Hong Kong Resmi Resesi (Lagi)! Adakah Harapan Buat RI?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 July 2020 07:56
Bendera Hong Kong dan Bendera China (AP/Andy Wong)
Ilustrasi Bendera Hong Kong dan Bendera China (AP/Andy Wong)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) terhadap perekonomian semakin ke sini semakin nyata. Satu per satu negara merilis data output perekonomian atau Produk Domestik Bruto (PDB), dan hasilnya bisa ditebak: mengecewakan.

Data terbaru datang dari Hong Kong. Meski merupakan bagian dari China, eks koloni Inggris ini punya otonomi tersendiri. Well, bahkan bisa tim nasional sepakbola sendiri.

Pada kuartal II-2010, ekonomi Hong Kong mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) 9% secara year-on-year (YoY). Pada kuartal sebelumnya ekonomi Hong Kong sudah terkontraksi -9,1% YoY.

Kontraksi dalam dua kuartal beruntun dalam tahun yang sama adalah definisi dari resesi. Ya, Hong Kong resmi masuk jurang resesi.

Sebenarnya ini tahun lalu pun Hong Kong sudah resesei. Ekonomi pada kuartal IV-2019 terkontraksi -3,04% YoY setelah kuartal sebelumnya membukukan kontraksi -2,79% YoY. Jadi bukan cuma resesi, Hong Kong masuk ke jurang resesi yang lebih dalam.

Hong Kong lumayan 'akrab' dengan resesi. Pada 2009, kala dunia dihebohkan dengan krisis keuangan global, Hong Kong masuk resesi. Demikian pula pada 1998-1999 kala krisis ekonomi Asia menerpa, di mana Indonesia juga menjadi salah satu korbannya. Sebelumnya resesi juga terjadi pada 1985.

Hong Kong kini bernasib sama dengan Singapura. Pada kuartal II-2020, ekonomi Negeri Singa terkontraksi -12,6% YoY, terparah setidaknya sejak 1976. Jauh lebih dalam ketimbang kontraksi pada kuartal sebelumnya yaitu -2,2% YoY.

Korea Selatan juga sudah mengumumkan data PDB kuartal II-2020, tetapi situasinya agak berbeda dengan Hong Kong dan Singapura. Pada kuartal II-2020, PDB Negeri Ginseng tumbuh negatif -3,3% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/QtQ). Ini menjadi catatan terendah sejak 1998.

Pada kuartal I-2020, PDB Korea Selatan sudah terkontraksi -1,3% QtQ. Korea Selatan sudah memasuki zona resesi teknikal, kontraksi ekonomi QtQ dalam dua kuartal beruntun pada tahun yang sama.


Secara YoY, ekonomi Korea Selatan tumbuh negatif -2,9% pada kuartal II-2020, juga yang terparah sejak 1998. Pada kuartal sebelumnya, ekonomi masih bisa tumbuh 1,4% YoY. Oleh karena itu, Korea Selatan belum memasuki resesi yang hakiki karena ekonomi secara YoY belum negatif dalam dua kuartal beruntun pada tahun yang sama.

Asia sudah, sekarang kita ke Eropa. Sore ini akan ada pengumuman pembacaan awal angka PDB Jerman, yang menurut konsensus Trading Economics diramal terkontraksi -11,3% YoY. Lebih parah ketimbang pencapaian kuartal sebelumnya yaitu -2,2% YoY.

Kalau kontraksi dua kuartal berturut-turut pada tahun yang sama namanya apa? Resesi...

Sementara data pembacaan awal PDB Zona Euro akan diumumkan pada Jumat sore waktu Indonesia. Setelah pada kuartal I-2020 ekonomi tercatat -3,1% YoY, konsensus Trading Economics menunjukkan angka -14,5% untuk kuartal berikutnya. Resesi maning...

Hawa resesi sudah begitu terasa, dari Asia sampai Eropa. Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia masih beruntung karena seperti Korea Selatan ekonomi Tanah Air tumbuh positif pada kuartal I-2020, angkanya 2,97% YoY. Namun kontraksi pada kuartal II-2020 sepertinya tidak terhindarkan lagi. Proyeksi pemerintah ada di kisaran -4,3% sementara Bank Indonesia (BI) sekitar -4%.

Namun, lagi-lagi seperti Korea Selatan, kemungkinan besar Indonesia hanya bakal mengalami resesi teknikal. Soalnya pada kuartal I-2020 ekonomi terkontraksi -2,41% dan rasanya kuartal berikutnya bakal negatif lagi. Setidaknya sudah tiga institusi yang memperkirakan ekonomi Ibu Pertiwi bakal terkontraksi secara QtQ pada kuartal II-2020 yaitu Maybank Indonesia, Bank Danamon, dan Mirae Asset.

Antony Kevin, Ekonom Mirae Asset, menilai ada tantangan dalam memperkirakan dan membaca arah perekonomian nasional. Pasalnya, data yang dirilis oleh pemerintah relatif terbatas.

"Misalnya, angka pengangguran hanya dirilis setahu dua kali yaitu Februari dan Agustus. Angka kemiskinan pun hanya dua kali yaitu Maret dan September. Data pengangguran dan kemiskinan terbaru belum mencerminkan dampak utuh dari pandemi Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia," sebut Kevin dalam risetnya.

Jadi, penentuan apakah Indonesia masuk resesi yang hakiki atau tidak ada di kuartal III-2020. Jika terjadi kontraksi secara YoY, maka Indonesia resmi resesi.

Namun ada harapan bahwa ekonomi periode Juli-September 2020 bisa tumbuh positif. Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, menyatakan ekonomi bisa tumbuh 0,4% pada periode tersebut, sementara proyeksi Mirae Asset ada di 0,92%.

"Kami masih berpendapat bahwa ekonomi Indonesia akan pulih secara gradual. Proyeksi kami pada kuartal III dan IV masing-masing 0,92% dan 1,13%, sehingga pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan 2020 adalah 0,52%," sebut Kevin.

So, jangan berkecil hati dulu. Negara-negara lain boleh resesi, tetapi Indonesia masih punya harapan untuk tidak jatuh ke lubang yang sama.

Semangat!

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular