Internasional

Resesi Hantui 24 Negara, Tapi 3 Negara Ini Kebal

Tim Redaksi CNBC, CNBC Indonesia
29 August 2020 20:18
Vietnam's Deputy Prime Minister and Foreign Minister Pham Binh Minh attends a news conference after a meeting with  China's State Councilor and Foreign Minister Wang Yi (not pictured) at the Government Guesthouse in Hanoi, Vietnam April 1, 2018. REUTERS/Kham
Foto: REUTERS/Kham

Jakarta, CNBC Indonesia - Resesi menghantui sejumlah negara di dunia. Terakhir, total negara yang terjerat resesi -baik resesi maupun teknikal- ada 24 negara.

Namun di dunia ini ternyata ada tiga negara yang 'kebal'. Ekonominya tetap positif fi kuartal II ini.



Negara itu antara lain China, Vietnam dan Turkmenistan. Dengan 'keran' aktivitas publik yang mulai dibuka kembali selepas kuartal II, kecil kemungkinan negara-negara itu bakal mengalami kontraksi pada kuartal III dan IV.

China

PDB China di kuartal II 2020 tumbuh 3,2%, setelah kontraksi atau -6,8%.

Negara tersebut adalah yang paling awal memberlakukan social distancing, bahkan sampai ke tingkat karantina wilayah (lockdown). Warga benar-benar tidak boleh keluar rumah, kecuali untuk urusan mendesak.

Bahkan aparat keamanan menyediakan kebutuhan sehari-hari dari rumah ke rumah agar tidak ada yang merasa perlu bepergian. Lockdown paling ketat berlangsung di Provinsi Hubei, utamanya Kota Wuhan, yang menjadi ground zero penyebaran virus corona.

Lockdown di Provinsi Hubei dimulai pada 23 Januari alias pada kuartal I. Lockdown berlangsung selama 76 hari, baru dilonggarkan pada 8 April. Ini yang membuat ekonomi China jadi minus pada kuartal I.

Namun pada kuartal II, saat negara-negara lain sedang getol menerapkan social distancing, China boleh dikata sudah 'bebas'. Roda aktivitas masyarakat sudah bergulir kembali, meski masih dibatasi protokol kesehatan. Hasilnya, ekonomi Negeri Tirai Bambu bisa tumbuh positif pada periode April-Juni.

Vietnam

Situasi serupa terjadi di Vietnam. Pada kuartal II-2020, ekonomi Vietnam tumbuh 0,36% YoY. Bahkan pada kuartal sebelumnya terjadi pertumbuhan ekonomi 3,82% YoY.

Seperti dikutip dari Viet Nam News, pemerintah Negeri Paman Ho sudah menyusun strategi untuk mencegah wabah pneumonia akut yang menjangkiti Wuhan sejak awal tahun. Kala itu namanya belum Covid-19.

"Wakil Perdana Menteri Vu Duc Dam memerintahkan berbagai kementerian dan lembaga yang terkait untuk menerapkan langkah drastis dalam rangka mencegah pneumonia akut yang disebabkan oleh novel coronavirus (nCov) agar tidak menyebar di Vietnam. Dam memerintahkan lembaga-lembaga tersebut untuk memonitor perkembangan di China dan memperkuat karantina medis di perbatasan, bandara, dan pelabuhan. Dam menginstruksikan kepada menteri kesehatan untuk segera menyusun rencana aksi untuk merespons penyakit tersebut, menyusul adanya rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia," tulis berita di Viet Nam News Januari lalu.



Saat itu, Vietnam mungkin mendapat cap lebay alias berlebihan. Namun ternyata sikap itu sukses menjinakkan penyebaran virus corona. Per 20 Agustus, jumlah pasien positif corona di negara berpenduduk 97 juta jiwa itu adalah 1.007 orang. Vietnam menjadi salah satu negara dengan kasus corona terendah di Asia Tenggara.

"Saat Anda berhadapan dengan penyakit yang masih belum diketahui seperti ini, memang lebih baik bersikap berlebihan," ujar Dr Todd Poolack dari Universitas Harvard, seperti dikutip dari BBC.

"Vietnam beraksi cepat, sangat cepat, yang mungkin terlihat berlebihan pada masanya. Namun ternyata berhasil," tambah Profesor Guy Thwaites, Direktur Oxfrod University Clinical Research Unit yang berbasis di Ho Chi Minh, juga dikutip dari BBC.

Turkmenistan

Turkmenistan mencatat pertumbuhan GDP di kuartal kedua ini. Bukan tanpa alasan GDP mengalami kenaikan, negara ini mengaku belum kemasukan Covid-19.

Ini membuat aktivitas warga tetap seperti biasa dan tidak terpengaruh pembatasan sosial.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top! Ini 3 Negara Kebal Resesi: China, Vietnam, Turkmenistan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular