
Inflasi, Data Manufaktur, Sampai Vaksin Wajib Dipantau, Gan!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan depan akan menjadi periode yang sibuk. Berbagai data penting akan dirilis dan sangat mungkin menjadi sentimen yang menggerakkan pasar.
Pasar keuangan Indonesia bergerak menguat pada pekan ini. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat lumayan tajam, mencapai 1,05% secara point-to-point. Dalam periode yang sama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 1,4%.
Pekan depan, terdapat rilis data dan peristiwa yang patut dicermati pelaku pasar. Pada awal September 2020, seperti biasa, ada data inflasi yang diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan nilai median -0,01% untuk inflasi bulanan (month-to-month/MtM). Lagi-lagi deflasi, ini menjadi yang kedua sepanjang tahun ini setelah yang pertama terjadi pada Juli. Artinya, deflasi kemungkinan terjadi dua bulan beruntun.
Sementara median inflasi tahunan (year-on-year/YoY) ada di 1,375%. Jika terjadi, maka ini adalah yang terendah sejak tahun 2000.
Kemudian median inflasi inti tahunan berada di 2%. Kalau kejadian, maka akan menjadi yang terendah setidaknya sejak 2009.
Data ini menggambarkan bahwa permintaan domestik masih sangat lemah. Prospek pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 menjadi suram, risiko kontraksi (pertumbuhan negatif) sepertinya membesar.
Pada kuartal II-2020, ekonomi Indonesia terkontraksi 5,32% YoY. Andai kuartal berikutnya minus lagi, maka Indonesia resmi masuk zona resesi.
Masih pada hari yang sama, IHS Markit akan mengumumkan data aktivitas manufaktur yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) periode Agustus 2020. Pada Juli 2020, skor PMI manufaktur Indonesia ada di 46,6. Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur Agustus 2020 naik menjadi 47.3.
Meski angkanya naik, tetapi angka PMI manufaktur Tanah Air masih di bawah 50. Artinya industriawan masih belum melakukan ekspansi.
Setelah menyentuh titik nadir pada April 2020, aktivitas manufaktur terus membaik. Akan tetapi lajunya belum menggembirakan, belum sampai ke fase ekspansi.Ini menandakan industri manufaktur Indonesia masih mengkerut.
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga adalah kontributor terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Pos ini masih lesu, terlihat dari laju inflasi yang selon.
Sementara dari sisi lapangan usaha, penyumbang terbesar adalah industri manufaktur. PMI yang masih kontraksi menandakan sektor ini belum pulih sepenuhnya.
![]() |
Oleh karena itu, risiko kontraksi PDB pada kuartal III-2020 sama sekali tidak bisa dikesampingkan. Semoga tidak terjadi, tetapi rasanya peluang Indonesia terjun ke jurang resesi lumayan tinggi.
