Citi Private: Bursa Asia Masih Seksi, Ini 3 Sektor Potensial
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
25 June 2019 16:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Citi Private Bank, pada Selasa ini (25/6/2019), mempertahankan peringkat "overweight" bagi beberapa pasar saham di Asia yang tengah terpukul perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Bursa saham di China, Hong Kong, Taiwan, dan Korea Selatan telah mencatatkan kinerja terburuk sejak ketegangan antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu meninggi Mei lalu, kata Ken Peng, Kepala Strategi Investasi Asia di Citi Private Bank, dilansir dari CNBC International.
Namun, ia mengatakan ada alasan untuk tetap bersikap optimistis terhadap bursa-bursa Asia tersebut saat ini.
"Kami masih sangat positif terhadap Asia," ujarnya kepada wartawan di Singapura.
Label overweight (perbanyak posisi investasi) biasanya berkaitan dengan penilaian atas pasar keuangan di suatu negara atau perusahaan yang akan bergerak di atas rata-rata ekspektasi dari para analis.
Ken Peng menambahkan bahwa perseteruan antara AS dan China di bidang teknologi juga dapat menguntungkan Korea Selatan dan Taiwan.
Berbagai perusahaan teknologi China tengah menghadapi tantangan yang lebih berat dalam berbisnis dengan perusahaan AS. Hal itu berpotensi membuka jalan bagi para pemain di Korea Selatan dan Taiwan untuk mengisi kekosongan itu dan meraih pasar global, jelasnya.
Lebih jauh, beberapa bagian pertumbuhan ekonomi akan berpusat di Asia karena tumbuhnya kelas menengah yang akan mendorong konsumsi, kata Peng. Faktor itu akan menguntungkan beberapa sektor, seperti kesehatan, otomotif, dan asuransi.
Selain itu, kondisi ekonomi Asia telah berubah menjadi lebih baik menyusul sikap bank sentral AS Federal Reserve yang lebih dovish alias bersabar. Ini membuat para pembuat kebijakan di Asia memiliki ruang untuk melonggarkan kebijakan moneternya, kata Peng.
Kepala Ekonom Citi Private Bank, Steven Wieting, mengatakan pelonggaran tersebut dapat memperkuat alasan investor untuk semakin meningkatkan investasinya di Asia.
Meski begitu, tambahnya, dinamika perdagangan tetap menjadi risiko yang dapat memukul imbal hasil investasi saham.
Ia memperingatkan agar para pelaku pasar tidak mengandalkan The Fed (bank sentral AS) saja ketika hubungan AS dan China ternyata memburuk di kemudian hari.
"Mereka (The Fed) bisa jadi bereaksi, mereka bisa mencoba dan meredam (dampaknya) namun mereka bukanlah sesuatu yang bisa diandalkan," ujarnya.
"Dan kemampuan mereka untuk meredam gejolak perdagangan, saya rasa, akan rendah," kata Wieting.
Saksikan video pernyataan China jelang pertemuan Trump-Xi berikut ini.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Perang Dagang Memanas, IHSG Anjlok Makin Dalam
Bursa saham di China, Hong Kong, Taiwan, dan Korea Selatan telah mencatatkan kinerja terburuk sejak ketegangan antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu meninggi Mei lalu, kata Ken Peng, Kepala Strategi Investasi Asia di Citi Private Bank, dilansir dari CNBC International.
Namun, ia mengatakan ada alasan untuk tetap bersikap optimistis terhadap bursa-bursa Asia tersebut saat ini.
Label overweight (perbanyak posisi investasi) biasanya berkaitan dengan penilaian atas pasar keuangan di suatu negara atau perusahaan yang akan bergerak di atas rata-rata ekspektasi dari para analis.
Ken Peng menambahkan bahwa perseteruan antara AS dan China di bidang teknologi juga dapat menguntungkan Korea Selatan dan Taiwan.
Berbagai perusahaan teknologi China tengah menghadapi tantangan yang lebih berat dalam berbisnis dengan perusahaan AS. Hal itu berpotensi membuka jalan bagi para pemain di Korea Selatan dan Taiwan untuk mengisi kekosongan itu dan meraih pasar global, jelasnya.
![]() |
Lebih jauh, beberapa bagian pertumbuhan ekonomi akan berpusat di Asia karena tumbuhnya kelas menengah yang akan mendorong konsumsi, kata Peng. Faktor itu akan menguntungkan beberapa sektor, seperti kesehatan, otomotif, dan asuransi.
Selain itu, kondisi ekonomi Asia telah berubah menjadi lebih baik menyusul sikap bank sentral AS Federal Reserve yang lebih dovish alias bersabar. Ini membuat para pembuat kebijakan di Asia memiliki ruang untuk melonggarkan kebijakan moneternya, kata Peng.
Kepala Ekonom Citi Private Bank, Steven Wieting, mengatakan pelonggaran tersebut dapat memperkuat alasan investor untuk semakin meningkatkan investasinya di Asia.
Meski begitu, tambahnya, dinamika perdagangan tetap menjadi risiko yang dapat memukul imbal hasil investasi saham.
Ia memperingatkan agar para pelaku pasar tidak mengandalkan The Fed (bank sentral AS) saja ketika hubungan AS dan China ternyata memburuk di kemudian hari.
"Mereka (The Fed) bisa jadi bereaksi, mereka bisa mencoba dan meredam (dampaknya) namun mereka bukanlah sesuatu yang bisa diandalkan," ujarnya.
"Dan kemampuan mereka untuk meredam gejolak perdagangan, saya rasa, akan rendah," kata Wieting.
Saksikan video pernyataan China jelang pertemuan Trump-Xi berikut ini.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Perang Dagang Memanas, IHSG Anjlok Makin Dalam
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular