
Internasional
Kudlow: Tarif Dapat Diterapkan sebelum Negosiasi dengan China
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
12 April 2018 12:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Langkah terbaru China di tengah ketegangan perang dagang yang makin meruncing dengan Amerika Serikat (AS) sangatlah positif, namun hal tersebut tidak berarti bea impor tidak jadi dikenakan bila negosiasi dagang belum dilakukan, ujar penasihat ekonomi utama Presiden AS Donald Trump, Larry Kudlow, kepada CNBC International hari Rabu (11/4/2018).
Kedua negara saling balas menetapkan tarif. Namun, pada hari Selasa, Presiden China Xi Jinping mengatakan berencana untuk lebih jauh membuka ekonomi negaranya, termasuk menurunkan tarif impor mobil dan produk lainnya, dan juga meningkatkan perlindungan kekayaan intelektual bagi perusahaan luar negeri, dilansir dari CNBC International.
"Saya pikir apa yang akan terjadi adalah kami pada akhirnya akan bernegosiasi. Namun tidak pasti apakah tarif akan diterapkan atau tidak [sebelum negosiasi dilakukan]. Kita tidak seharusnya panik," ujar Kudlow, direktur Badan Ekonomi Nasional, di acara Closing Bell.
"Sejauh ini belum ada tarif yang diterapkan. ... dan kemungkinan belum akan diterapkan sampai beberapa bulan ke depan," tambahnya.
Trump mengumumkan sederet daftar barang impor China pekan lalu yang rencananya akan dikenai tarif sebagai langkah balasan terhadap negara Asia Timur itu. Sesaat setelah pengumuman tersebut, perekonomian terbesar di Asia tersebut juga ikut menetapkan tarif balasan.
Hal ini membuat Trump berniat menerapkan tarif lainnya terhadap barang-barang China senilai US$100 miliar (Rp 1.376 triliun), yang membuat China merespons dengan mengatakan akan 'membalas dendam dengan menerapkan tarif yang besar' jika negaranya terancam.
Tindakan saling balas tersebut membuat para investor khawatir mengenai kemungkinan terjadinya perang dagang. Namun, kekhawatiran tersebut nampaknya mulai mereda setelah Xi menyampaikan pidatonya.
"China tidak mencari surplus perdagangan. Kami murni ingin meningkatkan impor dan mencapai keseimbangan pembayaran internasional yang lebih besar di bawah akun saat ini," ujar Xi.
Kudlow yakin penting sekali untuk menjelaskan isu mengenai China yang diduga mencuri kekayaan intelektual dari perusahaan-perusahaan AS dan menyatakan sumber masalahnya adalah China, dan bukan Trump.
Namun, ia meminta semua orang untuk dengan tenang memandang isu perdagangan itu secara keseluruhan.
"Saya adalah orang yang selalu optimis, yakin kalau ada kemauan pasti ada jalan, dan saya yakin kedua presiden ingin penyelesaian yang baik," ujar Kudlow.
(prm) Next Article Ketegangan Meningkat, Trump Prediksi China Akan Cabut Tarif
Kedua negara saling balas menetapkan tarif. Namun, pada hari Selasa, Presiden China Xi Jinping mengatakan berencana untuk lebih jauh membuka ekonomi negaranya, termasuk menurunkan tarif impor mobil dan produk lainnya, dan juga meningkatkan perlindungan kekayaan intelektual bagi perusahaan luar negeri, dilansir dari CNBC International.
"Saya pikir apa yang akan terjadi adalah kami pada akhirnya akan bernegosiasi. Namun tidak pasti apakah tarif akan diterapkan atau tidak [sebelum negosiasi dilakukan]. Kita tidak seharusnya panik," ujar Kudlow, direktur Badan Ekonomi Nasional, di acara Closing Bell.
Trump mengumumkan sederet daftar barang impor China pekan lalu yang rencananya akan dikenai tarif sebagai langkah balasan terhadap negara Asia Timur itu. Sesaat setelah pengumuman tersebut, perekonomian terbesar di Asia tersebut juga ikut menetapkan tarif balasan.
Hal ini membuat Trump berniat menerapkan tarif lainnya terhadap barang-barang China senilai US$100 miliar (Rp 1.376 triliun), yang membuat China merespons dengan mengatakan akan 'membalas dendam dengan menerapkan tarif yang besar' jika negaranya terancam.
Tindakan saling balas tersebut membuat para investor khawatir mengenai kemungkinan terjadinya perang dagang. Namun, kekhawatiran tersebut nampaknya mulai mereda setelah Xi menyampaikan pidatonya.
"China tidak mencari surplus perdagangan. Kami murni ingin meningkatkan impor dan mencapai keseimbangan pembayaran internasional yang lebih besar di bawah akun saat ini," ujar Xi.
Kudlow yakin penting sekali untuk menjelaskan isu mengenai China yang diduga mencuri kekayaan intelektual dari perusahaan-perusahaan AS dan menyatakan sumber masalahnya adalah China, dan bukan Trump.
Namun, ia meminta semua orang untuk dengan tenang memandang isu perdagangan itu secara keseluruhan.
"Saya adalah orang yang selalu optimis, yakin kalau ada kemauan pasti ada jalan, dan saya yakin kedua presiden ingin penyelesaian yang baik," ujar Kudlow.
(prm) Next Article Ketegangan Meningkat, Trump Prediksi China Akan Cabut Tarif
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular