Berikut Prospek Kesepakatan Dagang Asia Tenggara versi Octa Broker

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
21 May 2025 18:20
Ilustrasi Analisa Teknikal
Foto: Dok: OctaFX

China

China menjadi fokus utama kebijakan dagang AS. Pada tahun 2024, total nilai barang yang diperdagangkan antara kedua negara ini sekitar $582,4 miliar. AS sangat bergantung pada impor peralatan elektronik dan mesin dari China, sementara China terutama mengimpor bahan bakar mineral, biji minyak, mesin listrik, dan peralatan mekanik dari AS. Namun, neraca dagang sangat menguntungkan China, yang mencatatkan surplus $360 miliar dengan AS pada tahun 2024, menurut data IMF.

Senin lalu, Donald Trump mengumumkan kesepakatan dagang yang luas dengan Beijing yang menurunkan tarif impor pada semua barang China dari 145% menjadi 30%. Pada gilirannya, China menurunkan tarifnya pada impor AS dari 125% menjadi 10%. Penurunan tersebut akan berlaku selama 90 hari ke depan sementara kedua negara merundingkan kesepakatan jangka panjang. Beberapa hari kemudian, AS memangkas apa yang disebut tarif 'de minimis' untuk pengiriman bernilai rendah dari China hingga serendah 30%. Sementara itu, Kementerian Perdagangan China mengatakan telah menghentikan beberapa tindakan nontarif terhadap 17 entitas AS yang ada dalam daftar entitas tidak dapat diandalkan pada bulan April dan 28 entitas AS yang ada dalam daftar kontrol ekspornya.

"Perang dagang besar-besaran antara dua ekonomi terbesar di dunia akan menjadi bencana bagi pasar global. Untungnya para pejabat sepakat untuk meredakan ketegangan tersebut dengan cepat. Namun, kita belum benar-benar bebas," kata Analis Pasar Keuangan Octa Broker, Kar Yong Ang  dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (21/5/2025).

Dia juga menambahkan, bahwa kesepakatan dagang jangka panjang antara China dan AS masih belum difinalkan dan bahwa pasar saat ini terlalu optimistis. 

"Jangan lupa bahwa Trump mencoba merundingkan kembali kesepakatan dengan China selama masa jabatan pertamanya, tetapi pembicaraan tersebut gagal pada tahun 2019 meskipun ada kesepakatan prinsip. Dan saya pribadi merasa bahwa pasar agak terlalu optimis mengenai prospek kesepakatan besar saat ini," jelas Kar Yong Ang.

Memang, indeks ekuitas AS pulih dengan cepatnya setelah ada keputusan untuk meredakan ketegangan, tetapi lonjakan ini mungkin tidak bertahan lama.

"Tidak perlu banyak pemicu untuk sentimen bearish muncul kembali. Meskipun tarif telah diturunkan, tarif yang ada masih merusak ekonomi global. Inflasi AS kemungkinan akan meningkat pada bulan-bulan mendatang dan itu akan mencegah Federal Reserve (Fed) memenuhi ekspektasi pemangkasan suku bunga, yang dapat memicu sell-off besar-besaran pada ekuitas," ungkap Kar Yong Ang.

Bagaimanapun, negara-negara Asia lainnya sedang memantau kemajuan ini dengan cermat dan juga terlibat dalam diskusi aktif dengan pejabat AS.

(bul/bul)
Next Page
Vietnam
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular