Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja rupiah pada pekan pertama 2021 lumayan oke. Rupiah tidak hanya perkasa di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), tetapi juga saat satu lawan satu dengan mata uang Asia dan Eropa.
Sepanjang pekan ini, mata uang Tanah Air menguat 0,43% terhadap dolar AS secara point-to-point di perdagangan pasar spot. Rupiah berhasil melengserkan dolar AS ke bawah Rp 14.000.
Tidak banyak mata uang utama Asia yang mampu menguat d hadapan greenback pekan ini. Selain rupiah, hanya yuan China dan dolar Taiwan yang mampu membukukan apresiasi secara mingguan.
Pencapaian rupiah cukup baik, karena menjadi mata uang terbaik kedua di Asia. Rupiah hanya kalah dari yuan.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning sepanjang pekan ini:
Belum cukup dengan mem-bully dolar AS, rupiah mencari korban lainnya yaitu mata uang Asia. Hanya yuan yang tidak bisa ditaklukkan oleh rupiah, sementara yen Jepang hingga peso Filipina seluruhnya berhasil dilibas. Bahkan apresiasi rupiah di hadapan beberapa mata uang Asia cukup signfikan, di atas 1%.
Berikut perkembangan kurs mata uang Benua Kuning di hadapan rupiah pada pekan ini:
Masih belum puas, rupiah yang haus darah coba menaklukkan Eropa. Hasilnya impresif, rupiah mampu menguat di hadapan tiga mata uang utama Benua Biru. Di hadapan poundsterling Inggris dan euro, lagi-lagi rupiah menguat di atas 1%.
Berikut perkembangan kurs mata uang utama Eropa terhadap rupiah pada pekan ini:
Arus modal asing mengalir deras ke pasar keuangan Ibu Pertiwi. Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 2,66 triliun dalam sepekan.
Sementara di pasar obligasi, pekan ini pemerintah melelang tujuh seri obligasi. Penawaran yang masuk lumayan tinggi yaitu mencapai Rp 97,17 triliun. Dari jumlah tersebut, pemerintah memenangkan Rp 41 triliun, di atas target indikatif yang sebesar Rp 35 triliun.
"Komposisi investor asing yang berpartisipasi pada lelang kali ini meningkat, yaitu sebesar 11,5% dari total bids. Partisipasi asing ini naik signifikan apabila dibandingkan dengan komposisi pada lelang terakhir pada Desember 2020 yaitu 5,9%," sebut keterangan tertulis Kementerian Keuangan.
Plus, pemerintah juga menerbitkan obligasi dalam mata uang asing yaitu dolar AS dan euro. Total penerbitan ini bernilai US$ 3 miliar dan EUR 1 miliar.
Ada prestasi yang perlu dicatat. Penerbitan obligasi valas ini mendapatkan imbal hasil (yield) terendah dalam sejarah.
Untuk seri-seri dengan denominasi dolar AS, initial price guidance berada pada area 2,35% untuk tenor 10 tahun, kisaran 3,55% untuk tenor 30 tahun, dan sekitar 3,85% untuk tenor 50 tahun. Namun transaksi ini berhasil mendapatkan orderbook yang dalam dan berkualitas sehingga final price guidance dapat ditekan hingga 45 basis poin (bps) ke 1,9% untuk tenor 10 tahun, 3,1% untuk tenor 30 tahun, dan 3,4% untuk tenor 50 tahun.
Demikian pula dengan obligasi berdenominasi euro. Pemerintah berhasil menekan harga sebesar 40 bps dari initial price guidance di area 175 bps ke final price guidance di 35 bps. Transaksi kali ini juga mencatatkan tenor terpanjang untuk obligasi denominasi euro yang pernah diterbitkan oleh pemerintah Indonesia.
 Sumber: Kementerian Keuangan |
"Keseluruhan transaksi mendapatkan harga yang kompetitif, dengan final pricing yang berada pada level yang paling ketat untuk semua seri dan mencapai negative new issue premium yang signifikan. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap credit story Indonesia dan optimisme atas pemulihan ekonomi Indonesia," mengutip keterangan tertulis Kementerian Keuangan.
Per 7 Januari 2021, nilai total kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 983,93 triliun. Ini adalah yang tertinggi sejak Maret 2020. Artinya, kepercayaan investor terhadap SBN sudah kembali seperti sebelum pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Arus modal asing yang begitu deras mengalir ke pasar keuangan Indonesia membuat rupiah mampu perkasa di hadapan berbagai mata uang dunia. Dengan vaksinasi virus corona yang rencananya dimulai pekan depan, bukan tidak mungkin rupiah bisa kembali berjaya.
TIM RISET CNBC INDONESIA