
BFI Gagal Dijual ke Italia, Ini Manuver Jerry-Patrick Walujo

Jakarta, CNBC Indonesia - Pendiri perusahaan investasi Northstar Pacific, Patrick Sugito Walujo, bersama bankir senior Jerry Ng dikabarkan kembali membuat gebrakan di pasar saham Indonesia lewat aksi korporasi yang menghebohkan pasar. Kali ini lewat PT Bank Jago Tbk (ARTO), bank digital yang juga dipegang Gojek via Gopay.
Menurut kabar pasar yang beredar, Bank Jago dikabarkan akan mencaplok perusahaan pembiayaan kendaraan roda empat baru dan bekas, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN). Patrick sebetulnya sudah memiliki saham BFIN lewat Northstar yang didirikan bersama Glenn Sugita.
Patrick juga masuk ke Bank Jago lewat Wealth Track Technology Ltd (WTT), perusahaan investasi berbasis di Hong, dengan menggenggam 11,68% saham Bank Jago.
Sementara, Jerry Ng dan kawan-kawannya menggunakan PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) menguasai 29,80%. WTT dan MEI menjadi pemegang saham pengendali Bank Jago.
Lantas, apa rencana Patrick Walujo cs di BFIN, emiten yang melantai di bursa sejak 1990 ini?
Berdasarkan informasi yang beredar di kalangan pelaku pasar, BFIN dikabarkan akan diakuisisi oleh Bank Jago pada kisaran harga Rp 850-Rp 900 per saham sebagai angka potential tender offer.
"Berita ini muncul setelah adanya indikasi bahwa Bank Jago akan melebarkan sayap untuk membeli perusahaan leasing company/multifinance," menurut sumber tersebut, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (15/4/2021).
Rencana akuisisi ini juga dinilai cukup beralasan jika Bank Jago yang dimotori oleh bankir senior, Jerry Ng dan Patrick S Walujo membeli saham BFIN.
Pada tahun 2004, Jerry Ng ketika memimpin Bank Danamon berhasil mengambilalih saham PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) dari TP Rachmat. Sedangkan saat BFIN dikendalikan oleh Patrick Walujo dkk, lewat Grup Northstar, yang tak lain adalah menantu TP Rachmat sekaligus investor Bank Jago.
Ketika dikonfirmasi lebih lanjut, Direktur BFI Finance, Sudjono, tak membenarkan maupun membantah rumor di kalangan pelaku pasar ini. Ia juga tidak mengelaborasi lebih jauh apakah memang sudah ada pembicaraan awal mengenai rencana akuisisi BFIN oleh Bank Jago.
"Terima kasih atas informasinya," katanya saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (15/4/2021).
Sementara itu, Jerry Ng, sampai berita ini dituliskan belum memberikan tanggapannya mengenai rencana ini.
Gagal Dijual ke Italia
Sebelum kabar rencana akuisisi tersebut, tahun lalu saham BFIN awalnya akan diborong oleh perusahaan bank investasi asal Italia, Compass Banca.
Namun, dalam rilis pers pada 4 Mei 2020, rencana tersebut kandas, akibat pandemi Covid-19 yang berdampak terhadap bisnis perusahaan yang dimiliki Mediobanca SpA tersebut.
Dilansir CNBC Indonesia, pada Mei 2020, Compass Banca membatalkan rencananya untuk membeli 19,9% saham BFIN.
Padahal, Compass Banca bersama Trinugraha Capital & Co. SCA, pemegang saham pengendali BFIN, telah menandatangani perjanjian jual beli saham pada Agustus 2018.
Manajemen Mediobanca SpA mengungkapkan pembatalan rencana strategis ini diketahui lantaran kondisi darurat kesehatan di Eropa akibat pandemi Covid-19 yang berdampak terhadap bisnis perusahaan yang dimiliki Mediobanca, sehingga perseroan harus mengubah keputusan investasinya.
"Sejak darurat kesehatan terkait dengan Covid-19 yang semakin berubah secara tidak realistis, maka [ada perubahan] dalam hal keuangan perjanjian dan prioritas operasi perusahaan," tulis manajemen Mediobanca, dalam siaran pers di situs resminya, dikutip CNBC Indonesia, Senin (4/5/2020).
"Mengingat pertimbangan ini, pada 30 April 2020 Compass dan konsorsium Trinugraha sepakat mengakhiri perjanjian yang ditandatangani pada Agustus 2018," kata manajemen Mediobanca.
Rencananya pembatalan ini sebetulnya sudah disampaikan Trinugraha melalui surat pada 30 April 2020 yang menyatakan pembatalan rencana pembelian saham dengan Compass Banca SpA dan Star Finance S.R.L.
"Pihak terkait dalam perjanjian jual beli saham tersebut di atas telah sepakat untuk tidak memperpanjang dan mengakhiri proses jual beli saham," kata Sudjono yang saat itu menjabat Sekretaris Perusahaan BFIN, Senin (4/5/2020).
Trinugraha menandatangi perjanjian jual beli pada 3 Agustus 2018 di mana Trinugraha akan menjual sahamnya di BFI sebanyak 2.977.912.340 saham (2,97 miliar saham) kepada Compass, dan 1.646 juta saham kepada Star Finance SRL.
Sudjono mengatakan perseroan sudah menerima surat dari Trinugraha perihal pembatalan perjanjian jual beli saham bersyarat dengan Compass Banca SpA dan Star Finance S.R.L pada 30 April 2020.
"Bahwa pihak terkait dalam perjanjian jual beli saham tersebut di atas telah sepakat untuk tidak memperpanjang dan mengakhiri proses jual beli saham," kata Sudjono.
NEXT: Siapa Pengendali BFI Finance?
BFIN saat ini dikendalikan secara tidak langsung oleh Northstar Group dam TPG lewat konsorsium Trinugraha Capital & Co. SCA. TPG merupakan sebuah private equity yang bermarkas di San Fransisco, California, Amerika Serikat.
Saat ini, komposisi kepemilikan saham BFI sebesar 42,81% saham digenggam oleh konsorsium Trinugraha Capital SA (yang antara lain terdiri dari TPG dan Northstar Group).
Sisanya, dimiliki oleh pemegang saham institusi lokal dan internasional, serta pemegang saham publik. Salah satu di antaranya NT Asian Discovery Fund yang memiliki 8,25% saham BFIN.
Northstar Group adalah perusahaan private equity yang berkantor pusat di Singapura dan mengelola lebih dari US$ 2,2 miliar (Rp 30,8 triliun, asumsi Rp 14.000/US$) yang diinvestasikan di perusahaan-perusahaan yang sedang berkembang di Indonesia dan sebagian kecil di negara-negara lain di Asia Tenggara.
Situs resmi Northstar menjelaskan, sejak didirikan pada 2003, Grup Northstar berinvestasi di lebih dari 35 perusahaan di sektor perbankan, asuransi, konsumen/ritel, manufaktur, minyak dan gas, layanan batu bara dan pertambangan, teknologi, telekomunikasi, dan sektor agribisnis. Northstar Group sudah menginvestasikan lebih dari US$ 3 miliar (Rp 42 triliun) demi pengembangan bisnis di kawasan Asia Tenggara.
Perusahaan ini didirikan oleh Patrick Walujo bersama Glenn Sugita. Patrick Sebelumnya adalah Wakil Presiden Senior di Pacific Century Ventures Ltd di Tokyo. Dia memulai kariernya di Goldman, Sachs & Co. dan bekerja di kantor London dan New York.
Investasi mereka di Asia, di antaranya Gojek, Indomaret, ERA Real Estate, BFI Finance, Innovalues Pte Ltd (Malaysia, Thailand, China), dan PT Centrama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT).
Kemudian ada Bank BTPN, PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk, Nera Telecommunication Ltd (Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika Utara), Thai Credit Retail Bank, PT Trimegah Securities Indonesia Tbk (TRIM).
Sementara, TPG atau dulu bernama Texas Pacific Group adalah perusahaan private equity yang sudah cukup lama berdiri.
Di kawasan Asia, portofolio investasinya, yakni BFI Finance, Bank BTPN, Lenovo, Property Guru, Book My Show, Manipal Hospitals, Novotech, Union Bank, Shenzhen Development Bank, Shang Pharma, dan Vietnam Australia International School.
Adapun di Eropa, ada Ducati, Albireo, Spotify, Woolgate Exchange, Saxo Bank, dan Grohe.Di Amerika Serikat (AS), ada Airbnb, Burger King, Continental Airlines, Cushman & Wakefield, Fender (Gitar), Fidelity National Financial, McAfee, Seagate, dan Vice (media).
Situs resmi mencatat, TPG didirikan pada 1992 oleh David Bonderman dan Jim Coulter. Perusahaan ini mengelola dana sekitar US$ 91 miliar yang diinvestasikan dengan 12 kantor di seluruh dunia. Nilai itu setara Rp 1.274 triliun dana kelolaan (kurs US$ 1 = Rp 14.000).
Sementara itu, berdasarkan laporan keuangan 2020, BFIN mempunyai 228 kantor cabang, 118 gerai dan 45 kantor cabang syariah per 31 Desember 2020.
Per akhir 2019, BFIN memiliki 232 kantor cabang, 191 gerai dan 45 kantor cabang syariah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jreng! Aksi Jerry Ng & Patrick Walujo Belum Berhenti Gaes
