Polling CNBC Indonesia

Inflasi Diramal Terendah Sejak Tahun 2000, RI Dekati Resesi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 August 2020 07:00
Pasar Cijantung (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pasar Cijantung (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Konsumsi masyarakat Indonesia masih lesu, setidaknya sampai Agustus. Ini terlihat dari laju inflasi yang masih sangat pelan. Dengan peran konsumsi rumah tangga yang sangat dominan dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perlu kerja sangat keras agar Indonesia bisa terhindar dari resesi.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi Agustus 2020 pada 1 September mendatang. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan nilai median -0,01% untuk inflasi bulanan (month-to-month/MtM).

Lagi-lagi deflasi, ini menjadi yang kedua sepanjang tahun ini setelah yang pertama terjadi pada Juli. Artinya, deflasi kemungkinan terjadi dua bulan beruntun.

Sementara median inflasi tahunan (/YoY) ada di 1,375%. Jika terjadi, maka ini adalah yang terendah sejak tahun 2000!

Kemudian median inflasi inti tahunan berada di 2%. Kalau kejadian, maka akan menjadi yang terendah setidaknya sejak 2009.

 

Institusi

Inflasi MtM (%)

Inflasi YoY (%)

Inflasi Inti YoY (%)

CIMB Niaga

-0.01

1.36

1.9

Citi

-0.05

1.32

2

ING

-

1.6

-

Danareksa Research Institute

0.02

1.39

2.04

Bank Danamon

-

1.44

1.8

Standard Chartered

-0.01

1.36

1.87

BCA

0.07

1.44

2

Maybank Indonesia

0.03

1.4

2

Bank Permata

-0.01

1.36

2.15

BNI Sekuritas

-0.04

1.33

-

MEDIAN

-0.01

1.375

2

 

Tidak hanya pasar, Bank Indonesia (BI) juga memperkirakan terjadi deflasi. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) hingga pekan IV, MH Thamrin memperkirakan ada deflasi 0,04% MtM. Dengan demikian, inflasi tahunan menjadi 1,34% sementara inflasi tahun kalender (year-to-date/YtD) adalah 0,94%.

"Penyumbang utama deflasi pada antara lain berasal dari komoditas daging ayam ras sebesar -0,15% (MtM), bawang merah sebesar -0,08%, jeruk, tomat dan telur ayam ras masing-masing sebesar -0,02%. Sementara itu, komoditas penyumbang inflasi yaitu emas perhiasan sebesar 0,11%, minyak goreng sebesar 0,02%, dan cabai merah sebesar 0,01%," sebut keterangan tertulis BI.

Pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ternyata belum ampuh mendorong permintaan. Sebab, daya beli masyarakat masih rendah dan tetap ada kekhawatiran terhadap penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) gara-gara pandemi virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu menyisakan luka yang teramat dalam. Sepertinya masih banyak pekerja yang belum tertampung kembali, atau malah terjadi PHK baru.

Penyusutan jumlah tenaga kerja terlihat dari setoran Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 yang dibayarkan oleh karyawan. Pada Januari-Juli 2020, penerimaan PPh 21 terkontraksi (tumbuh negatif) 5,04% YoY. Memburuk dibandingkan Januari-Juni 2020 yang minus 2,43% YoY.

"Beberapa jenis pajak kembali mengalami tekanan pada Juli setelah sempat membaik pada Juni. Untuk periode Januari-Juli 2020, PPh Pasal 21 terkontraksi 5,04% YoY. Kontraksi ini disebabkan menurunnya pasar tenaga kerja akibat pandemi Covid-19," sebut dokumen APBN Kita edisi Agustus 2020.

Menurut catatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, jumlah pekerja yang terdampak pandemi Covid-19 hingga akhir Juili mencapai jutaan orang. Terdiri dari pekerja formal yang dirumahkan sebanyak 1,1 juta orang, korban PHK 380.000 orang, dan pekerja sektor informal yang terdampak 630.000 orang. Ini adalah orang-orang yang sudah terdata rinci sampai nama dan alamat (by name, by address). Sementara Kementerian Ketenagakerjaan menyebut jumlah pekerja yang terdampak wabah virus corona mencapai lebih dari 3,5 juta orang.

Data kondisi ketenagakerjaan Indonesia hanya dirilis dua kali dalam setahun yaitu Februari dan Agustus. Terakhir, jumlah penganggur di Indonesia adalah 6,88 juta jiwa per Februari 2020.

Namun karena pandemi virus corona yang menyebabkan pukulan dahsyat di dua sisi ekonomi (pasokan dan permintaan), jumlah tunakarya diperkirakan melonjak. Dengan asumsi ekonomi tahun ini terkontraksi 0,4% sampai tumbuh 1%, maka jumlah pengangguran diperkirakan bertambah 4-5 juta jiwa.

Sebab, setiap 1% pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya bisa menciptakan sekitar 300.000 lapangan kerja. Sebagai gambaran, angkatan kerja pada Februari 2020 berjumlah 137,91 juta orang, bertambah 1,73 juta orang dibandingkan Februari 2019. Pertumbuhan ekonomi yang alakadarnya, apalagi kalau sampai negatif, tentu tidak cukup untuk menampung mereka.

Oleh karena itu, sangat wajar daya beli masyarakat turun drastis. Akibatnya tekanan harga jadi sangat terbatas, bahkan yang ada adalah deflasi.

Menjadi persoalan pelik kala kekuatan utama ekonomi nasional adalah konsumsi rumah tangga. Pos ini menyumbang lebih dari 50% dalam pembentukan PDB.

growthBadan Pusat Statistik

Pada kuartal II-2020, konsumsi rumah tangga terkontraksi lebih dari 5% YoY. Melihat inflasi yang woles pada Juli-Agustus, bukan tidak mungkin kontraksi masih akan terjadi pada kuartal III-2020.

Kalau konsumsi negatif lagi, maka PDB secara keseluruhan akan terbeban. Pertumbuhan positif menjadi penuh tanda tanya.

Ekonomi Indonesia sudah terkontraksi 5,32% pada kuartal II-2020. Kalau kontraksi kembali terjadi pada Juli-September 2020, maka Indonesia resmi masuk resesi.

"Downside risk tetap merupakan suatu risiko nyata. Outlook kami adalah 0% sampai -2% (kuartal III-2020). Kunci utama adalah konsumsi dan investasi. Kalau tetap negatif, meski pemerintah sudah all out, maka akan sulit masuk netral. Tidak bisa mendekati 0% dan bisa negatif kalau kelas menegah dan atas belum recovery," jelas Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan.

Jadi, Indonesia sama sekali belum aman. Bayang-bayang resesi masih menghantui. Amit-amit...

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular