Goldman: Cara Lain China Balas AS dalam Perang Dagang

Gita Rossiana, CNBC Indonesia
07 April 2018 12:07
Hal ini bisa dilakukan melalui penurunan nilai tukar mata uang atau membatasi perusahaan jasa AS.
Foto: Adam Jeffrey/CNBC International
Jakarta, CNBC Indonesia- Goldman Sachs, salah satu lembaga keuangan besar dunia asal Amerika Serikat AS), mengutarakan China bisa menggunakan taktik lain untuk menyerang dari ancaman penerapa tarif yang diutarakan Presiden Donald Trump. Hal ini bisa dilakukan melalui penurunan nilai tukar mata uang atau membatasi perusahaan jasa AS.

Pada kamis malam, Trump mengusulkan untuk menaikkan tarif US$ 100 miliar terhadap produk impor dari China, menyusul perang dagang yang terjadi baru-baru ini. China membalas melalui pengenaan tarif US$ 50 miliar yang diajukan Trump awal pekan ini, namun sudah keburu kehabisan amunisi.

Pasalnya, masyarakat Asia hanya mengimpor US$ 131 miliar produk AS pada 2017 dan tidak akan mampu menanggapinya jika tarif terhadap barang AS ditingkatkan menjadi US$ 150 miliar.

Namun menurut Goldman, ada hal lain yang bisa dilakukan China, yakni menurunkan nilai tukar mata yuan. "Pertama, depresiasi nilai tukar bisa digunakan untuk melawan efek dari pengenaan tarif. Lalu kedua, otoritas China bisa menjual sebagian besar kepemilikan (surat utang) yang dimiliki di US treasuries, hal ini bisa memicu semakin mengetatnya kondisi keuangan AS,"kata dia.

Sebagaimana diketahui, China adalah pemilik sebagian besar treasury (surat utang) AS.

Goldman juga mengungkapkan, otoritas China bisa membalas perang dagang dengan membatasi akses perusahaan AS untuk masuk ke pasar China. Goldman mencatat, AS memiliki surplus perdagangan U$ 38 miliar dengan China, dimana nilai ekspor jasa senilai U$ 56 miliar setiap tahun berdasarkan perhitungan ekonom Goldman. Hal tidak sembanding dengan nilai defisit perdagangan yang mencapai US$ 370 miliar untuk barang-barang.

Goldman juga mempercayai, ancaman Trump terhadap lanjutan pengenaan tarif US$ 100 miliar sebenarnya adalah taktik negosiasi. Kendati, hal itu bisa berpotensi meningkatkan lebih banyak pengaruh yang bisa menganggu pasar modal dalam beberapa minggu ke depan.

Kepala Ekonom Goldman Sachs Jan Hatzius mengungkapkan, perang dagang tidak akan mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi. Namun hal tersebut bisa mempengaruhi beberapa sektor jika tarif jadi diberlakukan.

"Saya benar-benar berpikir risiko akan meningkat dalam beberapa minggu belakangan. Pengumuman semalam merupakan sebuah kejutan. Saya tidak berpikir pembalasan China US$ 50 miliar adalah sebuah kejutan. Ini merupakan sinyal, namun kami melihat sebuah eksalasi di balik hal tersebut,"kata dia.
(hps) Next Article Trump & Jinping Bertemu Maret, China Beli Produk AS US$ 1,2 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular