Newsletter

Wall Street Bergairah Lagi, IHSG Lanjutkan Penguatan?

Maesaroh, CNBC Indonesia
22 June 2022 06:10
Bendera Amerika tergantung di luar Bursa Efek New York di New York
Foto: Bendera Amerika tergantung di luar Bursa Efek New York di New York (AP/Frank Franklin II)

Bursa saham Negeri Adidaya (Amerika Serikat/AS), kembali dibuka kemarin setelah long weekend karena adanya libur Juneteenth untuk merayakan berakhirnya perbudakan di Paman Sam.

Bursa Wall Street langsung ditutup cerah bergairah pada perdagangan Selasa (21/6/2022) setelah melewati pekan lalu yang brutal.  
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 641,47 poin dan ditutup melesat 2,15% ke level 30.530,25. Posisi tersebut menandai penutupan terbaik pada bulan ini.

Kinerja tak kalah cemerlang ditunjukkan  S&P 500 yang berakhir melonjak 2,45% atau 89,95 poin ke posisi 3.764,79, dan Nasdaq Composite menguat 270,95 poin atau 2,51% ke level 11.069,30.

Sektor energi menjadi pengerek utama pergerakan S&P menyusul kenaikan harga minyak mentah. Saham sektor energi naik 5,1% kemarin.

Saham Diamondback Energy melesat 8,2%, Exxon Mobil menguat 6,2%, Schlumberger dan Phillips 66 terbang 6% sementara saham Halliburton naik 5,9%.
Saham raksasa di bidang teknologi juga terbang. Saham Alphabet melonjak 4,1% sementara Apple naik 3,3% dan Amazon menguat 2,3%.

Pekan lalu, ketiga bursa tersebut menjalani pekan yang brutal karena banyaknya aksi jual menyusul keputusan bank sentral AS (The Federal Reserve/Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps.

Indeks S&P 500 anjlok 5,8% pekan lalu dan menjadi penurunan terbesar sejak Maret 2020 hingga memasuki bear market (zona penurunan).

Indeks Dow Jones ambles 4,8% pekan lalu hingga berada di bawah level 30.000 untuk pertama kalinya sejak Januari 2021. Nasdaq juga melemah 4,89% dan berada 33% dari rekor tertingginya.

Mayoritas indeks saham utama AS mengalami penurunan selama sepuluh pekan karena kekhawatiran bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga secara agresif untuk menjinakkan inflasi dengan risiko menyebabkan penurunan ekonomi.
Bayang-bayang resesi makin dekat setelah sejumlah data ekonomi mulai dari penjualan ritel, indeks kepercayaan konsumen, inflasi, serta penjualan rumah baru memburuk.

Goldman Sachs bahkan memperkirakan kemungkinan AS jatuh ke jurag resesi dalam setahun ke depan meningkat menjadi 30% dari sebelumnya 15%.

"Meningkatnya kekhawatiran akan perlambatan ekonomi menghinggapi investor. Inflasi kini menjadi perhatian utama investor karena mereka juga tengah mencermati apakah kekhawatiran mereka menjadi kenyataan atau tidak," tutur David Sneddon dari Credit Suisse, seperti dikutip dari CNBC International.

Kendati mulai bergairah, kekhawatiran masih menyelimuti pergerakan bursa AS. Banyak investor yang khawatir jika menguatnya bursa saham AS pada Selasa kemarin hanya akan berlangsung singkat mengingat pasar masih diliputi kekhawatiran resesi.

"Pertanyaan besar sekarang adalah apakah rebound ini memang suatu pembalikan atau karena memang pasar sudah mencapai bottom. Saya pikir, ini mungkin memang pembalikan karena kekhawatiran yang memicu sell-off hilang," tutur Sam Stovall, dari CFRA Research seperti dikutip dari CNBC International.

Kenaikan saham S&P lebih dari 2% sepanjang tahun iniFoto: CNBC International
Kenaikan saham S&P lebih dari 2% sepanjang tahun ini

 

Sepanjang tahun ini, kenaikan drastis pada indeks S&P 500 kerap terjadi selama bear market (zona penurunan). Indeks S&P memang menguat tetapi kemudian diperdagangkan di level yang lebih rendah.

Karena itulah, investor ragu jika kenaikan kemarin merupakan penanda bahwa pasar telah bangkit karena tidak ada kabar baru atau katalis baru yang menggerakkan kenaikan.

Paul Nolte dari Kingsview Investment Management mengatakan saham kembali menguat karena sudah terlalu lama dalam zona pelemahan.

"Setelah turun tiga pekan beruntun, pasar merasa ini sudah cukup jauh penurunannya dan karena itulah bursa berbalik arah. Namun, ingat  suku bunga dan harga minyak masih akan tinggi," tutur Pail Nolte, seperti dikutip Reuters.

Masih adanya keraguan itulah yang membuat pidato Chairman The Fed Jerome Powell di depan Komite Senat Perbankan AS menjadi sangat penting.
Powell akan berpidato di depan senat AS pada pukul 09:30 waktu AS atau 20:30 WIB.

Mata pelaku pasar di AS hari ini akan tertuju kepada pidato tersebut untuk mencari sinyal yang lebih jelas akan kebijakan moneter The Fed ke depan.

(mae/luc)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular