
RI Jatuh Ke Jurang Resesi, Ada Gak Sih Negara Kebal Resesi?

Jakarta, CNBC Indonesia- Pandemi Covid-19 membuat seluruh dunia menderita dari berbagai aspek, mulai dari kesehatan hingga ekonomi. Sejak kehadiran virus ini di awal tahun, banyak negara-negara di dunia yang ekonominya mulai sakit dan harus masuk jurang resesi.
Indonesia sendiri sejak ada virus ini pada Maret 2020, juga mengalami tekanan seperti negara lainnya. Bahkan pada kuartal II 2020, ekonomi juga minus 5,32% dan diproyeksikan pada kuartal III-2020 juga akan minus. Artinya Indonesia pun akan resesi seperti negara lainnya.
Lalu adakah negara yang kebal, dan tidak terjerumus ke jurang resesi?
Meski mayoritas negara di dunia sudah kompak terseret pada resesi, ada dua negara yang tahan banting terhadap dampak ekonomi dari virus ini, yakni China dan Vietnam. Pembatasan aktivitas masyarakat untuk menekan penyebaran virus turut membuat aktivitas ekonomi jadi surut.
China dan Vietnam memang mengalami perlambatan, tetapi tidak sampai resesi seperti negara lainnya. Pada kuartal I-2020, ekonomi China memang terkontraksi -6,8%. Namun pada kuartal berikutnya, saat negara-negara lain sedang parah-parahnya, PDB China tumbuh 3,2%.
Pada kuartal I-2020, PDB Vietnam tumbuh 3,68% dan pada kuartal berikutnya masih tumbuh 0,39%. Untuk kuartal III-2020, pembacaan awal terhadap pertumbuhan ekonomi Vietnam menunjukkan angka 2,62%.
Dua negara komunis ini tangkas dan tepat melakukan antisipasi terhadap dampak dari Covid-19. Ketika virus pertama kali menyebar di China, mereka langsung memberlakukan social distancing, bahkan sampai ke tingkat karantina wilayah (lockdown).
Warga benar-benar tidak boleh keluar rumah, kecuali untuk urusan mendesak. Aparat keamanan menyediakan kebutuhan sehari-hari dari rumah ke rumah agar tidak ada yang merasa perlu bepergian.
Lockdown paling ketat berlangsung di Provinsi Hubei, utamanya Kota Wuhan, yang menjadi ground zero penyebaran virus corona. Lockdown di Provinsi Hubei dimulai pada 23 Januari alias pada kuartal I. Lockdown berlangsung selama 76 hari, baru dilonggarkan pada 8 April. Ini yang membuat ekonomi China jadi minus pada kuartal I.
Namun pada kuartal II, saat negara-negara lain sedang getol menerapkan social distancing, China boleh dikata sudah 'bebas'. Roda aktivitas masyarakat sudah bergulir kembali, meski masih dibatasi protokol kesehatan. Hasilnya, ekonomi Negeri Tirai Bambu bisa tumbuh positif pada periode April-Juni
Situasi serupa terjadi di Vietnam. Seperti dikutip dari Viet Nam News, pemerintah Vietnam sudah menyusun strategi untuk mencegah wabah pneumonia akut yang menjangkiti Wuhan sejak awal tahun. Kala itu namanya belum Covid-19.
"Wakil Perdana Menteri Vu Duc Dam memerintahkan berbagai kementerian dan lembaga yang terkait untuk menerapkan langkah drastis dalam rangka mencegah pneumonia akut yang disebabkan oleh novel coronavirus (nCov) agar tidak menyebar di Vietnam. Dam memerintahkan lembaga-lembaga tersebut untuk memonitor perkembangan di China dan memperkuat karantina medis di perbatasan, bandara, dan pelabuhan. Dam menginstruksikan kepada menteri kesehatan untuk segera menyusun rencana aksi untuk merespons penyakit tersebut, menyusul adanya rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia," tulis berita di Viet Nam News tertanggal 17 Januari.
Saat itu, Vietnam mungkin mendapat cap lebay alias berlebihan. Namun ternyata sikap itu sukses menjinakkan penyebaran virus corona. Padahal justru sikap berlebihan inilah yang kemudian menyelamatkan Vietnam jatuh pada jurang resesi.
"Saat Anda berhadapan dengan penyakit yang masih belum diketahui seperti ini, memang lebih baik bersikap berlebihan," ujar Dr Todd Poolack dari Universitas Harvard, seperti dikutip dari BBC.
"Vietnam beraksi cepat, sangat cepat, yang mungkin terlihat berlebihan pada masanya. Namun ternyata berhasil," tambah Profesor Guy Thwaites, Direktur Oxfrod University Clinical Research Unit yang berbasis di Ho Chi Minh, juga dikutip dari BBC.
(roy/roy) Next Article Siap-siap! Usai Pandemi, China Bakal Kian Berkuasa di Bumi
