Newsletter

Corona Tembus 2 Juta, Yuk #dirumahaja...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 June 2021 06:00
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup melemah pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah, hingga harga obligasi pemerintah terkoreksi.

Kemarin, IHSG ditutup melemah 0,18%. Meski merah, ini adalah sebuah prestasi tersendiri karena IHSG sempat anjlok nyaris 2%.

Investor asing membukukan jual bersih Rp 159,06 miliar di pasar reguler. Volume perdagangan melibatkan 19,49 miliar unit saham dengan frekuensi 1,22 juta kali transaksi dan nilai Rp 13,62 triliun.

Di pasar obligasi pemerintah, hampir seluruh tenor mengalami kenakan imbal hasil (yield). Hanya tenor 10 dan 30 tahun yang turun.

Yield dan harga obligasi memiliki hubungan terbalik. Saat yield naik, artinya harga surat utang sedang turun karena tekanan jual atau kurang peminat.

Arus modal keluar di pasar saham dan obligasi tersebut menyebabkan rupiah tidak punya 'bensin' untuk melaju. Di pasar spot, rupiah ditutup melemah 0,38% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Negeri Paman Sam sudah berada di atas Rp 14.400, pertama sejak awal Mei.

Halaman Selanjutnya --> Wall Street Bangkit!

Pagi ini, datang kabar gembira dari Wall Street. Bursa saham New York ditutup menguat dan kenaikkan cukup signifikan.

Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1,76%. Sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite melonjak masing-masing 1,4% dan 0,79%.

Sepertinya investor mengambil kesempatan 'menyerok'' saham yang harganya memang sdah lebih murah. Maklum, Wall Street anjlok pekan lalu di mana DJIA ambles sampai lebih dari 3%. Koreksi yang demikian dalam memang menyimpan potensi technical rebound.

"Ekonomi sedang bagus dan masih banyak stimulus. Ini tentu bagus untuk harga saham. Harga akan terus naik, terutama saat kita melihat konsumen terus berbelanja, terutama di sektor jasa," kata Max Gokhman, Head of Asset Allocation di Pacific Life Fund Advisors yang berbasis di California (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Isu pengetatan kebijakan moneter atau tapering off oleh bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) pun sedikit mereda. Ini terbantu oleh pernyataan dari Neel Kashkari, Presiden The Fed Minneapolis.

"Mayoritas warga AS ingin pekerjaan, saya belum siap untuk meninggalkan mereka. Saya ingin memberi kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan. Selama laju inflasi masih terjangkar, marilah bersabar sampai benar-benar tercipta pembukaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment)," papar Kashkari dalam wawancara dengan Reuters.

Kashari benar, pasar tenaga kerja Negeri Adidaya memang belum pulih sepenuhnya. Pada pekan yang berakhir 12 Juni, jumlah klaim tunjangan pengangguran naik 37.000 menjadi 412.000. Ini adalah kenaikan pertama sejak akhir April.

Pekan lalu, The Fed menggelar rapat bulanan dengan hasil suku bunga acuan tetap bertahan di 0-0,25%. Pembelian surat berharga (quantitative easing) juga masih tetap US$ 120 miliar per bulan.

Namun aura tapering begitu terasa karena nada (tone) The Fed yang lebih hawkish yang terlihat di dotplot arah suku bunga acuan. Dalam outlook Maret, ada empat anggota Komite Pembuat Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) yang menilai suku bunga acuan sudah bisa naik pada 2022. Kemudian tujuh anggota lain berpendapat Federal Funds Rate baru bisa naik pada 2023.

Dalam proyeksi Juni, komposisi ini berubah. Kini ada tujuh anggota FOMC yang menilai suku bunga sudah bisa naik tahun depan dan 13 anggota berpendapat kenaikan Federal Funds Rate terjadi pada 2023.

fedSumber: FOMC

Kashkari termasuk golongan minoritas anggota FOMC yang masih mempertahankan sikap dovish. Menurutnya, suku bunga acuan tidak perlu naik sampai akhir 2023. Suku bunga rendah akan merangsang dunia usaha untuk berekspansi sehingga menciptakan lapangan kerja bagi rakyat AS yang masih menganggur akibat dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

"Saya rasa Bapak Ketua (Jerome 'Jay' Powell) sudah menyampaikan dengan jelas. Kami sedang menjalani tahap diskusi dan melihat data untuk membuat penyesuaian kebijakan yang hati-hati," kata Kashkari.

Kashkari berpendapat data yang ada saat ini belum cukup untuk secara terang-benderang mengumumkan perubahan kebijakan. Dia menilai setidaknya butuh data sampai September dan bulan-bulan berikutnya untuk menentukan apakah pasar tenaga kerja benar-benar sudah membaik.

Pandangan Kashkari tersebut meredakan isu tapering yang pekan lalu sangat kuat. Ini membantu meningkatkan minat investor terhadap aset-aset berisiko.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang positif. Kenaikan tajam di Wall Street diharapkan mampu membangkitkan gairah investor di Asia, termasuk Indonesia.

Sentimen kedua adalah perkembangan nilai tukar dolar AS. Setelah pekan lalu begitu perkasa, mata uang Negeri Stars and Stripes mulai kehilangan pamor.

Pada pukul 03:10 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,4%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini masih mencatatkan penguatan nyaris 1,5%.

"Dolar AS sedang mengambil napas. Pelaku pasar masih ingin mencari tahu apakah tren penguatan dolar AS bisa berlanjut," ujar Bipan Rai, Head of FX Strategy di CIBC Capital Markets yang berkedudukan di Toronto (Kanada), seperti diberitakan Reuters.

Apabila koreksi dolarAS terus terjadi, maka rupiah punya ruang untuk bangkit. Apalagi mata uang Ibu Pertiwi sudah seminggu melemah, tentu akan datang saatnya untuk technical rebound, seperti yang terjadi di Wall Street hari ini.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)

Sentimen ketiga, kali ini dari dalam negeri, adalah perkembangan pandemi virus corona. Ini bisa menjadi sentimen negatif di pasar dan tentu menjadi kekhawatiran seluruh rakyat Indonesia.

Per 21 Juni 2021, jumlah pasien positif corona sudah menembus dua juta orang, tepatnya 2.004.445 orang. Bertambah 14.536 orang (0,73%) dibandingkan sehari sebelumnya, kenaikan harian tertinggi sejak virus corona mulai mewabah di Indonesia.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 10.101 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 5.850 orang setiap harinya.

Laju pertumbuhan kasus pun semakin cepat. Selama dua pekan terakhir, rata-rata penambahan pasien baru adalah 0,52% per hari. Jauh lebih cepat ketimbang rerata dua minggu sebelumnya yaitu 0,32% saban harinya.

Perkembangan ini memaksa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengetatkan aktivitas dan mobilitas masyarakat. Di zona merah, perkantoran diharapkan menerapkan kerja dari rumah (work from home) hingga 75% dan zona lainnya minimal 50%.

Kemudian warung makan, restoran, kafe, hingga pusat perbelanjaan alias mal kini wajib tutup pukul 20:00. Jumlah pengunjung lebih dibatasi yaitu 25% dari kapasitas.

Sementara rumah ibadah di zona merah ditutup sementara. Demikian pula dengan fasilitas publik seperti taman, tempat wisata, dan sebagainya. Sedangkan di zona kuning dan hijau, boleh dibuka dengan kapasitas maksimal 25%.

Di zona merah, warga dilarang untuk berkumpul lebih dari tiga orang. Warga juga tidak boleh keluar-masuk wilayah RT zona merah setelah pukul 20:00.

coronaSumber: Sekretariat Presiden

Di satu sisi, kebijakan ini diharapkan mampu mengerem pergerakan warga agar tetap #dirumahaja sehingga menekan penyebaran virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Namun di sisi lain, dampaknya adalah 'roda' ekonomi akan berputar lebih lambat.

"Munculnya (virus corona) varian baru jadi tantangan kita bagi semua. Di beberapa daerah, pusat kenaikan bergeser ke Jawa dan memberikan konsekuensi karena kontribusi ke perekonomian cukup besar besar. Ini akan mempengaruhi outlook perekonomian kita.

"Ini akan mempengaruhi kuartal II karena sampai Juni. Jadi Covid-19 harus dikendalikan. Kalau tidak, maka kita tidak akan bisa menormalisasi apapun, pendidikan kegiatan keagamaan, dan lain-lain," papar Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan.

Untuk kuartal II-2021, Kementerian Keuangan punya proyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 7,1-8,3%. "Seiring Covid-19, proyeksi itu lebih ke rentang batas bawah atau lebih rendah," tambah Sri Mulyani.

Gerak ekonomi Indonesia yang sepertinya bakalmelambat tentu akan menjadi perhatian pelaku pasar. Dibayangi oleh masa depan ekonomi yang samar-samar, IHSG, rupiah, dan obligasi pemerintah masih berisiko untuk tertekan.

Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Sriwahana Adityakarta Tbk (08:30 WIB).
    2. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Zyrexindo Mandiri Buana Tbk (08:30 WIB).
    3. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Jaya Kontruksi Manggala Pratama Tbk (10:00 WIB).
    4. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Bank QNB Indonesia Tbk (14:00 WIB).
    5. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Satria Antaran Prima Tbk (14:00 WIB).
    6. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Pratama Widya Tbk (14:00 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Untuk mengakses data pasar keuangan terkini, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular