Market Commentary

Saham Tech AS Pesta Pora, BUKA-GOTO Cs Kapan?

Putra, CNBC Indonesia
30 May 2023 12:45
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham perusahaan teknologi raksasa Amerika Serikat (AS) berpesta di tengah euforia proyeksi kinerja Nvidia yang melampaui ekspektasi pasar. Namun, hal tersebut tidak langsung menular ke emiten teknologi di bursa RI.

Indeks Nasdaq Composite, yang penuh saham-saham tech AS, melonjak 2,00% selama sepekan per Jumat (26/5), melanjutkan kenaikan 5 pekan beruntun. Informasi saja, pasar saham AS libur pada Senin (29/5) untuk memperingati Memorial Day.

Sejak awal tahun (ytd), indeks ini sudah melonjak 24,92%, melampaui kinerja indeks Wall Street lainnya macam Dow Jones (minus 0,13% YTD) dan S&P 500 (+9,97% ytd).

Kendati memang indeks Nasdaq masih mencatatkan selisih yang besar, mencapai 19,19% dari level tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) pada November 2021.

Sementara, indeks teknologi (IDXTECHNO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) anjlok 9,45% secara YtD per 29 Mei 2023.

Lebih parah dari Nasdaq, sejak menembus ATH pada Agustus 2021, IDXTECHNO sudah terjun bebas hingga 61,18%. Ini seiring nama-nama besar yang melantai (listing) di bursa malah mengalami tekanan jual yang besar dan menjadi beban untuk indeks tersebut.

Sebut saja, emiten e-commerce PT Bukalapak Tbk (BUKA) yang anjlok 76% ke posisi Rp204/saham per 29 Mei 2023 dibandingkan harga saat penawaran saham perdana (IPO) pada 6 Agustus 2021.

Bahkan, pada 25 Mei 2023, harga saham BUKA sempat berada di level penutupan harian terendah (all time low/ATL), yakni di angka Rp197/saham.
Selama sepekan terakhir, melihat euforia Nasdaq, saham BUKA juga tidak ke mana-mana, malah minus 0,97%.

Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang memiliki kapitalisasi (market cap) terbesar di IDXTECHNO, yakni Rp127,91 triliun, juga masih terseok-seok.

Saham emiten e-commerce dan jasa ride-hailing tersebut ambles 68,05% ke Rp108/saham per 29 Mei 2023 dari harga IPO pada 11 April 2022.

Kinerja seminggu terakhir saham GOTO juga tidak memuaskan, minus 5,26%. Meskipun, dalam sebulan terakhir saham ini tumbuh 9,09%.

Demikian pula, kinerja sepekan belakangan sejumlah emiten tekno RI raksasa lainnya juga tertekan, seperti EMTK yang minus 15,22%, BELI minus 0,44%.

Saat ini, saham BUKA, GOTO, hingga BELI, masih belum menemukan momentum untuk bisa melonjak tinggi, seiring era suku bunga tinggi masih belum berakhir dan investor masih terus mencermati usaha perusahaan tech tersebut untuk menuju jalur profitabilitas.

Investor Tech AS Pasang Mode Beli

Lonjakan di indeks Nasdaq terjadi di tengah AS sempat mengalami kebuntuan negosiasi kenaikan plafon utang antara pihak Presiden Joe Biden dan Ketua DPR AS dari Partai Republik Kevin McCarthy.

Melansir CNBC International, berita heboh seputar laporan pendapatan luar biasa dari perusahaan chipmaker Nvidia dan posisi strateginya dalam teknologi kecerdasan buatan (AI) mendorong kenaikan saham minggu lalu. Namun, investor juga memborong saham Microsoft, Meta, dan Alphabet, masing-masing memiliki kisah AI sendiri.

Selain itu, dengan optimisme bahwa para pembuat kebijakan sedang mendekati kesepakatan untuk meningkatkan batas utang, dan bahwa Federal Reserve mungkin melambatkan laju kenaikan suku bunga, pasar saham AS tahun ini mulai terlihat kurang seperti 2022 dan lebih seperti dekade teknologi yang penuh euforia sebelumnya.

"Berfokus pada saham-saham teknologi mega-cap ini adalah posisi yang tepat di pasar ini," kata Victoria Greene, kepala investment officer G Squared Private Wealth, dalam wawancara di "Worldwide Exchange" CNBC International pada Jumat (26/5).

Awal tahun ini, headline utama di dunia teknologi adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pemangkasan biaya.
Banyak perusahaan terbesar di industri tersebut, termasuk Meta, Alphabet, Amazon, dan Microsoft, mengurangi ribuan pekerjaan setelah 2022 menjadi tahun yang buruk untuk pertumbuhan pendapatan dan harga saham.

Namun, investor telah beralih fokus ke AI sekarang yang mana perusahaan-perusahaan tersebut memamerkan aplikasi dunia nyata dari teknologi yang telah lama hype tersebut.

OpenAI meledak setelah merilis chatbot ChatGPT tahun lalu, dan investor terbesarnya, Microsoft, menyematkan teknologi inti tersebut dalam sebanyak mungkin produk, termasuk mesin pencari Bing.

Google, secara bersamaan, mempromosikan model AI pesaingnya setiap kesempatan.

Kemudian, Nvidia, perusahaan pembuat chip, terkenal dengan unit pemrosesan grafis (GPU) yang memperkuat performa video game canggih, juga sedang mengikuti gelombang AI. Sahamnya melonjak 25% minggu lalu, menjadi rekor tertinggi dan mengangkat market cap perusahaan hampir mencapai US$1 triliun setelah pendapatan kuartal pertama melampaui perkiraan.

Saham Nvidia naik 167% tahun ini, melampaui semua perusahaan di S&P 500. Tiga perusahaan teknologi teratas berikutnya dalam indeks tersebut juga mengalami kenaikan: Meta, Advanced Micro Devices, dan Salesforce.

Kisah sukses Nvidia didasarkan pada proyeksi ke depan, karena pendapatannya dalam kuartal terakhir ini turun 13% dibandingkan tahun sebelumnya karena penurunan 38% di segmen game.

Akan tetapi perkiraan penjualan perusahaan untuk kuartal saat ini hampir 50% lebih tinggi dari perkiraan Wall Street. CEO Jensen Huang mengatakan Nvidia mengalami "permintaan yang meningkat" untuk produk pusat data (data center).

Nvidia mengatakan vendor cloud dan perusahaan internet membeli chip GPU dan menggunakan prosesor tersebut untuk melatih dan menerapkan aplikasi AI generatif seperti ChatGPT.

"Pada titik ini dalam siklus ini, saya pikir sangat penting untuk tidak melawan konsensus," kata Brent Bracelin, seorang analis di Piper Sandler yang mencakup perusahaan-perusahaan cloud dan perangkat lunak, dalam wawancara Jumat di "Squawk on the Street" CNBC International.

"Konsensusnya adalah, dalam AI, yang besar menjadi semakin besar," kata Bracelin. "Dan saya pikir itu akan terus menjadi cara terbaik untuk memanfaatkan tren AI."

Microsoft, yang masuk dalam rekomendasi 'buy' Bracelin, naik 4,6% minggu lalu dan melonjak 39% sepanjang tahun ini.

Meta melompat 6,7% selama pekan lalu dan sudah melesat lebih dari dua kali lipat pada 2023 setelah kehilangan hampir dua pertiga nilainya tahun lalu. Alphabet terapresiasi 1,5% minggu lalu, membawa kenaikannya sepanjang tahun menjadi 41%.

Salah satu hambatan terbesar bagi saham teknologi tahun lalu adalah kenaikan suku bunga yang konsisten oleh bank sentral.
Kenaikan tersebut berlanjut pada 2023, dengan kisaran target dana federal naik menjadi 5%-5,25% pada awal Mei.

Namun, dalam pertemuan terakhir The Fed, beberapa anggota mengindikasikan bahwa mereka mengharapkan perlambatan pertumbuhan ekonomi AS akan menghilangkan kebutuhan untuk pengetatan moneter lebih lanjut, sesuai dengan risalah rapat FOMC yang dirilis pada Rabu pekan lalu.

Kebijakan moneter yang kurang agresif dianggap sebagai tanda optimis bagi saham teknologi dan aset berisiko lainnya, yang biasanya memberikan hasil lebih baik dalam lingkungan suku bunga yang lebih stabil.

Namun, beberapa investor khawatir bahwa reli teknologi telah terlalu jauh mengingat risiko besar yang masih ada dalam ekonomi dan pemerintahan.
Alli McCartney, direktur manajemen kekayaan swasta UBS, mengatakan di "Squawk on the Street" CNBC Internasional pada Jumat, setelah reli saham teknologi baru-baru ini, "mungkin saatnya untuk menjual sebagian dari [saham-saham] itu."

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article GOTO Cs Kehabisan Tenaga, Saham Teknologi Merah Membara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular