
Internasional
The Fed: Perang Dagang Jadi Risiko Perekonomian AS
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
12 April 2018 11:37

Washington, CNBC Indonesia - Potensi terjadinya perang dagang menjadi risiko bagi perekonomian Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan akan tumbuh kuat tahun ini.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), hari Rabu (11/4/2018).
Meskipun The Fed mengatakan pengenaan bea masuk terhadap impor baja dan aluminium oleh Presiden AS Donald Trump bulan lalu tidak akan berdampak sigifikan, kemungkinan aksi balas dendam oleh negara-negara lain bisa jadi berbahaya bagi ekonomi AS, dilansir dari AFP.
Dalam risalah rapat The Fed (Federal Open Market Committee/ FOMC) bulan lalu ketika bank sentral menaikkan suku bunga acuannya untuk kali pertama tahun ini, The Fed juga menyebut isu-isu lainnya dan ketidakpastian terkait kebijakan dagang menjadi risiko bagi proyeksi pertumbuhan AS.
Para pebisnis di banyak dari 12 wilayah The Fed melaporkan kekhawatiran mengenai bea impor di mana sektor pertanian merasa rentan terhadap aksi balas dendam negara lain, tulis risalah itu.
Perseteruan perdagangan antara AS dan China memanas beberapa minggu terakhir sejak Trump mengumumkan penerapan bea masuk impor dan menargetkan berbagai barang asal China.
Presiden China Xi Jinping telah menyampaikan beberapa pernyataan yang mendinginkan perselisihan itu dan berjanji akan lebih membuka perekonomian negaranya. Meskipun beberapa pengamat mempertanyakan substansi pidato Jinping itu, pernyataan tersebut dipandang sebagai sinyal akan adanya penyelesaian sengketa melalui perundingan antara kedua negara.
Di tengah-tengah kecemasan perang dagang, FOMC dalam pertemuan pertama yang dipimpin Gubernur The Fed Jerome Powell meyakini perekonomian akan tumbuh dengan kuat.
Pemotongan pajak baru-baru ini dan penyusunan anggaran negara AS diharapkan akan memberikan dorongan yang signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB) AS dalam beberapa tahun ke depan, kata risalah itu.
Namun, The Fed juga mengatakan akan sulit untuk menghitung dampak pemotongan pajak itu karena hanya ada sedikit pengalaman mengenai penerapan kebijakan ini dalam ekonomi yang telah tumbuh kuat.
Beberapa pejabat juga mencatat bahwa defisit anggaran yang lebih tinggi akibat pemangkasan pajak itu dapat menjadi risiko bagi perekonomian.
(dru) Next Article Lawan Corona, The Fed Andalkan Suku Bunga
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), hari Rabu (11/4/2018).
Meskipun The Fed mengatakan pengenaan bea masuk terhadap impor baja dan aluminium oleh Presiden AS Donald Trump bulan lalu tidak akan berdampak sigifikan, kemungkinan aksi balas dendam oleh negara-negara lain bisa jadi berbahaya bagi ekonomi AS, dilansir dari AFP.
Dalam risalah rapat The Fed (Federal Open Market Committee/ FOMC) bulan lalu ketika bank sentral menaikkan suku bunga acuannya untuk kali pertama tahun ini, The Fed juga menyebut isu-isu lainnya dan ketidakpastian terkait kebijakan dagang menjadi risiko bagi proyeksi pertumbuhan AS.
Para pebisnis di banyak dari 12 wilayah The Fed melaporkan kekhawatiran mengenai bea impor di mana sektor pertanian merasa rentan terhadap aksi balas dendam negara lain, tulis risalah itu.
Perseteruan perdagangan antara AS dan China memanas beberapa minggu terakhir sejak Trump mengumumkan penerapan bea masuk impor dan menargetkan berbagai barang asal China.
Presiden China Xi Jinping telah menyampaikan beberapa pernyataan yang mendinginkan perselisihan itu dan berjanji akan lebih membuka perekonomian negaranya. Meskipun beberapa pengamat mempertanyakan substansi pidato Jinping itu, pernyataan tersebut dipandang sebagai sinyal akan adanya penyelesaian sengketa melalui perundingan antara kedua negara.
Di tengah-tengah kecemasan perang dagang, FOMC dalam pertemuan pertama yang dipimpin Gubernur The Fed Jerome Powell meyakini perekonomian akan tumbuh dengan kuat.
Pemotongan pajak baru-baru ini dan penyusunan anggaran negara AS diharapkan akan memberikan dorongan yang signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB) AS dalam beberapa tahun ke depan, kata risalah itu.
Namun, The Fed juga mengatakan akan sulit untuk menghitung dampak pemotongan pajak itu karena hanya ada sedikit pengalaman mengenai penerapan kebijakan ini dalam ekonomi yang telah tumbuh kuat.
Beberapa pejabat juga mencatat bahwa defisit anggaran yang lebih tinggi akibat pemangkasan pajak itu dapat menjadi risiko bagi perekonomian.
(dru) Next Article Lawan Corona, The Fed Andalkan Suku Bunga
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular