Newsletter

Sabar! Sebentar Lagi Bisa Ucapkan: Selamat Tinggal, Corona...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 November 2020 06:10
Simulasi pemberian vaksin Covid-19
Foto: Simulasi pemberian vaksin Covid-19 di Puskesmas Depok, Jawa Barat, Kamis (22/10). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup hijau pada perdagangan kemarin. Setelah sempat gamang pada awal-awal perdagangan, pasar saham dan valas mantap menguat.

Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tajam 1,46%. IHSG sudah berada di atas 5.600.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat 0,14% di perdagangan pasar spot. Rupiah yang sempat melemah akhirnya bangkit meski dolar AS masih bertahan di atas Rp 14.100.

Kabar baik seputar vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) berhasil mengangkat optimisme pelaku pasar. Akhir pekan lalu, calon vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech telah didaftarkan untuk memperoleh izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA). Vaksin ini diklaim punya tingkat efektivitas 94,5% untuk membangun imun tubuh dari serangan virus mematikan yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.

"Pengajuan izin ini menandakan pencapaian baru dalam usaha kami mengantarkan vaksin Covid-19 kepada dunia. Kami sudah memiliki gambaran yang lebih lengkap tentang keamanan vaksin ini," kata CEO Pfizer Albert Bourla, sebagaimana diwartakan Reuters.

FDA belum bisa berkomentar kapan EUA bisa diberikan. Namun yang jelas FDA akan mengadakan rapat pleno pada 10 Desember 2020 di mana para anggota akan membahas penggunaan vaksin. Alex Azar, Menteri Kesehatan AS, memperkirakan izin EUA akan keluar pada pertengahan Desember.

"Jika datanya solid, maka dalam hitungan minggu izin bisa keluar terhadap vaksin yang memiliki efektivitas 95%," ungkap Azar dalam wawancara dengan CBS, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Calon vaksin lain yang juga memberi kabar gembira adalah yang dikembangkan oleh AstraZaneca dan Universitas Oxford. Vaksin ini disebut-sebut punya tingkat keberhasilan 90%.

"Ini artinya kita akan punya vaksin bagi seluruh dunia," ujar Andrew Pollard, Direktur Universitas Oxford, seperti dikutip dari Reuters.

Vaksin yang dikembangkan di Inggris ini punya sejumlah keunggulan. Pertama harganya relatif murah dibandingkan dengan buatan Pfizer atau Moderna. Kedua, bisa dikirim dengan lemari pendingin biasa sementara vaksin Pfizer harus disimpan di suhu -70 derajat celcius.

Seiring dengan akan hadirnya berbagai vaksin yang manjur, pemerintah di berbagai negara pun menyusun strategi vaksinasi massal untuk terbebas dari jeratan pandemi. Pemerintah Inggris menargetkan vaksinasi massal akan berlangsung pada kuartal I-2021.

"Vaksin akan didistristribusikan dan disuntikkan pada Januari, Februari, Maret. Kami berharap ketika Hari Paskah kehidupan sudah berangsur normal," ungkap Matt Hancock, Menteri Kesehatan Inggris, sebagaimana diwartakan Reuters.

Harapan akan hidup normal yang bebas dari pembatasan sosial (social distancing) dan karantina wilayah (lockdown) tentu sesuatu yang sangat menggembirakan. Semua orang sudah lelah hidup dirundung rasa takut selama berbulan-bulan. Semua rindu hidup seperti dulu, bebas berkegiatan dan kesempatan kerja terbuka luas.

Harapan ini diwujudkan oleh investor dalam bentuk memburu aset-aset berisiko. Saat hati sedang senang, buat apa main aman?

Gelombang optimisme pun sampai ke bursa saham New York. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 1,12%, S&P 500 naik 0,56%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,22%.

"Ada kabar baik seputar vaksin virus corona, dan ini membangun rasa antusias. Memang vaksin belum bisa dinikmati esok hari, masih butuh waktu setidaknya sebulan," kata Peter Cardillo, Chief Market Economist Spartan Capital Securites yang berbasis di New York, seperi dikutip dari Reuters.

Selain kabar soal vaksin, hijaunya Wall Street juga disebabkan oleh rekomendasi terbaru dari Blackrock. Bank investasi kelas paus ini menaikkan rekomendasi saham di bursa Negeri Paman Sam menjadi overweight. Mereka akan bullish terhadap saham-saham emiten teknologi raksasa, dan juga emiten berkapitalisasi pasar kecil yang diuntungkan dengan pemulihan ekonomi.

Kalau Blackrock sudah 'bersabda', maka itu bukan kaleng-kaleng. Per akhir kuartal III-2020, aset kelolaan Blackrock mencapai US$ 7,8 triliun atau sekira Rp 11.047,9 triliun. Ini menjadikan Blackrock sebagai pengelola dana (fund manager) terbesar di dunia, dengan aset kelolaan mengalahkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang 'hanya' sekitar US$ 1 triliun.

Tidak berhenti sampai di situ, sentimen positif di Wall Street juga datang dari pembacaan awal Purchasing Managars' Index (PMI) periode November 2020. IHS Markit melaporkan, PMI manufaktur AS pada November 2020 diperkirakan 56,7, naik dbandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 53,4. Sedangkan PMI sektor jasa naik menjadi 57,7 dari 56,9.

"Data PMI November memberi gambaran ekonomi AS usal pemilu, dan ternyata hasilnya sangat menggembirakan. Aktivitas bisnis, baik manufaktur maupun jasa, naik ke titik tertinggi sejak Maret 2015. Ini mencerminkan permintaan sudah meningkat sehingga perusahaan mulai merekrut karyawan. Dunia usaha optimistis dengan ekspansi bisnis dalam setahun ke depan," papar Chris Williamson, Chief Business Economist IHS Markit, seperti dikutip dari siaran tertulis.

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu penguatan di Wall Street, yang diharapkan ikut mendongkrak rasa percaya diri investor di pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.

Sentimen kedua adalah sepertinya social distancing di berbagai negara akan dikendurkan lagi jelang libur akhir tahun. Di Australia, perbatasan antara Negara Bagian New South Wales dan Victoria yang tutup sejak Juli lalu kembali dibuka.

Setelah berbulan-bulan, akhirnya pesawat dari Melbourne mendarat di Sydney. Data OAG menyebutkan, penerbangan Melbourne-Sydney adalah rute domestik terpadat kedua di dunia, hanya kalah dari Seoul-Jeju di Korea Selatan.

Selain itu, Australia juga mulai membuka diri bagi warga negara lain. Kini warga negara Selandia Baru bisa datang ke Victoria tanpa harus menjalani karantina setelah kedatangan.

Sementara di Britania Raya, Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara berendana mengendurkan social distancing agar keluarga bisa berkumpul saat Hari Natal. Michael Gove, Menteri Sekretaris Kabinet Inggris, menyatakan bahwa kumpul keluarga adalah hal yang penting, meski tetap harus tunduk terhadap protokol kesehatan.

"Para menteri sepakat untuk melonggarkan aturan pertemuan keluarga untuk beberapa hari. Namun kami meminta masyarakat untuk tetap waspada, dan kalau bisa jangan bepergian dan minimalkan kontak dengan orang lain," kata Gove, seperti dikutip dari Reuters.

"Kondisi saat ini memang membuat frustrasi, Hari Natal sepertinya tidak akan seperti biasasnya. Namun, Perdana Menteri akan mencari cara agar keluarga tetap bisa menghabiskan waktu bersama," tambah Rishi Sunak, Menteri Keuangan Inggris, juga dikutip dari Reuters.

Tren pelonggaran social distancing mulai terjadi, dan ini bisa menjadi sentimen positif di pasar. Aktivitas publik akan meningkat, roda ekonomi berputar, dan semoga dunia bisa cepat lepas dari resesi.

Sentimen ketiga adalah hasil pembacaan awal PMI di berbagai negara. AS sudah ketahuan, hasilnya cukup impresif. Bagaimana dengan negara-negara lain?

Negara

PMI Manufaktur November 2020

PMI Manufaktur Oktober 2020

Australia

56.1

54.2

Prancis

49.1

51.3

Jerman

57.9

58.2

Zona Euro

53.6

54.8

Inggris

55.2

53.7

AS

56.7

53,4

Jepang

47,6

48.7

Sumber: IHS Markit

Well, ternyata tidak begitu bagus. Selain AS, negara yang diperkirakan mengalami peningkatan aktivitas manufaktur hanya Australia dan Inggris. Sisanya yaitu Prancis, Jerman, Zona Euro, hingga Jepang malah turun.

Data ini menggambarkan bahwa memang betul ada sinyal ekonomi dunia pulih, sudah jauh lebih baik ketimbang titik nadir yang terjadi pada kuartal II-2020. Namun pemulihan ini masih rapuh, bisa runtuh sewaktu-waktu jika terjadi lonjakan kasus posiif corona. Apalagi kalau pemerintah setempat kemudian menyikapi dengan pengetatan social distancing.

"Hampir semua negara down pada kuartal !! dan rebound pada kuartal III. Ini bagus, tetapi masih terlalu dini," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Selagi vaksin belum ada, dunia memang tidak boleh lengah. Ingat, virus jahanam nan mematikan masih bergentayangan dan bisa menyerang kapan saja. Kalau terjadi lonjakan jumlah pasien, maka kemungkinan besar aspek ekonomi harus mengalah untuk memberi prioritas kepada penanganan kesehatan.

Berikut adalah sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Bisnis Internasional Tbk (10:00 WIB).
  2. RUPSLB PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (14:00 WIB).
  3. Rilis data penjualan sepeda motor Indonesia periode Oktober 2020 (tentatif).
  4. Rilis data pembacaan final pertumbuhan ekonomi Jerman peroide kuartal III-2020 (16:00 WIB).
  5. Rilis data pembacaan awal Indeks Keyakinan Konsumen AS periode November 2020 (22:00 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (kuartal III-2020 YoY)

-3,49%

Inflasi (Oktober 2020 YoY)

1,44%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (November 2020)

3,75%

Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2020)

-6,34% PDB

Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (kuartal III-2020)

0,36% PDB

Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (kuartal III-2020)

US$ 2,05 miliar

Cadangan Devisa (Oktober 2020)

US$ 133,66 miliar

 

Untuk mendapatkan informasi seputar data pasar, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular