Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga hijau di perdagangan pasar spot.
Pada Rabu (6/1/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.926. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Sementara di pasar spot, pun menguat. Kala pembukaan pasar, rupiah menguat tipis 0,07% ke Rp 13.890/US$. Namun sempat stagnan di Rp 13.900/US$, rupiah kembali ke posisi Rp 13.890/US$ pada pukul 10:00 WIB.
Tidak banyak mata uang Asia yang mampu menguat di hadapan dolar AS. Sejauh ini hanya rupiah dan dolar Hong Kong yang menguat.
Meski penguatan rupiah relatif tipis, tetapi lebih baik ketimbang dolar Hong Kong. Artinya, rupiah sah menjadi mata uang terbaik di Asia.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:04 WIB:
Mata uang Ibu Pertiwi memang terus dalam tren menguat. Dalam sebulan terakhir, rupiah terapresiasi 1,28% terhadap dolar AS secara point-to-point.
Derasnya arus modal ke pasar keuangan Indonesia menjadi penyebab keperkasaan rupiah. Arus modal ini terutama mengalir ke pasar obligasi pemerintah.
Per 30 Desember 2020, kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 973,91 triliun. Naik Rp 3,4 triliun dibandingkan posisi sebulan sebelumnya.
Ke depan, angka ini kemungkinan besar bakal semakin bertambah. Pasalnya, dua lembaga pemeringkat (rating agency) telah merilis peringkat utang untuk rencana penerbitan obligasi pemerintah dalam mata uang dolar AS dan euro.
Fitch Ratings memberi peringkat BBB dengan outlook stabil. Menurut Fitch, kondisi fundamental ekonomi Indonesia semakin membaik sehingga risiko gagal bayar (default) kian kecil.
"Kerentanan eksternal Indonesia semakin berkurang. Misalnya, cadangan devisa terus meningkat sementara ketergantungan terhadap arus modal portofolio berkurang. Indonesia juga sudah lebih tidak terdampak terhadap volatilitas harga komoditas," sebut keterangan tertulis Fitch.
Sedangkan Moody's Investor Services mengganjar rating Baa2 untuk obligasi pemerintah Indonesia dalam mata uang dolar AS dan euro. Seperti halnya Fitch, Moody's merasa fundamental ekonomi Tanah Air kian kuat.
"Pemberian rating Baa2 didasarkan atas perbaikan ketahanan ekonomi Indonesia untuk menghadapi tekanan eksternal. Defisit fiskal relatif terjaga dan rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga masih cukup rendah. Besarnya ukuran ekonomi dan prospek pertumbuhan ekonomi yang stabil menjadi fundamental yang sangat kuat," tulis keterangan Moody's.
Baca: Moody's: Rating RI di Baa2 untuk Penerbitan Obligasi Valas
Pengakuan dari dua rating agency itu akan semakin membuat investor yakin untuk mengoleksi SBN lebih banyak lagi. Dalam lelang SBN kemarin, penawaran yang masuk cukup tinggi yaitu mencapai Rp 97,2 triliun. Dari jumlah tersebut, 11,5% datang dari investor asing, naik dibandingkan lelang terakhir tahun lalu yaitu 5,9%.
"Pemerintah memutuskan untuk memenangkan permintaan sebesar Rp 41 triliun. Pemerintah optimistis kondisi pasar akan tetap kondusif dalam mendukung pemenuhan kebutuhan pembiayaan APBN melalui penerbitan SBN," sebut keterangan tertulis Kementerian Keuangan.
Oleh karena itu, sepertinya arus modal yang masuk ke pasar SBN akan tetap tinggi. Hasilnya jelas, rupiah punya prospek yang cerah.
TIM RISET CNBC INDONESIA