Dia tidak mengelaborasi lebih lanjut, tetapi Global Times mengutip perkataannya berikut ini: "Strategi Indo-Pasifik dan aliansi pura-pura antara AS, Jepang, India, dan Australia tidak akan bertahan lama."
Belum jelas seberapa jauh New Delhi akan membawa hubungan tersebut karena janji bertahun-tahun dan pemilihan umum yang akan terjadi dalam 11 bulan ke depan dapat menjadi gangguan bagi Perdana Menteri India Narendra Modi. Jika pun India sudah mengungguli China, negara itu tidak akan memicu konfrontasi terbuka, dilansir dari Reuters, Senin (4/6/2018).
Namun, Modi mengambil beberapa langkah kebijakan luar negeri dan keamanan yang konkret di Asia Tenggara belakangan ini.
Modi juga terbang ke Kuala Lumpur untuk bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad yang baru saja memenangkan pemilu bulan lalu. Secara efektif, dia pun mempererat hubungan India dengan tiga negara paling berpengaruh di Asia Tenggara.
Pada hari Jumat (1/6/2018), Modi mengatakan dalam acara Shangri-La Dialogue di Singapura, sebuah forum pertahanan utama di Asia, bahwa India akan bekerja sama dengan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (Association of South East Asian Nations/ASEAN) untuk mempromosikan aturan di kawasan Indo-Pasifik.
"Kami akan bekerja sama dengan mereka, secara individu ataupun dalam bentuk bertiga atau lebih untuk kawasan yang stabil dan damai," katanya saat menyampaikan pidato di forum tersebut.
Sejumlah delegasi, termasuk Menteri Pertahanan AS Jim Mattis menyuarakan dukungannya.
Saat forum berakhir hari Minggu (3/6/2018), Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen mengatakan, "Saya yakin banyak negara yang gembira karena India telah mengindikasikan komitmen kuat ke kawasan ini".
China Bersikap Dingin
Istilah "Indo-Pasifik" semakin digunakan dalam lingkaran diplomatis dan keamanan di AS, Australia, India, dan Jepang dalam beberapa tahun belakangan.
Istilah itu merupakan kependekan untuk sebuah kawasan luas didorong oleh demokrasi untuk menggantikan sebutan "Asia-Pasifik", yang disebut-sebut terlalu menempatkan China sebagai pusatnya.
Dalam menyetujui posisi India di kawasan yang semakin meningkat, Komando Pasifik dari militer AS di Hawaii secara resmi mengganti namanya menjadi Komando Info-Pasifik AS pada upacara hari Rabu (30/5/2018).
Meskipun China dan India nampak berkawan baik, juga terdapat komentar Modi tentang kuatnya relasi di antara mereka berdua, Beijing justru memberi tanggapan dingin terhadap strateginya.
Global Times, kantor berita milik negara India, memperingatkan dalam sebuah editorial pekan lalu, "Jika India benar-benar mengincar akses militer ke pulau strategis Sabang, negara itu kemungkinan akan menjebak dirinya sendiri ke dalam kompetisi strategis dengan China dan pada akhirnya merugikan diri sendiri".
Kolonel Senior Zhao Xiaozhou, seorang peneliti di Institute of War Studies Academy of Military Sciences dari Pasukan Pembebasan Rakyat (People's Liberation Army), mengatakan kepada para reporter di sela-sela acara Shangri-La Dialogue bahwa Modi "membuat beberapa komentar tentang konsep Indo-Pasifik yang dia pikirkan".
Dia tidak mengelaborasi lebih lanjut, tetapi Global Times mengutip perkataannya berikut ini: "Strategi Indo-Pasifik dan aliansi pura-pura antara AS, Jepang, India, dan Australia tidak akan bertahan lama."
Next Page
Jejak yang Lebih Luas
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular