Newsletter

Wall Street Bergairah Lagi, IHSG Lanjutkan Penguatan?

Maesaroh, CNBC Indonesia
22 June 2022 06:10
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta,CNBC Indonesia -Optimisme kembali mewarnai pasar keuangan Indonesia. Optimisme tersebut tecermin dari membaiknya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan mata uang rupiah. Namun, pasar obligasi masih bergerak negatif.

IHSG ditutup pada posisi 7.044,07 pada perdagangan Selasa (21/6/2022), atau menguat 0,97%. Penguatan kemarin membawa IHSG pada level 7.000 setelah terlempar dari level tersebut pada Jumat pekan lalu dan Senin pekan ini.

IHSG juga tetap bergerak di zona hijau meskipun investor asing masih kabur dari pasar domestik. Asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 354,64 miliar di pasar regular. Net sell tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Jumat pekan lalu (Rp 1,29 triliun) dan Senin pekan ini (Rp 842 miliar).




Saham MDKA dan BBRI menjadi yang paling banyak dilepas asing dengan net sell Rp 201 miliar dan Rp 63 miliar. Sedangkan saham BBNI dan TLKM justru paling diburu asing dengan net buy Rp 93 miliar dan Rp 56 miliar pada perdagangan hari ini.

Nilai transaksi indeks kemarin mencapai sekitar Rp 13,6 triliun dengan melibatkan 24,4 miliaran saham. Sebanyak 352 saham menguat, 190 saham melemah, sementara 145 saham stagnan.

Saham sektor energi menjadi penggerak utama IHSG kemarin menyusul lonjakan sejumlah komoditas mulai dari nikel hingga batu bara.
Saham emiten batu bara PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) melesat 8,04%, PT Delta Dunia Makmur melonjak 6,95%, PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) menguat 5,35%, dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) naik 3,14%.
Sementara itu, produsen nikel PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) sahamnya melonjak 6,02%.

Emiten di sektor pertambangan lain yang sahamnya naik signiifkan adalah PT Antam Tbk. (ANTM) yakni naik 3,86% dan PT Harum Energy Tbk. (HRUM) yang menguat 2,68%.

Optimisme tidak hanya datang dari Jakarta, bursa Asia lain juga kompak menguat kecuali Shang Hai Composite Index. Indeks Shanghai Composite China ditutup di zona merah pada hari ini, yakni melemah 0,26% ke posisi 3.306,72.

Indeks Nikkei Jepang ditutup melejit 1,84% ke 26.246,31, Hang Seng Hong Kong terbang 1,87% ke 21.559,59, ASX 200 Australia melonjak 1,41% ke 6.523,8, Straits Times Singapura menguat 0,68% ke 3.117,48, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,75% ke 2.408,93, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 0,97% ke 7.044,07.

Kabar baik juga datang dari pasar mata uang. Rupiah akhirnya sukses mencatat penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan kemarin sekaligus mengakhiri pelemahan dalam 6 hari beruntun, dengan total sekitar 2%.

Melansir data Refinitiv, rupiah langsung menguat ke Rp 14.810/US$. Penguatan rupiah kemudian terpangkas hingga tersisa 0,03% saja. Tetapi, setelahnya melesat 0,54% ke Rp 14.750/US$, sebelum mengakhiri perdagangan di Rp 14.810/US$, sama dengan level saat pembukaan atau menguat 0,13%.




Indeks dolar AS yang berbalik turun memberikan ruang bagi rupiah untuk menguat. Pada Selasa malam, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini merosot ke 104,46 atau ke posisi terendah sejak 10 Juni 2022.

Sementara itu, harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah kemarin.

Investor banyak yang melepas SBN pada hari ini sehingga membuat imbal hasil (yield) merangkak naik. Dari delapan seri SBN, hanya SBN tenor 1, 3, dan 25 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan menguatnya harga.

Yield SBN tenor 1 tahun melemah 3,4 basis poin (bp) ke 4,251%, sedangkanyieldSBN berjatuh tempo 3 tahun turun 1,1 bp ke 4,533%, dan yield SBN bertenor 15 tahun turun tipis 0,5 bp ke 7,52%.

Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali menguat 1,5 bp ke 7,514% pada perdagangan hari ini.
Masih belum membaiknya pasar SBN juga tercermin pada lelang Surat Utang Negara (SUN) kemarin.

Total penawaran yang masuk dalam lelang SUN hari ini mencapai Rp 35,06 triliun. Jumlah tersebut adalah yang terendah dalam tiga lelang terakhir.

Penawaran yang datang dari investor asing mencapai Rp 3,67 triliun atau hanya 10,5% dari total penawaran. Tiga dari tujuh seri SBN yang ditawarkan pada hari ini bahkan sama sekali tidak dilirik oleh asing.

Direktur SUN Kementerian Keuangan Deni Ridwan menjelaskan kekhawatiran resesi dan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan sebesar 75 bps sangat mempengaruhi lelang.

"Kebijakan agresif the Fed menaikkan FFR sebesar 75 bps meningkatkan kekhawatiran ekspektasi resesi AS yang dapat terjadi dalam waktu dekat," tutur Deni, kepada CNBC Indonesia.




Bursa saham Negeri Adidaya (Amerika Serikat/AS), kembali dibuka kemarin setelah long weekend karena adanya libur Juneteenth untuk merayakan berakhirnya perbudakan di Paman Sam.

Bursa Wall Street langsung ditutup cerah bergairah pada perdagangan Selasa (21/6/2022) setelah melewati pekan lalu yang brutal.  
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 641,47 poin dan ditutup melesat 2,15% ke level 30.530,25. Posisi tersebut menandai penutupan terbaik pada bulan ini.

Kinerja tak kalah cemerlang ditunjukkan  S&P 500 yang berakhir melonjak 2,45% atau 89,95 poin ke posisi 3.764,79, dan Nasdaq Composite menguat 270,95 poin atau 2,51% ke level 11.069,30.

Sektor energi menjadi pengerek utama pergerakan S&P menyusul kenaikan harga minyak mentah. Saham sektor energi naik 5,1% kemarin.

Saham Diamondback Energy melesat 8,2%, Exxon Mobil menguat 6,2%, Schlumberger dan Phillips 66 terbang 6% sementara saham Halliburton naik 5,9%.
Saham raksasa di bidang teknologi juga terbang. Saham Alphabet melonjak 4,1% sementara Apple naik 3,3% dan Amazon menguat 2,3%.

Pekan lalu, ketiga bursa tersebut menjalani pekan yang brutal karena banyaknya aksi jual menyusul keputusan bank sentral AS (The Federal Reserve/Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps.

Indeks S&P 500 anjlok 5,8% pekan lalu dan menjadi penurunan terbesar sejak Maret 2020 hingga memasuki bear market (zona penurunan).

Indeks Dow Jones ambles 4,8% pekan lalu hingga berada di bawah level 30.000 untuk pertama kalinya sejak Januari 2021. Nasdaq juga melemah 4,89% dan berada 33% dari rekor tertingginya.

Mayoritas indeks saham utama AS mengalami penurunan selama sepuluh pekan karena kekhawatiran bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga secara agresif untuk menjinakkan inflasi dengan risiko menyebabkan penurunan ekonomi.
Bayang-bayang resesi makin dekat setelah sejumlah data ekonomi mulai dari penjualan ritel, indeks kepercayaan konsumen, inflasi, serta penjualan rumah baru memburuk.

Goldman Sachs bahkan memperkirakan kemungkinan AS jatuh ke jurag resesi dalam setahun ke depan meningkat menjadi 30% dari sebelumnya 15%.

"Meningkatnya kekhawatiran akan perlambatan ekonomi menghinggapi investor. Inflasi kini menjadi perhatian utama investor karena mereka juga tengah mencermati apakah kekhawatiran mereka menjadi kenyataan atau tidak," tutur David Sneddon dari Credit Suisse, seperti dikutip dari CNBC International.

Kendati mulai bergairah, kekhawatiran masih menyelimuti pergerakan bursa AS. Banyak investor yang khawatir jika menguatnya bursa saham AS pada Selasa kemarin hanya akan berlangsung singkat mengingat pasar masih diliputi kekhawatiran resesi.

"Pertanyaan besar sekarang adalah apakah rebound ini memang suatu pembalikan atau karena memang pasar sudah mencapai bottom. Saya pikir, ini mungkin memang pembalikan karena kekhawatiran yang memicu sell-off hilang," tutur Sam Stovall, dari CFRA Research seperti dikutip dari CNBC International.

Kenaikan saham S&P lebih dari 2% sepanjang tahun iniFoto: CNBC International
Kenaikan saham S&P lebih dari 2% sepanjang tahun ini

 

Sepanjang tahun ini, kenaikan drastis pada indeks S&P 500 kerap terjadi selama bear market (zona penurunan). Indeks S&P memang menguat tetapi kemudian diperdagangkan di level yang lebih rendah.

Karena itulah, investor ragu jika kenaikan kemarin merupakan penanda bahwa pasar telah bangkit karena tidak ada kabar baru atau katalis baru yang menggerakkan kenaikan.

Paul Nolte dari Kingsview Investment Management mengatakan saham kembali menguat karena sudah terlalu lama dalam zona pelemahan.

"Setelah turun tiga pekan beruntun, pasar merasa ini sudah cukup jauh penurunannya dan karena itulah bursa berbalik arah. Namun, ingat  suku bunga dan harga minyak masih akan tinggi," tutur Pail Nolte, seperti dikutip Reuters.

Masih adanya keraguan itulah yang membuat pidato Chairman The Fed Jerome Powell di depan Komite Senat Perbankan AS menjadi sangat penting.
Powell akan berpidato di depan senat AS pada pukul 09:30 waktu AS atau 20:30 WIB.

Mata pelaku pasar di AS hari ini akan tertuju kepada pidato tersebut untuk mencari sinyal yang lebih jelas akan kebijakan moneter The Fed ke depan.

Kembali bergairahnya bursa Wall Street hingga melesat lebih dari 2% perlu dicermati oleh pelaku pasar pada hari ini. 
William Surya Wijaya, CEO dari PT Yugen Bertumbuh Sekuritas, memperkirakan IHSG masih terlihat betah dalam rentang konsolidasi wajar dengan peluang kenaikan terbatas.

"Kondisi perekonomian yang stabil ditambah dengan masih adanya emiten yang membagikan dividen turut menopang pola pergerakan IHSG hingga beberapa waktu mendatang, hari ini IHSG berpotensi menguat," tutur William, dalam analisanya.

Beberapa saham yang harus dicermati adalah emiten perbankan seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI)

Saham lainnya adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP).

Perhatian pelaku pasar hari ini juga akan tertuju kepada Rapat Dewan Gubernur (RDG). Setelah bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) dan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) menaikkan suku bunga pekan lalu, pasar kini menebak-nebak kemana arah kebijakan BI.

Dalam beberapa kesempatan, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan kubu MH Thamrin tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga. Terlebih, inflasi diharapkan lebih terkendali karena pemerintah sudah memastikan tidak akan menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik.

"BI tentu saja tidak harus terpaksa menaikkan suku bunga," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam seminar INDEF bertajuk Managing Inflation to Boost Economic Growth, Rabu (15/6/2022).

Alih-alih menaikkan suku bunga, BI menempuh kebijakan moneter lainnya yakni menaikkan giro wajib minimum (GWM) perbankan.

Namun, pernyatan Perry tersebut keluar sebelum The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps. Perlu dicermati apakah BI akan mengikuti jejak The Fed dan puluhan bank sentral lain untuk menaikkan suku bunga.

Pasalnya, pelaku pasar mulai khawatir dipertahankannya suku bunga acuan BI akan semakin meningkatkan arus modal asing keluar.



Suku bunga acuan BI (BI 7-Day Reverse Repo Rate/ BI7DRR) sebesar 3,50% sudah bertahan sejak Februari 2021.Laju IHSG hari ini juga bisa ditopang dari musim dividen sejumlah emiten, di antaranya PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR).

Sinar Mas akan membayarkan dividen senilai Rp 315,94 miliar atau Rp 110 per lembar saham.Tanggal batas terakhir terdaftar sebagai penerima dividen alias cum date pada tanggal 14 Juni 2022.

PT Kalbe Farma Tbk. atau KLBF akan membayar dividen senilai Rp 3,18 triliun atau Rp 35 per lembar saham.
Tanggal batas terakhir terdaftar sebagai penerima dividen alias cum date pada tanggal 31 Mei Juni 2022 untuk pasar reguler dan negoisasi sementara untuk pasar tunai pada 2 Juni 2022. 

PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. atau TBIG yanga akan membayar dividen senilai Rp 815,65 miliar atau Rp 36 per lembar saham. Tanggal batas terakhir terdaftar sebagai penerima dividen alias cum date pada tanggal 3 Juni 2022.

Selanjutnya ada PT Surya Toto Indonesia Tbk. (TOTO)yang akan membayar dividen tunai senilai Rp 12 per lembar saham dan PT Sari Melati Kencana Tbk. (PZZA) senilai Rp 19,96 per lembar saham.

Berikut beberapa agenda ekonomi dan perusahaan hari ini:

Rapat Dewan Gubenur Bank Indonesia
Bank Dunia akan menyampaikan laporan Indonesia Economic Prospects - June 2022 edition (09:00 WIB).

Ketua Pengarah Satgas BLBI, Menteri Koordinator Bidang Polkitik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD akan menggelar Pelaksanaan Sita Aset Terkait Penyelesaian Hak Tagih Negara Dana BLBI di Klub Golf Bogor Raya Bogor (09:00 WIB)

Media Gathering & Presentasi Macroeconomic outlook dari Tim Office of Chief Economist Bank Mandiri dan Mandiri Sekuritas (14:00 WIB) 

Pengumuman inflasi dan indeks harga produsen Inggris untuk bulan Mei (13:00 WIB)

Bank sentral Eropa (ECB) akan menggelar pertemuan non-moneter (14:00 WIB)

Chairman bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve Jerome Powell akan berbicara di senat AS (20:30 WIB)

Consumer confidence indicator flash untuk Euro Area (21:00 WIB) 

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Asuransi Jasa Tania (14:00 WIB))

RUPS PT Clipan Finance Indonesia (14:00 WIB)

RUPS PT Catur Sentosa Adiprana (14:00 WIB)

RUPS PT Hexindo Adiperkasa (10:00 WIB) 

RUPS PT Hartadinata Abadi (10:00 WIB

RUPS PT  Jaya Konstruksi Manggala Pratama (13:30 WIB)

RUPS PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG

RUPS  PT  Multifiling Mitra Indonesia

RUPS PT  Pudjiadi Prestige (09:30 WIB)

RUPS PT Bank Pan Indonesia (11:00 WIB)

RUPS PT  Rukun Raharja (10:00 WIB) 

Pembayaran dividen tunai  PT Sinar Mas Agro Resources and Technology

Pembayaran dividen tunai  PT PT Surya Toto Indonesia

Pembayaran dividen tunai  PT Tower Bersama Infrastructure

Pembayaran dividen tunai  PT Tunai Mitra Investindo

Pembayaran dividen tunai  PT Kalbe Farma

Pembayaran dividen tunai PT Sarimelati Kencana 

Tanggal awal perdagangan nominal baru Stock split PT Paramita Bangun Sarana PT Paramita Bangun Sarana

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular