Trump Corona Bikin Geger: Harga Minyak Drop, Emas Mengkilap

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
03 October 2020 07:19
President Donald Trump stands on stage with first lady Melania Trump after the first presidential debate with Democratic presidential candidate former Vice President Joe Biden Tuesday, Sept. 29, 2020, at Case Western University and Cleveland Clinic, in Cleveland, Ohio. President Trump and first lady Melania Trump have tested positive for the coronavirus, the president tweeted early Friday. (AP Photo/Julio Cortez)
Foto: Presiden AS Donald Trump bersama Melania Trump (AP Photo/Julio Cortez)

Jakarta, CNBC Indonesia- Presiden Amerika Serikat Donald Trump positif terpapar Covid-19, begitu juga dengan sang Istri Melania Trump. Dia menuliskan kabar ini di halaman twitternya.

"Kami akan segera memulai proses karantina dan pemulihan kami. Kami akan melewati ini Bersama!" tutur Trump dalam social media Twitternya, Jumat (2/10/2020).

Sebelumnya CNBC International melaporkan ajudan dan penasihat dekatnya Hope Hicks positif virus corona. Ia sebelumnya bersama Trump dalam sejumlah penerbangan sejak Selasa (29/9/2020) dan Rabu (30/9/2020).

Usai kabar mengejutkan ini, membuat harga minyak mentah dunia anjlok. Harga minyak mentah untuk kontrak yang aktif diperdagangkan pada Jumat (2/10/2020) ambles lebih dari 2%. Padahal pada Jumat pagi, harga minyak hanya drop 1%. Pada 13.40 WIB, harga minyak berjangka Brent turun 2,83% ke US$ 39,75/barel. Sementara untuk minyak berjangka acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) terpangkas 2,79% ke US$ 37,6/barel.

Selain kabar dari Trump, penyebaran pandemi Covid-19 di skala global ini juga menjadi pemicunya. Saat ini kasus Covid-19 tercatat semakin mendekati 35 juta, dengan kasus aktif 7,8 juta orang. Negara-negara pun kembali melakukan berbagai pembatasan untuk mengantisipasi penyebaran. Di Spanyol misalnya, Madrid sebagai hot spot bakal lockdown lagi beberapa hari mendatang.

Kemudian di Rusia, walikota Moscow memerintahkan para pelaku usaha untuk membiarkan 30% dari stafnya bekerja dari rumah masing-masing. Lockdown dan pembatasan yang dilakukan ini menjadi momok yang mengerikan di pasar energi.

Di saat permintaan minyak berpotensi turun tajam lagi, pasokan minyak justru bertambah. Inilah yang menjadi faktor yang menekan harga emas hitam tersebut di bulan September ini.

Kenaikan output tersebut didongkrak oleh peningkatan pasokan dari Libya dan Iran yang tak masuk ke dalam pakta pemangkasan OPEC dan aliansinya (OPEC+). Output minyak Libya naik menjadi 270 ribu bpd setelah blokade terhadap ladang minyaknya dibuka.

Dalam survei Reuters, 40 analis dan ekonom sekarang melihat permintaan global menyusut 8 juta-9,8 juta bpd tahun ini, relatif membaik dibandingkan konsensus 8 juta-10 juta bpd bulan lalu.

Namun mereka memangkas prospek harga minyak tahun ini, dengan rata-rata perkiraan untuk patokan minyak mentah Brent di US$ 42,48 per barel untuk tahun 2020 turun dari perkiraan rata-rata US$ 42,75 bulan lalu.

Prospek harga minyak mentah AS 2020 berada di US$ 38,70 per barel versus US$ 38,82 yang diperkirakan pada bulan Agustus.

Harga Emas Meroket

Berbeda dengan harga minyak yang ambles setelah pengumuman Trump positif Covid-19 yang menjadi sentimen negatif. Harga emas dunia berbalik justru menguat pada perdagangan Jumat (2/10/2020) setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, mengumumkan positif terpapar virus corona.

Melansir data Refinitiv, harga emas dunia sebelumnya merosot 0,85% ke US$ 1.888,79/troy ons, setelahnya langsung berbalik naik ke US$ 1.916,76/troy ons pada pukul 13:49 WIB, meroket 1,5% dari level terendah hari ini.

Pengumuman tersebut membuat indeks Dow Jones futures merosot hingga 400 poin, artinya sentimen pelaku pasar memburuk, dan aset-aset safe haven seperti emas kembali diburu pelaku pasar.

Harga emas dunia kemarin juga menguat lebih dari 1% ke US$ 1.905,04/troy ons, indeks dolar AS yang membukukan pelemahan 4 hari bertuntun menjadi penopang penguatan emas.

Amblesnya dolar AS merespons kemungkinan lanjutnya paket stimulus senilai US$ 2,2 triliun dari pemerintah AS yang sempat menimbulkan perdebatan dan diskusi alot.

Kabar terbaru dari AS, House of Representative (DPR) sudah meloloskan paket stimulus senilai US$ 2,2 triliun. Meski demikian, paket stimulus tersebut harus lolos lagi di Senat agar bisa cair.

"Jika ada kesepakatan, stimulus akan berpotensi membangkitkan kembali ekspektasi inflasi ke arah target sasaran bank sentral AS (The Fed), bersama dengan suku bunga bunga rendah the Fed menjadi katalis yang sangat bagus untuk emas" kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, dilansir dari Reuters.

Melek menambahkan, dengan melewati level psikologis US$ 1.900/troy ons yang menjadi resisten, emas secara teknikal kini berpeluang naik lebih tinggi lagi.




(roy/roy) Next Article Trump Positif Corona, Begini Nasib Pasar Saham Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular