
Tips Investasi Saham
Lebih Akurat Mana, Analisis Fundamental atau Teknikal?
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
25 June 2019 16:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Membeli suatu saham diibaratkan seperti membeli sebuah bisnis, seorang investor perlu melakukan studi kelayakan (feasibility study) atau analisis agar risiko ketidakpastian berkurang dan terhindar dari kerugian.
Ada dua analisis yang digunakan investor dalam berinvestasi saham, yakni analisis fundamental dan teknikal. Kedua analisis tersebut sama baiknya dan dapat digunakan bersamaan untuk memilih saham terbaik.
Analisis Fundamental
Analisis Fundamental merupakan sebuah analisis yang mempertimbangkan hal-hal yang dapat menggerakkan harga saham, antara lain kinerja keuangan, tingkat persaingan usaha, potensi industri, analisis pasar dan ekonomi baik makro maupun mikro.
Melakukan analisis fundamental biasanya digunakan untuk menjawab:
Apakah perusahaan masih sehat atau tidak?
Pada harga berapa suatu saham layak untuk dihargai?
Dalam jangka pendek harga suatu saham dapat berfluktuasi atau bahkan turun, namun dalam jangka panjang harga saham dengan fundamental baik akan bergerak cenderung naik.
Secara umum ada dua pendekatan yang digunakan dalam menganalisis sebuah saham secara fundamental, yakni Top-Down Approach dan bottom-Up Approach. Kedua pendekatan tersebut memiliki tujuan yang sama, yakni untuk menemukan saham-saham unggulan yang layak untuk dikoleksi.
Top-Down Approach
Seorang analis fundamental atau fundamentalis yang menggunakan pendekatan ini beranggapan bahwa ketika semua hal mendukung, maka harga suatu saham akan terimbas naik.
Ibarat bertani di suatu lahan, cuaca yang mendukung, disertai air yang mencukupi, ditambah tanah yang subur, dan petani tersebut menggunakan bibit unggul, dapat ditebak hasil panennya akan berlimpah.
Menurut Fundsupermart ada empat hal dalam pendekatan dari atas ke bawah, di mulai dengan:
1. Kondisi makro global
2. Kondisi makro dalam negeri
3. Prospek pertumbuhan sektor
4. Fundamental perusahaan.
Seorang investor perlu menganalisa variabel-variabel makroekonomi baik global maupun di dalam negeri yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Berdasarkan analisanya tersebut, investor kemudian memilih sektor atau industri mana yang mempunyai prospek paling baik.
Setelah itu, investor kembali melakukan analisa emiten mana yang paling baik untuk berinvestasi. Hasilnya, akan terpilih saham-saham unggulan sebagai portofolio sahamnya.
Adapun beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam analisis menggunakan pendekatan top-down:
- Makro global: proyek pertumbuhan ekonomi, kondisi hubungan antar negara/geopolitik, kondisi perpolitikan.
- Makro dalam negeri: kondisi perekonomian secara umum, pertumbuhan ekonomi/GDP growth, tingkat inflasi, suku bunga bank sentral, perkembangan sosial politik.
- Sektor: prospek pertumbuhan sektor, siklus industri.
- Perusahaan: menganalisis perusahaan secara kualitatif (menggali segala hal terkait bisnis perusahaan, termasuk manajemennya), Menganalisis perusahaan secara kualitatif (untuk mengetahui kesehatan keuangan perusahaan).
Bottom-Up Approach
Berbeda dengan pendekatan top-down, pendekatan bottom-up mengesampingkan analisa ekonomi dan siklus pasar. Pendekatan bottom-up hanya berfokus pada analisa atas masing-masing saham.
Melalui pendekatan tersebut, investor tidak memfokuskan perhatiannya pada kondisi perekonomian secara keseluruhan maupun industri tertentu, melainkan pada satu-persatu emiten.
Pendekatan bottom-up bertumpu pada asumsi bahwa emiten dapat berkinerja baik meski industrinya sedang menurun (sunset).
Pendekatan ini mengharuskan investor untuk melakukan kajian yang mendalam terhadap emiten, termasuk produk serta layanan emiten, stabilitas finansial serta aspek-aspek yang dapat berdampak pada kinerja emiten.
Pelajari juga daya saing emiten di pasar, tingkat utang maupun kas yang dimiliki, pola-pola pembagian dividen dalam waktu tertentu, laba perusahaan dari waktu ke waktu.
LANJUT KE HALAMAN 2>>
Ada dua analisis yang digunakan investor dalam berinvestasi saham, yakni analisis fundamental dan teknikal. Kedua analisis tersebut sama baiknya dan dapat digunakan bersamaan untuk memilih saham terbaik.
Analisis Fundamental
Melakukan analisis fundamental biasanya digunakan untuk menjawab:
Apakah perusahaan masih sehat atau tidak?
Pada harga berapa suatu saham layak untuk dihargai?
Dalam jangka pendek harga suatu saham dapat berfluktuasi atau bahkan turun, namun dalam jangka panjang harga saham dengan fundamental baik akan bergerak cenderung naik.
![]() |
Secara umum ada dua pendekatan yang digunakan dalam menganalisis sebuah saham secara fundamental, yakni Top-Down Approach dan bottom-Up Approach. Kedua pendekatan tersebut memiliki tujuan yang sama, yakni untuk menemukan saham-saham unggulan yang layak untuk dikoleksi.
Top-Down Approach
![]() |
Seorang analis fundamental atau fundamentalis yang menggunakan pendekatan ini beranggapan bahwa ketika semua hal mendukung, maka harga suatu saham akan terimbas naik.
Ibarat bertani di suatu lahan, cuaca yang mendukung, disertai air yang mencukupi, ditambah tanah yang subur, dan petani tersebut menggunakan bibit unggul, dapat ditebak hasil panennya akan berlimpah.
Menurut Fundsupermart ada empat hal dalam pendekatan dari atas ke bawah, di mulai dengan:
1. Kondisi makro global
2. Kondisi makro dalam negeri
3. Prospek pertumbuhan sektor
4. Fundamental perusahaan.
Seorang investor perlu menganalisa variabel-variabel makroekonomi baik global maupun di dalam negeri yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Berdasarkan analisanya tersebut, investor kemudian memilih sektor atau industri mana yang mempunyai prospek paling baik.
Setelah itu, investor kembali melakukan analisa emiten mana yang paling baik untuk berinvestasi. Hasilnya, akan terpilih saham-saham unggulan sebagai portofolio sahamnya.
Adapun beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam analisis menggunakan pendekatan top-down:
- Makro global: proyek pertumbuhan ekonomi, kondisi hubungan antar negara/geopolitik, kondisi perpolitikan.
- Makro dalam negeri: kondisi perekonomian secara umum, pertumbuhan ekonomi/GDP growth, tingkat inflasi, suku bunga bank sentral, perkembangan sosial politik.
- Sektor: prospek pertumbuhan sektor, siklus industri.
- Perusahaan: menganalisis perusahaan secara kualitatif (menggali segala hal terkait bisnis perusahaan, termasuk manajemennya), Menganalisis perusahaan secara kualitatif (untuk mengetahui kesehatan keuangan perusahaan).
Bottom-Up Approach
Berbeda dengan pendekatan top-down, pendekatan bottom-up mengesampingkan analisa ekonomi dan siklus pasar. Pendekatan bottom-up hanya berfokus pada analisa atas masing-masing saham.
![]() |
Melalui pendekatan tersebut, investor tidak memfokuskan perhatiannya pada kondisi perekonomian secara keseluruhan maupun industri tertentu, melainkan pada satu-persatu emiten.
Pendekatan bottom-up bertumpu pada asumsi bahwa emiten dapat berkinerja baik meski industrinya sedang menurun (sunset).
Pendekatan ini mengharuskan investor untuk melakukan kajian yang mendalam terhadap emiten, termasuk produk serta layanan emiten, stabilitas finansial serta aspek-aspek yang dapat berdampak pada kinerja emiten.
Pelajari juga daya saing emiten di pasar, tingkat utang maupun kas yang dimiliki, pola-pola pembagian dividen dalam waktu tertentu, laba perusahaan dari waktu ke waktu.
LANJUT KE HALAMAN 2>>
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular