Asia Tenggara

Bukan RI! Ternyata Negeri Ini Jawara IPO Saham Asia Tenggara

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
16 June 2021 15:57
Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor lokal boleh saja bersuka cita atas rencana penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) perusahaan teknologi raksasa dalam negeri GoTo di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun kabar tak mengenakkan menyebut pasar saham RI bukan yang terdepan di Asia Tenggara.

Menurut Ken Fong, Kepala Riset Pasar Saham di Dealogic, perusahaan platform keuangan milik The Carlyle Group asal Inggris yang berdiri sejak 1983, pasar yang terdepan dalam hal IPO di Asia Tenggara ternyata bukan Indonesia melainkan negara Gajah Putih, Thailand.

Ken Fong mengatakan, Thailand bisa memecahkan rekor jumlah IPO tahun ini, hal ini dikarenakan data menunjukkan Thailand merupakan salah satu yang paling menonjol di pasar saham Asia Tenggara.

"Thailand melakukannya dengan sangat baik. Melanjutkan tren baik dari tahun lalu," kata Fong dikutip CNBC International, Rabu (16/6/2021).

Menurut data Dealogic, kesepakatan IPO di Thailand sejauh ini telah mencapai nilai US$ 2,92 miliar atau setara dengan Rp 42 triliun (kurs Rp 14.300/US$).

"Tanpa adanya tanda-tanda perlambatan dari tren saat ini, pasar IPO Thailand saat ini dinilai berada di jalur yang benar untuk memecahkan rekor tahunan," katanya.

Dia menjelaskan, berdasarkan data historisnya, negara Asia Tenggara biasanya menawarkan sekitar 30 perusahaan publik (emiten) baru setiap tahun, dan data menunjukkan kebanyakan dilakukan di paruh kedua setiap tahun.

"Sekitar 70-80% aktivitas terjadi di Q4 dan Q3 setiap tahun."

Sejauh ini, Thailand telah melakukan 14 listing (pencatatan saham di bursa), sekitar setengah dari jumlah rata-rata tahunan, mengutip data Dealogic.

Menurut dia, jumlah dana yang dikumpulkan lewat IPO tahun ini telah melampaui nilai rata-rata tahunan sebesar US$ 2,8 miliar atau setara Rp 40 triliun.

Adapun untuk kawasan lainnya di Asia Tenggara, Filipina juga menunjukkan kinerja yang relatif kuat di pasar IPO-nya, setelah penawaran perdana perusahaan makanan dan minuman Monde Nissin - yang merupakan IPO terbesar yang tercatat di Filipina. Perusahaan itu saat ini dipimpin oleh keluarga Indonesia dan Filipina.

Sementara itu, di Malaysia dan Singapura, daftar penawaran saham publik masih "agak sepi," tambahnya.

Bagaimana dengan Indonesia? Fong tak menyebut banyak proyeksinya.

NEXT: IPO di Bursa Efek Indonesia

Fong mengatakan, efek pandemi Covid-19 masih terasa di sebagian besar Asia Tenggara dan pemerintah negara-negara Asia Tenggara masih terus berjuang untuk mendapatkan vaksin yang cukup untuk menyuntik warganya agar terjadi pemulihan aktivitas ekonomi.

Tetapi dampak dari kebangkitan pascapandemi "tidak terlihat jelas" di pasar IPO, kata Fong.

"Dari data kami, saya tidak melihat Asia Tenggara terlalu lemah. Kami melihat aftermarket [kinerja saham pasca-IPO] dan sebenarnya sebagian besar negara tersebut memiliki one-day pop yang sangat tinggi," katanya merujuk pada debut yang kuat di hari pertama saham tercatat di papan perdagangan.

Fong mengutip dua IPO di Thailand sebagai contoh.

PTT Oil and Retail Business resmi menjadi perusahaan terbuka pada Februari dan harga sahamnya naik sekitar 62,5% pada hari pertama perdagangan.

Broker asuransi Thailand, Ngern Tid Lor, juga sahamnya melonjak sekitar 25% dari harga IPO pada hari debutnya.

Kedua perusahaan itu termasuk di antara tiga perusahaan yang ditawarkan di bursa Asia Tenggara tahun ini dengan valuasi masing-masing lebih dari US$ 1 miliar atau Rp 14,3 triliun, kata Fong.

"Pada saat pasar masih menggairahkan, IPO besar ini akan membantu mendorong perusahaan lain untuk ikut menjadi perusahaan publik [lewat IPO],' Fong melanjutkan.

Di Indonesia, pasar saham akan menantikan masuknya IPO jumbo dari GoTo, Bukalapak, dan Tiket.com.

Sejauh ini, berdasarkan data OJK, penghimpunan dana pasar modal di Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga 8 Juni lalu sudah mencapai Rp 56,5 triliun dari 59 penawaran umum. Nilai itu setara dengan US$ 3,95 miliar, sebetulnya lebih besar dari Thailand, US$ 2,92 miliar.

Namun angka ini menggabungkan dengan penawaran umum lainnya, termasuk penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue, penawaran umum (PU) Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS), dan penawaran umum berkelanjutan (PUB) EBUS, jadi tak hanya IPO.

Data OJK 8 Juni 2021Foto: Data OJK 8 Juni 2021
Data OJK 8 Juni 2021

Kalau untuk IPO saja, hingga 8 Juni, nilai total IPO 17 perusahaan hanya mencapai Rp 2,57 triliun (US$ 180 juta).

Sementara itu, penawaran umum terbatas rights issue dari 10 perusahaan mencapai Rp 15,73 triliun, 1 penawaran umum EBUS Rp 500 miliar, 1 penawaran umum berkelanjutan EBUS tahap I Rp 5,93 triliun dan 24 PUB BEUS tahap II senilai Rp 31,77 triliun.

Adapun data BEI menunjukkan, per 10 Juni, emiten terakhir yang tercatat di BEI yakni saham PT Ladangbaja Murni Tbk. (LABA) dan PT Triniti Dinamik Tbk. (TRUE) yang resmi tercatat di Papan Pengembangan, masing-masing jadi emiten ke-19 dan ke-20.

Jadi sebetulnya jika ada GoTo, Bukalapak, Tiket.com dan kawan-kawannya, besar kemungkinan RI akan menyalip jumlah IPO Thailand.

Head of Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Roger M.M mengungkapkan, rencana IPO GoTo menjadi katalis positif bagi keyakinan calon perusahaan yang akan melantai di bursa dan termasuk yang ditunggu-tunggu oleh investor.

Mirae Asset, kata dia, saat ini masih menghitung potensi saham yang akan dilepas kepada publik melalui IPO tersebut.

Berdasarkan perkiraan Mirae Asset, valuasi perusahaan Gojek dan Tokopedia setelah merger dengan Tokopedia sekitar Rp 170 triliun. Jika target dana yang dihimpun dalam IPO sebesar 10% saja dari valuasi keduanya, nilainya mencapai Rp 17 triliun.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular