Ngaku Didekati Shopee, Ini Sepak Terjang Bank Aladin Syariah

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
29 April 2021 18:22
Shopee/Dok Sea Ltd
Foto: Shopee/Dok Sea Ltd

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk (BANK), yang baru saja mengganti namanya menjadi PT Bank Aladin Syariah Tbk, menyebutkan pihaknya tengah menjajaki sejumlah partner bisnis, tak menutup kemungkinan menggandeng Sea Ltd, induk dari e-commerce Shopee, ke perusahaan.

Manajemen Bank Aladin mengakui memang ada pendekatan dengan perusahaan asal Singapura tersebut. Sea yang tercatat di bursa Wall Street, NYSE (New York Stock Exchange), dengan kode saham SE ini sudah memiliki PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (Bank BKE). Bank ini kini sudah berubah nama menjadi Bank Seabank Indonesia.

Ali Akbar Hutasuhut, Head of Corporate Secretary BANK, mengatakan saat ini perseroan dalam tahap penjajakan dengan beberapa calon mitra strategis.

"Salah satunya dengan Shopee. Selain itu, pada saat ini perseroan belum memiliki informasi lainnya yang dapat disampaikan untuk keterbukaan informasi," katanya, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (29/4/2021).

Namun dia menegaskan hingga saat ini belum ada transaksi, lantaran saat ini perseroan masih dalam tahap penjajakan dengan beberapa calon mitra strategis.

Hanya saja setelah kabar ini terungkap, manajemen Sea Ltd, justru menegaskan pihaknya belum melakukan diskusi terkait dengan kerja sama strategis dengan Bank Aladin Syariah.

"Baik Shopee maupun Sea tidak sedang mengadakan atau melakukan diskusi apa pun terkait kerja sama strategis dengan Bank Aladin," tulis manajemen Sea dalam keterangan resmi yang diterima CNBC Indonesia, Kamis (29/4/2021).

Pernyataan ini seakan membantah statement dari manajemen Bank Aladin Syariah di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis ini.

Lalu, sebenarnya bagaimana sepak terjang Bank Net Syariah atawa Bank Aladin?

Sebagai gambaran sekilas, berikut ini profil singkat perusahaan tersebut.

Nama Awal Maybank Nusa Internasional

Berdasarkan laporan tahunan 2019 perusahaan, Bank Net berdiri pada 16 September 1995, seiring adanya joint venture antara dua bank umum, yakni Malayan Banking (Maybank) Berhad dari Malaysia dengan Bank Nusa Nasional dari Indonesia.

Nama bank perusahaan patungan tersebut ialah PT Maybank Nusa International.

Pada 14 November 2000, dengan beralihnya kepemilikan saham Bank Nusa Nasional kepada Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero), PT Maybank Nusa International berganti nama menjadi PT Bank Maybank Indocorp.

NEXT: Awal Mula Jadi Bank Net Syariah

Selanjutnya PT Bank Maybank Indocorp berganti nama lagi menjadi PT Bank Maybank Syariah Indonesia (Maybank Syariah) pada September 2010.

Dengan ini, bank ini berubah dari sebelumnya merupakan bank umum konvensional menjadi bank umum syariah.

Selang setahun kemudian, komposisi kepemilikan Maybank Syariah berubah pasca-dijualnya 30.000 lembar saham milik PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) kepada Maybank. Seiring dengan itu Maybank juga telah melakukan penjualan 9.451 saham Bank kepada PT Prosperindo.

Selanjutnya, pada 15 Mei 2019 Maybank dan Prosperindo selaku Pemegang Saham Bank Maybank Syariah menandatangani Perjanjian Pembelian Saham (Agreement for the Sale and Purchase of Shares) dengan PT NTI Global Indonesia (NTI) dan PT Berkah Anugerah Abadi (BAA).

Tujuan dari penandatanganan tersebut ialah untuk rencana penjualan dan pengalihan seluruh kepemilikan saham Maybank dan Prosperindo dalam Bank Maybank Syariah Indonesia kepada NTI dan BAA.

Kemudian, pada 12 Desember 2019 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyetujui akuisisi 70% saham Bank Maybank Syariah oleh NTI Global Indonesia dan akusisi 30% saham Bank Maybank Syariah oleh BAA

Praktis, dengan akuisisi tersebut, maka pemegang Saham Bank Maybank Syariah yang semula adalah Malayan Banking Berhad dan Prosperindo berubah menjadi NTI Global Indonesia dan BAA.

Menurut prospektus perusahaan 25 Januari 2021, pada 17 Desember 2020 BAA menjual seluruh sahamnya di Bank Net, yakni 2.457.924.400 saham atau 30% dari total saham perseroan kepada masing-masing NTI dan PT Alphaplus Adhigana Asia.

Rinciannya, NTI menguasai sebesar 2.253.097.586 lembar saham dan Alphaplus sebesar 204.826.814 (dua ratus empat juta delapan ratus dua puluh enam ribu delapan ratus empat belas) lembar saham.

Dengan ini, kepemilikan saham NTI di Bank Net yang tadinya 70%, menjadi 97,25%. Sementara, Alphaplus menggenggam 2,50%.

Berganti Nama Menjadi Bank Net, Lalu IPO

Sejalan dengan itu, pada 20 Desember 2020, Maybank Syariah Indonesia berganti nama untuk yang keempat kali menjadi PT Bank Net Indonesia Syariah.

Setelah berganti nama menjadi Bank Net Indonesia Syariah atau singkatnya Bank Net, pada 1 Februari 2021, perusahaan mencatatkan perdagangan (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten (ticker) BANK.

Dalam initial public offering (IPO) tersebut, Bank Net Indonesia Syariah menawarkan sebanyak 5 miliar saham biasa atau setara 37,90% dari jumlah modal disetor dengan harga penawaran umum Rp 103 per saham.

Dengan demikian, dari IPO ini, perseroan meraih dana segar sebesar Rp 515 miliar.

Bank Net akhirnya menambah daftar bank syariah yang tercatat di BEI setelah PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS), dan PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS).

Seiring dengan IPO, kepemilikan saham kembali berubah. Masih menurut prospektus Januari lalu, kali ini kepemilikan NTI Global menjadi 60,55%, Alphaplus Adhigana menyusut menjadi 1,55% dan sisanya publik menggenggam 37,90%.

Adapun data terbaru per 31 Maret 2021, saham perusahaan dipegang NTI Global Indonesia 60,55%, Bortoli International Ltd 20,01%, dan Kasai Universal Inc 6,18%, sisanya publik menyusut menjadi 13,26%.

Setelah IPO, nama perusahaan pun berubah lagi menjadi PT Bank Aladin Syariah Tbk.

NEXT: Siapa NTI?

Mengacu pada laporan tahunan 2019 Bank Net, NTI Global sebagai pemegang saham terbesar Bank Aladin didirikan dengan nama PT Sinar Mitra Investama berdasarkan Akta Pendirian No. 38 tanggal 27 April 2015. NTI sendiri beralamat di Jakarta Pusat.

Dalam prospektus IPO disebutkan bahwa di balik nama NTI Global, ada pemegang saham pengendali terakhir (PSPT) alias beneficial ownership yakni pengusaha bernama John Dharma J Kusuma. Nama John Dharma J Kusuma terkait dengan salah satu raksasa rokok Tanah Air asal Kudus, Jawa Tengah.

Dari beberapa literatur artikel dan situs resmi terkait, John adalah salah satu petinggi dari PT Nojorono Tobacco International (Nojorono), pabrik rokok dengan merek Minak Djinggo dan Class Mild. Saat ini perusahaan menduduki posisi kelima dalam industri rokok terbesar di Indonesia.

Situs resminya mencatat, Nojorono Kudus, merupakan salah satu perusahaan pelopor rokok kretek di Indonesia. Nojorono (baca: No-Yo-Ro-No) didirikan pada 14 Oktober 1932 oleh Ko Djee Siong dan Tan Djing Thay dan berpusat di Kudus, Jawa Tengah.

Secara berkala dimulai pada 1990, tongkat estafet dipercayakan kepada generasi ketiga keluarga Nojorono, yakni Stefanus JJ Batihalim, Harsono Djuhadi, John D Kusuma, Arifin Pamudji, dan L Surya Djuhadi.

Kini, John adalah pemegang saham terakhir NTI Global dan pengendali Bank Bank Aladin, kendati tidak disebutkan bahwa NTI adalah bagian dari Nojorono, tapi besar kemungkinan berasal dari singkatan Nojorono Tobacco International.

Adapun Alphaplus, pemegang minoritas (di bawah 5%) saham BANK, adalah perusahaan jasa dengan pemegang saham yakni PT Sinergi Optima Solusindo 60%, Simon Subrata 35% (mantan partner di EY) dan Andi Gunawan 5% (mantan partner di Kendall Court ESG Capital Asia, dan Cambridge Fund).

Ternyata beneficial ownership dari Alphaplus adalah anak muda bernama Anthony Pradiptya.

Antnohy merupakan partner dari Kaesang, putra bungsu Presiden Jokowi, di bisnis GK Hebat, perusahaan induk yang berkantor di Generali Tower, Jakarta Selatan, yang membawahi sejumlah bisnis di antaranya Sang Pisang, Yang Ayam, Ternakopi, Siap Mas, Let's Toast, dan Enigma Camp.

Anak muda yang baru 34 tahun ini adalah putra Gandi Sulistiyanto, Managing Director Sinarmas Grup.

Anthony masuk ke Bank Net Syariah lewat 'kendaraan' PT Gan Kapital. Mayoritas saham Alphaplus dipegang PT Sinergi Optima Solusindo, dan mayoritas saham Sinergi Optima dimiliki Gan Kapital, sementara Anthony punya 45% saham Gan Kapital.

Di jajaran direksi Gan Kapital, situs resmi mencatat, nama Anthony Pradiptya Gan sebagai CEO, Edwin Prasetya Gan sebagai Chief Operation Officer (COO), dan Wesley Harjono sebagai Chief Financial Officer (CFO).

Wesley juga menantu Gandi. Wesley, kepada CNBC Indonesia, mengatakan masuknya Gan Kapital di Bank Net Syariah dengan tujuan investasi di tengah tren digitalisasi.

Kini Bank Aladin juga ditopang sejumlah milenial dan eks petinggi OVO yang menjadi direktur dan tengah menunggu hasil fit and proper test dari OJK.

Ketiganya yakni Firdila Sari (mantan Head of Product OVO) sebagai Direktur Digital Banking, Willy Hambali (mantan Chief Product Officer OVO) sebagai Direktur Keuangan dan Strategi, dan Budi Kusmiantoro (mantan Chief Teknologi Officer OVO) sebagai Direktur Teknologi Informasi Bank.

Nama lain yang disorot yakni Dyota Marsudi yang menjadi dirut baru dan menunggu fit and proper. Dyota adalah putra dari Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi. Dyota menggantikan posisi Presiden Direktur BANK yakni Basuki Hidayat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular