Newsletter

Welcome, 2022! Please be Kind to Us...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 January 2022 05:53
Bursa Efek Indonesia, BEI (Ist BEI)
Foto: BEI (Ist BEI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2021 sudah berlalu. Bagi pasar keuangan Indonesia, 2021 adalah tahun yang tidak mengecewakan.

Pada perdagangan terakhir 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) finis di 6.581,48. Turun 0,29% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Akan tetapi, 2021 boleh dibilang menjadi tahun kejayaan IHSG. Sepanjang 2021, IHSG mencatat kenaikan 10,08% secara point-to-point. Ini adalah pencapaian terbaik sejak 2017.

Di level Asia, kinerja IHSG tidak jelek-jelek amat. Kenaikan 10,08% membuat IHSG jadi indeks saham dengan kinerja terbaik kelima di Asia.

Bahkan di Asia Tenggara, IHSG mampu jadi runner up. Hanya kalah kuat dibandingkan SETI (Thailand).

Kinerja rupiah sepanjang 2021 juga cukup oke. Meski secara keseluruhan tahun masih melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), tetapi depresiasi mata uang Tanah Air relatif terbatas.

Akhir pekan lalu, US$ 1 setara dengan Rp 14.250 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Dengan demikian, rupiah membukukan pelemah 1,5% di hadapan greenback sepanjang 2021. Start di posisi US$ 14.040/US$, rupiah finis di US$ 1.250/US$.

Meski melemah, rupiah jadi mata uang terbaik keempat di Asia. Hanya kalah dari yuan China, dolar Taiwan, dan dolar Hong Kong.

Bahkan rupiah jadi mata uang terbaik Asia Tenggara. Lebih kuat ketimbang dolar Singapura, ringgit Malaysia, baht Thailand, hingga peso Filipina.

Halaman Selanjutnya --> 2021, Wall Street Melaju

Beralih ke bursa saham AS, tiga indeks utama di Wall Street menutup 2021 dengan manis. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 18,73% year-to-date (ytd), S&P 500 melonjak 27%, dan Nasdaq Composite terangkat 21,4%.

Sepanjang 2021, S&P 500 membukukan rekor tertinggi hingga 70 kali. Ini adalah rekor terbaik sejak 1995.

Padahal situasi 2021 sangat tidak mudah. Peralihan kekuasaan AS yang tidak mulus, pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) dengan berbagai varian baru, masalah rantai pasok, krisis energi, inflasi tinggi, hingga pengurangan stimulus moneter menjadi tantangan yang harus dihadapi pelaku ekonomi di Negeri Paman Sam.

"Hal yang menonjol tahun ini adalah ternyata perusahaan AS bisa bertahan. Anda harus angkat topi karena kemampuan perusahaan AS untuk beradaptasi di tengah tahun yang sangat sulit," kata Ryan Detrick, Chief Market Strategist di LPL Financial yang berbasis di North Carolina (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Tahun lalu, laba bersih emiten di S&P 500 melesat 45% dari tahun sebelumnya. Sektor-sektor yang bangkit di antaranya energi, real estat, dan yang terkait dengan pemulihan ekonomi.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen yang berpotensi menggerakkan pasar. Dari dalam negeri, ada dua rilis data ekonomi yang layak mendapat perhatian.

Pertama adalah rilis aktivitas manufaktur yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI) periode Desember 2021. Pada bulan sebelumnya, IHS Markit melaporkan PMI manufaktur Indonesia sebesar 53,9.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi.

Kali terakhir PMI manufaktur Indonesia di bawah 50 adalah pada Agustus 2021. Sepertinya tren positif in akan berlanjut pada Desember 2021, karena Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur Indonesia bakal berada di 54.

"Momentum pertumbuhan sektor manufaktur memberi sinyal kebangkitan dari gelombang serangan virus corona varian delta. Dunia usaha melanjutkan ekspansi produksi dan rekrutmen tenaga kerja serta meningkatkan pembelian bahan baku, yang menjadi tanda positif," sebut Jingyi Pan, Economics Associate Director di IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Perlu diingat bahwa sektor manufaktur adalah penyumbang utama pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi lapangan usaha. Pada 2020, sektor ini menyumbang 19,88% terhadap PDB.

Kalau sektor manufaktur terus tumbuh, maka kita bisa berharap pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi. Mari berharap 2022 dimulai dengan start yang baik, yaitu PMI yang meningkat.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)

Rilis data kedua adalah inflasi periode Desember 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,52% pada Desember 2021 dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).

Sementara dibandingkan Desember 2020 (year-on-year/yoy) laju inflasi diperkirakan 1,81%. Setiap Desember, inflasi tahunan akan sama dengan tahun kalender atau tahun berjalan (year-to-date/ytd). Jadi inflasi sepanjang 2021 diperkirakan 1,81%, sama seperti inflasi tahunan.

Sedangkan inflasi inti secara tahunan diperkirakan 1,51% pada Desember 2021. Lagi-lagi, ini sama dengan laju sepanjang 2021.

Bank Indonesia (BI) melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) hingga pekan IV memperkirakan inflasi Desember 2021 sebesar 0,49% mtm. Ini membuat inflasi sepanjang 2021 menjadi 1,79%.

Secara umum, tekanan inflasi belum terasa di perekonomian domestik. Tidak seperti di negara-negara maju, laju inflasi di Indonesia malah melambat.

Pada 2020, laju inflasi tercatat 2,03%. Jika laju inflasi 2021 benar-benar 1,81% seperti ekspektasi pasar, maka menjadi yang terendah setidaknya seja k 1958. Wow...

Inflasi yang rendah bisa dilihat dari dua perspektif. Pertama, pasokan barang dan jasa memadai sehingga tidak menyebabkan gejolak harga.

Kedua, permintaan lesu sehingga dunia usaha tidak 'tega' menaikkan harga. Sepertinya kemungkinan kedua yang sedang terjadi.

Kelesuan permintaan menandakan pelemahan daya beli. Nah, daya beli ini tercermin dari laju inflasi inti.

Inflasi inti adalah 'keranjang' yang berisi daftar barang dan jasa yang harganya susah naik-turun. Persisten, bandel. Kalau harga yang susah bergerak saja melambat, maka ada masalah struktural yaitu penurunan daya beli.

Inflasi inti sepanjang 2021 diperkirakan 1,51%. Lebih rendah dibandingkan 2020 yang 2,26% sekaligus menjadi yang terendah sejak BPS mulai melaporkan data inflasi inti pada 2004.

Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Rilis data PMI manufaktur Indonesia periode Desember 2021 (07:30 WIB).
  • Pencatatan Saham Perdana PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (09:00 WIB).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Triwira Insanlestari Tbk (10:00 WIB).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Multipolar Technology Tbk (10:00 WIB).
  • Rilis data inflasi Indonesia periode Desember 2021 (11:00 WIB).
  • Rilis data PMI manufaktur India periode Desember 2021 (12:00 WIB).
  • Rilis data PMI manufaktur Zona Euro periode Desember 2021 (16:00 WIB).
  • Rilis data PMI manufaktur AS periode Desember 2021 (21:45 WIB).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Trimitra Propertindo Tbk (tentatif).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Grand House Mulia Tbk (tentatif).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular