
Internasional
Ketegangan Meningkat, Trump Prediksi China Akan Cabut Tarif
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
09 April 2018 12:14

Washington, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memprediksi pada hari Minggu (8/4/2018) bahwa China akan membuka batasan perdagangannya. Ia mengungkapkan optimisme tersebut meskipun tensi perdagangan antara kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu meningkat dan membuat pasar global bergejolak selama sepekan ini.
Kedua negara tersebut telah mengancam satu sama lain menggunakan bea masuk senilai puluhan miliar dolar selama beberapa hari belakangan. Pemerintah China juga telah mengatakan ini bukanlah waktu untuk bernegosiasi.
Namun, pemerintah Trump telah menekankan bahwa tarif-tarif yang sebelumnya diumumkan belum diterapkan dan perselisihan ini bisa diselesaikan melalui perundingan.
Dalam sebuat cuitan di Twitter pada hari Minggu, Trump mengungkapkan hal ini dengan mengatakan "China akan membuka batasan perdagangannya karena itulah hal yang benar. Cukai akan menjadi timbal-balik dan sebuah kesepakatan tentang kekayaan intelektual akan dibuat".
Ia merujuk pada relasi pribadi antara dirinya dengan Presiden China Xi Jinping dan berkata keduanya selalu berteman, seraya menambahkan "Masa depan yang luar biasa untuk kedua negara!".
Melansir dari Reuters, tidak ada indikasi bahwa Trump dan Xi sudah berbincang sejak konflik dagang meletus pekan lalu. Diskusi formal tentang perdagangan antara AS dan China juga belum dijadwalkan.
Pada hari Selasa (3/4/2018), Washington mengumumkan pengenaan bea masuk senilai $50 miliar (Rp 688 triliun) terhadap barang impor China, kemudian Trump meningkatkan niatnya pada hari Kamis (5/4/2018) dengan menginstruksikan para pejabat perdagangan untuk menargetkan tarif terhadap $100 miliar produk impor China.
Ia berkata ancaman tersebut dikeluarkan "atas pembalasan China yang tidak adil" terhadap kebijakan dagang yang sebelumnya diambil oleh AS.
China meresponsnya dengan mengatakan mereka sangat siap untuk menanggapi dengan "serangan balasan yang sengit" jika AS mengumumkan ancaman baru.
Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng berkata pada hari Jumat (6/4/2018), ancaman Trump tentang paket tarif "sangat keliru" dan tidak adil. Ia juga menambahkan tidak ada negosiasi yang akan dilakukan dengan situasi seperti ini.
Pasar minyak mentah dan ekuitas global tersungkur pada hari Jumat karena para investor mencemaskan dampak perang tarif terhadap perekonomian dunia.
'Serangan Tegas'
Media pemerintah China telah mengkritisi AS dengan tajam, mereka menyebut aksi proteksionisme dagang negara itu akan berakhir dalam kekalahan.
"Jika AS berkata akan melakukan segala cara, [negara] itu akan diserang dengan tegas," kata kantor berita negara China Xinhua pada hari Sabtu (7/4/2018).
Pada hari minggu, harian People's Daily di AS berusaha untuk membangkitkan perhatian para pimpinan bisnis di Negeri Paman Sam tentang dampak tarif yang direncanakan oleh Washington.
"Kami menghimbau komunitas bisnis internasional termasuk lingkaran industri dan komersil Amerika Serikat untuk mengambil tindakan dan langkah efektif, serta mendesak pemerintah AS memperbaiki kesalahannya," kata koran tersebut.
Kepala Penasehat Ekonomi Trump atau Direktur Dewan Ekonomi Nasional Larry Kudlow telah berulangkali berusaha menenangkan kekhawatiran tentang perang dagang belakangan ini. Ia menekankan bahwa belum ada tarif yang diterapkan.
"Proses ini bisa jadi akan sangat lunak [...] Mungkin China akan berkenan untuk datang dan berbincang dengan sungguh-sungguh. Sejauh ini belum, tapi saya mengharapkannya," kata Kudlow dalam sebuah wawancara di acara State of the Union CNN pada hari Minggu.
AS menuduh China melakukan praktik perdagangan tidak adil dan pencurian kekayaan intelektual. Maka dari itu, pemerintahannya mengusulkan tarif senilai $50 miliar pada hari Selasa, serta 25% bea impor terhadap 1.300 industri dan produk China, mulai dari televisi layar datar sampai komponen elektronik.
Dalam hitungan jam, China menyerang balik dengan daftar usulan tarif terhadap produk impor Amerika senilai $50 miliar, termasuk kedelai, pesawat, mobil, daging sapi, dan bahan kimia.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin berkata dalam acara Face The Nation di CBS, ada risiko perang dagang antara AS dan China tetapi ia tidak mengharapkannya.
Ia menambahkan Trump dan Xi memiliki "relasi yang sangat dekat", dan AS serta China akan terus mendiskusikan isu-isu perdagangan ini.
(prm) Next Article Kudlow: Tarif Dapat Diterapkan sebelum Negosiasi dengan China
Kedua negara tersebut telah mengancam satu sama lain menggunakan bea masuk senilai puluhan miliar dolar selama beberapa hari belakangan. Pemerintah China juga telah mengatakan ini bukanlah waktu untuk bernegosiasi.
Namun, pemerintah Trump telah menekankan bahwa tarif-tarif yang sebelumnya diumumkan belum diterapkan dan perselisihan ini bisa diselesaikan melalui perundingan.
Ia merujuk pada relasi pribadi antara dirinya dengan Presiden China Xi Jinping dan berkata keduanya selalu berteman, seraya menambahkan "Masa depan yang luar biasa untuk kedua negara!".
Melansir dari Reuters, tidak ada indikasi bahwa Trump dan Xi sudah berbincang sejak konflik dagang meletus pekan lalu. Diskusi formal tentang perdagangan antara AS dan China juga belum dijadwalkan.
Pada hari Selasa (3/4/2018), Washington mengumumkan pengenaan bea masuk senilai $50 miliar (Rp 688 triliun) terhadap barang impor China, kemudian Trump meningkatkan niatnya pada hari Kamis (5/4/2018) dengan menginstruksikan para pejabat perdagangan untuk menargetkan tarif terhadap $100 miliar produk impor China.
Ia berkata ancaman tersebut dikeluarkan "atas pembalasan China yang tidak adil" terhadap kebijakan dagang yang sebelumnya diambil oleh AS.
China meresponsnya dengan mengatakan mereka sangat siap untuk menanggapi dengan "serangan balasan yang sengit" jika AS mengumumkan ancaman baru.
Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng berkata pada hari Jumat (6/4/2018), ancaman Trump tentang paket tarif "sangat keliru" dan tidak adil. Ia juga menambahkan tidak ada negosiasi yang akan dilakukan dengan situasi seperti ini.
Pasar minyak mentah dan ekuitas global tersungkur pada hari Jumat karena para investor mencemaskan dampak perang tarif terhadap perekonomian dunia.
'Serangan Tegas'
Media pemerintah China telah mengkritisi AS dengan tajam, mereka menyebut aksi proteksionisme dagang negara itu akan berakhir dalam kekalahan.
"Jika AS berkata akan melakukan segala cara, [negara] itu akan diserang dengan tegas," kata kantor berita negara China Xinhua pada hari Sabtu (7/4/2018).
Pada hari minggu, harian People's Daily di AS berusaha untuk membangkitkan perhatian para pimpinan bisnis di Negeri Paman Sam tentang dampak tarif yang direncanakan oleh Washington.
"Kami menghimbau komunitas bisnis internasional termasuk lingkaran industri dan komersil Amerika Serikat untuk mengambil tindakan dan langkah efektif, serta mendesak pemerintah AS memperbaiki kesalahannya," kata koran tersebut.
Kepala Penasehat Ekonomi Trump atau Direktur Dewan Ekonomi Nasional Larry Kudlow telah berulangkali berusaha menenangkan kekhawatiran tentang perang dagang belakangan ini. Ia menekankan bahwa belum ada tarif yang diterapkan.
"Proses ini bisa jadi akan sangat lunak [...] Mungkin China akan berkenan untuk datang dan berbincang dengan sungguh-sungguh. Sejauh ini belum, tapi saya mengharapkannya," kata Kudlow dalam sebuah wawancara di acara State of the Union CNN pada hari Minggu.
AS menuduh China melakukan praktik perdagangan tidak adil dan pencurian kekayaan intelektual. Maka dari itu, pemerintahannya mengusulkan tarif senilai $50 miliar pada hari Selasa, serta 25% bea impor terhadap 1.300 industri dan produk China, mulai dari televisi layar datar sampai komponen elektronik.
Dalam hitungan jam, China menyerang balik dengan daftar usulan tarif terhadap produk impor Amerika senilai $50 miliar, termasuk kedelai, pesawat, mobil, daging sapi, dan bahan kimia.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin berkata dalam acara Face The Nation di CBS, ada risiko perang dagang antara AS dan China tetapi ia tidak mengharapkannya.
Ia menambahkan Trump dan Xi memiliki "relasi yang sangat dekat", dan AS serta China akan terus mendiskusikan isu-isu perdagangan ini.
(prm) Next Article Kudlow: Tarif Dapat Diterapkan sebelum Negosiasi dengan China
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular